"Lo harus janji sama gue, kalo lo gak akan pergi ninggalin gue."
•••
Matahari perlahan tapi pasti akan menghilang bersama dengan luka yang terjadi hari ini. Sesaat lagi semuanya akan berubah, awan hitam yang akan datang dan menemani panjangnya malam.
Menyeramkan memang, tetapi tenanglah karena awan hitam tidak akan sendirian datang membawa ketakutan, akan ada bulan dan bintang yang menabur keindahan setia menemani awan hitam hingga membuat suasana malam tidak begitu menyeramkan melainkan menenangkan.
Gio dan teman temannya sedang berada di warung pakde sekarang, sudah lama mereka tidak berkumpul bersama Liar, jadi malam ini mereka putuskan untuk berkumpul, ya walau hanya sekedar basa basi tetapi itu cukup untuk melapaskan gundah bagi mereka.
Ya kalian pasti tahu lah, karena sebuah pertemuan adalah kabar.
"Yo, Mosvere bilang mereka mau balapannya malam ini jam sembilan." Ucap Jodie.
"Oke." Gio hanya membalas singkat.
"Emang lo siap?"
"Gue selalu siap."
"Oke." Ujar Jodie kemudian melangkah pergi.
"Kasih tau yang lain jangan sampai ada yang ga dateng nanti malam."
"Siap."
Setelah itu Jodie pergi untuk memberitahu anggota yang lain seperti yang dikatakan Gio tadi.
Gio masih menyesap rokoknya, entah sudah berapa banyak dia menghisap rokok, teman temannya pun tidak ada yang menghentikannya. Biarlah selama itu bukan miras. Lagi pula mereka tahu Gio sedang mendapat masalah sekarang, jika rokok adalah ketenangannya mereka bisa apa.
"Lo yakin, Yo?" Tanya Rafael.
"Yakin." Jawabnya pendek.
"Mereka licik, Yo."
"Gue tau."
"Perasaan gue gak enak." Sunggut Rey.
Guo menghela nafasnya, membuang rokok yang ada ditangannya, lalu menegakkan posisi duduknya. Dia menatap semua teman temannya yang sepertinya sedang was was, Gio paham dengan situasi seperti ini.
"Kalian gak usah khawatir, gue pasti baik baik aja. Percaya sama gue." Ujar Gio meyakinkan.
"Tapi perasaan gue bener bener gak enak, Yo." Jawab Rey resah. Entah kenapa perasaannya benar benar tidak enak, apalagi saat menatap Gio. Perasaannya mengatakan seolah akan terjadi sesuatu yang buruk pada Gio. Tetapi sebisa mungkin dia menepis pikiran buruknya itu.
"Itu cuma perasaan lo, Rey. Kalo lo kayak gitu berarti lo gak percaya sama gue." Jawab Gio.
"Ya bukan gitu, Yo." Rey menghela nafas gusar, dia benar benar takut sekarang.
Gio mengacuhkannya. "Za, lo siap kan?"
Ariza hanya mengangguk. Sejujurnya dia juga sama seperti Rey, perasaannya sedang tidak bersahabat sekarang.
"Lo, Mar?"
"Jangan ditanya lagi, gue mah selalu siap." Jawabnya antusias.
"Bagus." Balas Gio.
"Awas lo kalo malu maluin." Ancam Rafael.
"Gue? Malu maluin? Cih."
Rafael melirik Damar tajam. Dia sedang tidak mood untuk becanda hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope For Longing
Подростковая литератураKetika sesuatu yang indah hilang dalam seketika tergantikan oleh banyak luka terutama kerinduan. Bagaikan api yang harus mencairkan es, dan ketika es itu berhasil mencair menjadi air, tugasnya adalah memadamkan api. Ketika api itu telah padam, hany...