PART 14 : Wanita Yang Malang

176 33 2
                                    

"Kenapa? Setelah kebahagiaan selalu ada kesedihan? Kenapa?"


"Hukum alam."

•••

Giva telah sampai dirumahnya, dia segera turun dari motor Gio. Jam sudah menunjukkan pukul 21:00 untunglah tidak ada kedua orang tuanya dirumah. Jadi Giva tidak perlu khawatir pulang malam seperti ini.

Giva segera turun dari motor Gio, dan memberikan helm yang dikenakannya kepada Gio.

"Orang tua lo ada dirumah?" Tanya Gio.

"Nggak ada, mamah sama Papah lagi ke Swiss." Jawab Giva masih bingung kenapa Gio menanyakan orang tuanya.

"Yaudah, Gue langsung pulang ya, Giv. Takut bonyok gue nyariin." Ucap Gio sambil terkekeh dibalik helm full face nya.

Giva mengangguk.

"Hati hati dijalan ya, Yo. Makasih." Jawab Giva sambil tersenyum ke arah Gio.

Gio mengangguk, lalu setelah itu dia segera melajukan motornya menjauh dari rumah Giva.

Setelah dirasa Gio tidak kelihatan lagi, Giva memutuskan masuk ke dalam rumahnya.
Saat dia membuka pintu rumahnya alangkah terkejutnya dia saat melihat ada kedua orang tuanya juga Kakaknya dan juga kedua orang tua Adit serta Kak Adit nya. sedang duduk diruang tamu sambil berbincang bincang.

"Eh Giva sudah pulang, sini nak duduk." Ucap Farhan.

Giva memutar bola matanya jengah. Seperti itulah orang tuanya, jika dihadapan orang lain mereka memperlakukan Giva layaknya tuan puteri, tetapi jika tidak ada orang lain mereka memperlakukan Giva bak anak tiri yang ada di cerita dongeng.

"Giva kok diem aja, sini sayang." Ucap Niken lembut pada Giva.

Giva pun menghampiri mereka. Kemudian duduk disebelah Sarah. Kedua orang tua Giva menceritakan dan memuji Giva dihadapan kedua orang tua Adit. Giva hanya diam, dia terlalu malas dengan drama yang ditunjukkan oleh kedua orang tua Giva.

"Giva ke kamar dulu ya, mau ganti baju." Ujar Giva. Tanpa menunggu jawaban dari mereka semua Giva sudah melenggang pergi menuju kamarnya.

Adit yang melihat keanehan pada Giva pun segera menyusul Giva ke kamarnya.

"Va..." Adit berhasil mengejar Giva dan mencegah nya. Adit membalikkan wajah Giva sehingga kini mereka saling berhadapan.

Giva menangis?! Ya tuhan ada apa dengan peri kecilnya.

"Vava kenapa nangis?" Ucap Adit lembut sambil mengusap air mata Giva.

Tanpa mengindahkan pertanyaan Adit, Giva langsung memeluk Adit, dia membenamkan wajahnya di dada bidang Adit. Tidak perduli dengan dirinya yang kotor karena seharian dia diluar. Adit pun membalas pelukan Giva.

"Kenapa? Setelah kebahagiaan selalu ada kesedihan? Kenapa?" Lirih Giva lemah.

"Hukum alam." Jawab Adit sambil mengelus rambut Giva.

Adit melepaskan pelukan Giva, kemudian dia menangkap wajah Giva dengan kedua tangannya dan menatapnya teduh.

"Vava kenapa? Cerita sama Kak Adit ya." Ucapnya lembut.

Giva menggeleng, dia tidak mau Adit tahu yang sebenarnya. Cukup dia yang mengetahui dan merasakan apa yang sudah terjadi dalam keluarganya.

Adit menghela nafas panjang, Giva selalu seperti ini. Walaupun dia sudah saling mengenal sejak lama, tetapi dia tidak pernah terbuka tentang masalahnya.

Hope For LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang