Goresan luka yang sekian lama tertutup rapat-rapat, kini harus rela kembali terbuka. Mengharuskan mengingat semua kenangan getir pahitnya masa lalu, (lagi).
•••
"GIVA!"
Gio mendorong bahu Giva, hingga tongkat yang Giva jadikan tumpuan itupun oleng, sampai akhirnya dia terjatuh.
Teman temannya berlari menghampiri Giva, begitupun dengan teman-teman Gio.
Sedangkan Gio, dia menatap tanpa rasa bersalah sedikitpun kearah Giva.
Giva meringis menahan nyeri di kakinya. Tepat di bagian lukanya harus tertindih oleh kaki satunya, sehingga darah segar berhasil keluar dari sana.
"Giva, kita ke UKS ya." Putus Lisa cepat.
Giva hanya diam, dia masih terus menatap Gio yang juga sedang menatapnya sinis.
"Brengsek!" Umpat Marsell tepat didepan wajah Gio.
Gio mengangkat bahunya acuh, lalu dia melenggang pergi meninggalkan mereka disana.
Mereka semua menatap kepergian Gio dengan tatapan bingung, kesal, dan marah.
"Ayo, Giv."
Marsell memapah bahu Giva untuk menuju UKS. Sedangkan yang lainnya mengekor dibelakang.
Saat mereka melewati koridor seluruh tatapan para siswa tertuju pada mereka, mereka semua menatap penuh kebingungan.
Apalagi Marsell yang memapah tubuh Giva, langsung saja mengundang tatapan sinis dan tajam dari para siswi yang tergila-gila pada Marsell.
Posisi Marsell disekolah hampir sama dengan Gio, dia banyak disegani para siswi karena ketampanan yang dia miliki.
Tanpa memperdulikan tatapan-tatapan dari para siswa, mereka tetap melanjutkan langkahnya menuju UKS, Karena hanya satu yang ada dipikiran mereka sekarang, keselamatan Giva.
Akhirnya mereka sampai didepan UKS, buru-buru Marsell masuk kedalam ruangan tersebut.
Setelah mereka memasuki UKS, langsung saja Giva mendapat penanganan dari petugas PMR disana. Sedangkan yang lainnya menunggu diluar, kecuali Marsell.
"Masih sakit?" Tanya Marsell.
Giva menggeleng sambil tersenyum kecil.
"Yaudah, lo disini aja, istirahat. Kita semua mau masuk kelas, udah bel." Kata Marsell. "Lo gapapa kan ditinggal sendiri?"
Giva hanya mengangguk.
Marsell menghela nafasnya, lalu dia keluar dari UKS meninggalkan Giva untuk beristirahat disana.
"Gue gak bermaksud ninggalin lo, Giv. Karena gue tau lo lagi butuh waktu buat sendiri." Gumam Marsell.
•••
"Giva gimana?!" Tanya Silla.
"Dia lagi istirahat." Jawab Marsell.
Terlihat helaan nafas lega dari mereka semua.
"Mending kita semua masuk kelas, udah bel." Sambungnya.
"Terus, Giva?"
"Biarin, dia butuh waktu buat sendiri."
Mereka semua akhirnya menyetujui ucapan Marsell, meninggalkan Giva dan menuju kelas mereka masing-masing.
Mereka berjalan bersama karena kebetulan kelas mereka searah. Sampai tiba didepan kelas XI IPA 1 dimana kelas Giva dan teman temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope For Longing
Teen FictionKetika sesuatu yang indah hilang dalam seketika tergantikan oleh banyak luka terutama kerinduan. Bagaikan api yang harus mencairkan es, dan ketika es itu berhasil mencair menjadi air, tugasnya adalah memadamkan api. Ketika api itu telah padam, hany...