"Terimakasih sudah membuatku percaya bahwa hidupku masih ada artinya."
••••
Gio baru saja sampai dirumahnya, dia membaringkan tubuhnya di kasur king size yang sangat nyaman disana.
Gio memejamkan matanya, jam sudah menunjukkan pukul 01:45 dini hari. Karena tadi dia membicarakan persiapan untuk balapan Minggu depan, jadi dia baru pulang sekarang.
Bip!
Ponsel disaku celananya bergetar menandakan ada yang menelfonnya. Gio berdecak kesal karenanya.
"Siapa sih yang nelfon jam segini, ganggu aja!" Umpatnya sambil mengambil ponsel disaku ya.
"Tolol! Nelfon jam segini. Ganggu aja bangke!"
Ucapnya ketika mengetahui Damar yang menelfonnya. Kemudian dia langsung mematikan sambungannya itu tanpa menunggu balasan dari Damar.
Gio melempar ponselnya ke sembarang arah kemudian menaruh tangan kanannya di atas matanya, dan terpejam.
Bip!
Tetapi ponselnya kembali berbunyi membuat Gio geram.
"Bangsat! Apa?!" Bentak Gio membuka suara.
"..."
"Wait."
Sambungan itu pun terputus, Gio segera bangkit dari kasurnya dan menyambar kunci mobil yang ada di atas nakasnya. Kemudian dengan tergesa gesa dia menuju bagasi rumahnya untuk mengambil mobilnya.
Gio segera melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata, kebetulan ini sudah dini hari jadi tidak banyak kendaraan yang melintas dijalanan.
Setelah hampir lima belas menit, Gio sudah sampai di club itu. Karena tadi Damar mengabarinya bahwa Giva berada disana. Dia menatap club itu, lama dia tidak pernah kesana.
Gio segera masuk kedalam, kemudian mencari Damar dan Rafael. Lampu yang remang remang sedikit menghalangi penglihatannya, namun Gio terus masuk kedalam menuju bar minuman, dan benar saja Rafael dan Damar sedang disana bersama, Giva.
Dia menghampiri bar minuman itu, dilihatnya Damar dan Rafael yang sedang membujuk Giva, namun Giva tetap menolak dan memberontak.
Pertama kali Gio melihat kedaan Giva seperti itu. Rasanya, hatinya seperti dicambuk, melihat Giva Merusak dirinya sendiri.
"Lama banget sih lo!" Ucap Rafael kesal pada Gio.
"Giv.." Tanpa mengindahkan ucapan Rafael, Gio malah menatap Giva dan memanggilnya.
Giva menengok ke sumber suara, dia menyipitkan matanya. Dalam keadaan setengah sadarnya dia melihat Gio. Namun, Giva tidak memperdulikannya.
"Giv, kita pulang." Ucap Gio dengan menarik tangan Giva. Giva memberontak dengan tarikan itu.
"Lepasin gue, berengsek!" Bentak Giva, sambil melepaskan tangannya dari Gio.
Gio pun membiarkan itu, kemudian dia beralih menatap Rafael dan Damar.
"Kalian berdua pulang duluan. Bawa motor Giva, ke apart gue. Hubungin Ariza sama Rey buat ngambil motor lo, dan nyetir mobil gue. Suruh mereka kesini naik taxi. Jangan hubungi Marsell dulu. Tenang aja, Giva aman sama gue." Ucap Gio panjang lebar.
Rafael dan Damar pun mengangguk sebagai jawaban mereka.
Mereka berdua pun keluar dari club itu untuk mengantarkan motor Giva ke apart Gio serta menghubungi Ariza dan Rey.
![](https://img.wattpad.com/cover/157986366-288-k135646.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope For Longing
Teen FictionKetika sesuatu yang indah hilang dalam seketika tergantikan oleh banyak luka terutama kerinduan. Bagaikan api yang harus mencairkan es, dan ketika es itu berhasil mencair menjadi air, tugasnya adalah memadamkan api. Ketika api itu telah padam, hany...