"Seperti berjalan di atas pecahan kaca. Seperti itulah aku saat harus menceritakan luka lama. Dan aku tidak sanggup."
•••
Gio berjalan meninggalkan lapangan saat bel istirahat berbunyi, akhirnya hukuman yang diberikan oleh bu Dewi selesai. Dia berniat menuju UKS untuk melihat kondisi Giva sekarang. Tetapi, rasa haus menyerangnya, jadi dia memutuskan untuk menuju kantin terlebih dahulu.
Dia berbelok ke arah kanan untuk menuju kantin, dia membeli sebotol air mineral yang dinging lalu Gio duduk di pojok kantin dimana tempatnya dan teman temannya makan disana. Tetapi, Gio bingung tumben sekali teman temannya tidak makan karena bangku tempat mereka masih kosong.
Gio tidak begitu memperdulikannya, dia meneguk minumannya dan mengatur nafasnya. Setelah tiga jam dia dihukum dilapangan membuatnya gerah karena panasnya mentari siang ini.
Gio segera bangkit dari duduknya mengingat ada yang harus ia pastikan bahwa dia itu baik baik saja, siapa lagi kalau bukan Giva.
Saat dia baru saja keluar dari kantin, tiba tiba seseorang menabrak dirinya dari arah berlawanan. Sehingga beberapa lembar foto yang orang itu bawa berserakan di lantai. Gio tidak tahu dia siapa karena orang itu memakai Hoodie juga masker yang menutupi wajahnya.
Amarah Gio sedikit tersentil, dia ingin sekali rasanya menonjok wajah orang yang menabraknya itu. Saat melihat orang itu membereskan foto foto yang berserakan itu, Gio terkejut melihat salah satu foto yang tidak terbalik. Bagaimana tidak, dia melihat foto Giva ada disana bersama seorang laki laki.
Gio langsung saja mengambil foto tersebut, juga foto yang ada di tangan orang yang menabraknya tdi. Membuat orang itu menatap tajam kearah Gio tetapi Gio mengacuhkannya.
Gio melihat satu per satu foto itu, hatinya hancur sangat hancur, melihat foto foto Giva yang sedang tertidur disebuah hotel bersama seorang laki laki yang wajahnya di coret coret, membuat Gio tidak mengenal laki laki tersebut.
Selimut yang menutupi mereka berdua sebatas dada, baju baju berserakan dimana mana, rambut Giva yang acak acakan, bahkan ada foto laki laki itu sedang mencumbu Giva.
"BANGSAT!"
Emosi Gio naik pitam, dia siap membunuh siapa saja sekarang. Ketika dia mendongak, ternyata orang tadi sudah tidak ada, entah kemana.
'Apa maksud dari semua ini? Siapa dia?' Gio membatin.
Gio meremas foto foto itu, ia hampir merobeknya tetapi dia berfikir kembali, jika dia merobek foto foto itu maka dia tidak akan mengetahui apa apa.
Masih berhasil, Gio masih bisa berfikir sedikit jernih, dia tidak gegabah untuk menemui Giva dan memarahinya. Lagi pula, keadaan Giva sedang tidak baik untuk sekarang.
Dia melangkahkan kakinya menuju Rooftop, dia butuh ketenangan untuk berfikir tentang foto foto menjijikan itu.
Mungkin untuk saat ini Gio harus menjauhi Giva dulu sementara waktu untuk mencari tahu tentang semua kebenaran foto foto itu.
"Gue harus apa, Giv. Percaya sama lo atau sama foto foto ini. Argh anjing!" Umpatnya memukul dinding Rooftop.
"Menurut lo siapa dalang dibalik semua ini?" Tanya Gio pada Marsell.
Gio dan Marsell sedang berada di sebuah cafe yang lumayan jauh dari tempat tinggal mereka.
Mereka berdua sengaja memilih tempat yang agak jauh, supaya tidak ada orang yang bisa menganggu mereka. Mereka butuh privasi untuk masalah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope For Longing
Teen FictionKetika sesuatu yang indah hilang dalam seketika tergantikan oleh banyak luka terutama kerinduan. Bagaikan api yang harus mencairkan es, dan ketika es itu berhasil mencair menjadi air, tugasnya adalah memadamkan api. Ketika api itu telah padam, hany...