"Terimakasih untukmu yang selalu menemaniku, yang membuatku sedikit melupakan kesedihanku."
-Giva Giferlien
• • •
"Lo kok tidur lama banget sih! Kesel gue!" Cecar Nizza.
"Hehe..." Jawab Giva sambil cengengesan.
"Tau nih! Parah lo!" Timpal Lisa.
"Ih, udah dong! Kasian si Giva, dia kan baru sadar." Lerai Silla cepat.
Ya, disinilah mereka. Sedang berada di rumah sakit, karena tadi Gio mengabari bahwa Giva sudah sadar.
Mereka sedang didalam bersama Giva, sedangkan Gio dan teman temannya sedang berada diluar.
Jam baru saja menunjukkan pukul 19:00 pm. Tadi dokter bilang kalau Giva boleh pulang malam ini, namun Gio melarangnya. Entah apa sebabnya, sampai Gio melarangnya.
'Nggak! Besok pagi kita pulang! Gue nggak nerima penolakan!'
Hanya itu yang Gio katakan pada Giva tadi, alhasil Giva lah yang mengalah karena Gio sangat keukeh pada pendiriannya.
Menyebalkan! Memang, itulah Gio.
"Giv, kita mau ngomong serius sama lo." Tutur Nizza penuh keseriusan.
"Apa?" Tanya Giva penasaran.
"Sebenarnya apa yang terjadi sama lo?" Tanya Lisa to the point.
"Gue?" Tanya Giva balik. "Emang apa yang terjadi sama gue?" Lanjutnya.
"Tolol! Lo kok lama lama kayak Silla sih, lemot!" Ujar Nizza kesal sambil menonyor kepala Giva.
"Silla lagi, Silla lagi." Gumam Silla pelan.
"Giv, sebenarnya kita sahabat lo bukan sih?" Tanya Lisa semakin membuat Giva bingung.
"Ya iyalah kalian sahabat gue." Jawab Giva cepat.
"Sahabat? Ketika semua tentang lo nggak pernah kita tahu, itu yang namanya sahabat? Saat lo sedih, lo punya masalah, tapi nggak pernah berbagi sama kita, itu yang namanya sahabat?" Lisa mulai tersulut emosinya.
"Lo kenapa sih Lis?" Tanya Giva. Dia tidak mengerti apa yang terjadi, sungguh Giva sangat bingung.
"Lo yang kenapa?!" Suara Lisa mulai meninggi, Giva sedikit tersentak karenanya.
"Gu-e-"
"Kata lo kita sahabat, tapi perlakuan lo kayak bukan sahabat. Lo nggak pernah cerita apa apa ke kita, saat lo seneng ataupun sedih, lo selalu diem. Terus lo anggap kita ini apa, Giv? Kita disini selalu ada buat lo, kita mau lo bagi semua tentang masalah lo. Sakit lo, sakit kita juga." Potong Nizza cepat.
Bahkan ke empatnya sudah mengeluarkan air mata. Mereka hanya ingin Giva sadar, kalau mereka masih ada untuk Giva.
"Bahkan saat lo terpuruk kayak gini, kita nggak tau apa apa. Saat kak Adit lo nggak ada, kita nggak tau apa apa kan, Giv? Malah kita tau dari kakak lo, Sarah. Tentang keadaan keluarga lo, kita nggak tau, Giv. Padahal lo butuh penguat, lo butuh sandaran, lo butuh tempat buat lo utarain keluh kesah lo. Lo nggak usah sok tegar, kita tau kalo sebenernya lo itu rapuh." Sunggut Lisa sambil menangis.
"Diem diem kita tau semuanya, Giv. Meskipun lo nggak pernah cerita ke kita, tapi kita tau semuanya. Tentang keluarga lo, bi Inah sama mang Ibin, tentang lo yang pergi ke club sampe lo mabuk saat itu, tentang lo selalu nangis karena orang tua lo, kita tau semuanya Giv." Timpal Silla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope For Longing
Novela JuvenilKetika sesuatu yang indah hilang dalam seketika tergantikan oleh banyak luka terutama kerinduan. Bagaikan api yang harus mencairkan es, dan ketika es itu berhasil mencair menjadi air, tugasnya adalah memadamkan api. Ketika api itu telah padam, hany...