Hari ini senja pun kalah dari senyuman yang ada di bibirnya. Nyatanya senyuman itu lebih indah daripada senja sore ini.
•••
Gio tidak membawa Giva pulang melainkan membawanya ke suatu tempat, yaitu dimana danau yang terbentang luas yang mampu menenangkan pikiran dan jiwa karena keheningan dan keasriannya.
Giva ternganga melihat pemandangan yang sangat indah didepannya. Pertama kali yang Giva rasakan yaitu, damai. Hanya ada air yang bergerak karena angin dan juga kicauan burung di beberapa pohon yang lebat, bunga bunga disamping danau yang mekar dengan sempurna dan indah. Ini seperti sebuah mimpi bagi Giva bisa datang ke tempat seperti ini. Giva kira tempat seperti ini hanya ada di buku dongeng saja, ternyata itu salah.
"Ini tempat apa, Yo?" Tanya Giva masih menatap sekeliling danau yang tidak bosan bosannya ia pandang.
"Ini tempat biasa gue nenangin diri." Jawab Gio.
Gio duduk di rumput yang hijau dipinggir air danau, Giva pun mengikuti Gio, dia duduk disebelah Gio.
"Lo tahu dari mana tempat seindah ini?" Tanyanya lagi.
"Ada lah." Kekeh Gio.
"Dasar!" Cibir Giva.
"Indah ya, Giv?" Ucap Gio mengalihkan pembicaraan.
Giva mengangguk sebagai jawaban, bibirnya masih terus mengembangkan senyum yang manis, dan matanya masih fokus menatap danau didepannya.
"Kayak senyuman kamu." Goda Gio yang langsung mendapat pukulan dari Giva.
"Apaan sih lo!" Giva berubah menjadi ketus kembali.
"Oh iya, lo tahu dari mana warung tempat gue nongkrong tadi?" Tanya Gio penasaran.
Giva gelagapan mendapat pertanyaan itu dari Gio.
"Emm- itu- gue."
"Jangan jangan lo ngikutin gue ya?" Tanya Gio curiga.
"Nggak!" Tolak Giva cepat.
"Nggak usah boong lah, gue juga tau. Apa jangan jangan lo yang laporin ke polisi pas gue tawuran tadi." Gio menatap Giva dengan tatapan mengimindasi
Giva lagi lagi gelagapan, apa yang harus dia jawab?
"Jujur aja kali, gue gak akan marah sama lo." Ucap Gio menatap Giva yang sedang menatapnya juga.
Giva menghela nafasnya. Dia bukan tipe orang yang pintar berbohong, jadi ketika dia berbohong mana bisa Giva tidak ketahuan.
"Iya gue yang ngelaporin lo ke polisi." Akhirnya Giva pun mengakuinya.
"Apa tujuan lo laporin kita ke polisi?" Tanya Gio.
"Gue gak mau Marsell terluka." Alibi Giva.
"Marsell apa gue?" Tanya Gio jahil.
"Marsell lah, ngapain juga gue khawatirin lo!" Balas Giva cepat.
"Gue tau lo lagi boong." Gio terkekeh melihat ekspresi Giva.
"Sok tau lo!" Giva memukul lengan Gio tepat di bagian lukanya membuat Gio meringis.
"Eh, lo kenapa?" Tanya Giva panik. Namun Gio masih meringis, dan tidak lama darah segar keluar sampai menembus baju Gio.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope For Longing
Teen FictionKetika sesuatu yang indah hilang dalam seketika tergantikan oleh banyak luka terutama kerinduan. Bagaikan api yang harus mencairkan es, dan ketika es itu berhasil mencair menjadi air, tugasnya adalah memadamkan api. Ketika api itu telah padam, hany...