"She is mine."
•••
Setelah Giva dan temen temannya pergi meninggalkan rooftop kini hanya ada ke enam cowok tersebut. Untung saja kejadian tadi terjadi di rooftop jadi tidak ada yang tahu selain teman teman Giva dan teman teman Gio.
Gio duduk di bangku yang ada di rooftop dia tidak mengobati sama sekali luka yang ada di wajahnya. Membiarkan luka itu mengering dengan sendirinya.
Semua orang diam, sibuk dengan pikiran masing masing. Apalagi Gio, banyak yang dia pikirkan sejak tadi. Giva dan Marsell punya hubungan apa, kenapa dia bisa seberengsek itu, apakah dia harus meminta maaf kepada Giva, dan apakah Marsell dan Giva membenci Gio nanti. Sungguh semua itu membuat Gio pusing.
Baru saja satu hari dia bertemu dengan Giva, masalahnya sudah banyak seperti ini, bagaimana jika nanti dia setiap hari bertemu dengan Giva? Entahlah Gio pusing memikirkan semua itu.
Gio memejamkan matanya meredam rasa pusing dan rasa sakit di tubuhnya.
"Apa hubungan lo sama Giva?" Tanya Gio masih dengan mata terpejam.
Semua orang yang tadi sedang sibuk dengan aktivitas nya menoleh ke arah Gio. Mereka tahu bahwa pertanyaan Gio tadi tertuju untuk Marsell.
"Bukan urusan lo." Ketus Marsell dengan mata menajam.
"Jelas ini urusan gue. Marsell Zayn." Gio membuka matanya dan langsung menatap Marsell tajam.
"Hahaha, urusan lo? Nggak salah? Siapa dia dan siapa lo?" Marsell mengerutkan keningnya sambil tertawa meremehkan.
"She is mine!" Ucap Gio dengan yakin.
Seketika tawa Marsell pecah. "Hahaha, Is yours?" Tanya Marsell mengejek.
"Yes, from this moment on the she's mine." Senyum miring tercetak di wajah Gio.
"Even to forgive you here won't want to!" Ucap Marsell yakin.
Ketika Gio ingin berbicara lagi tiba tiba Damar menyela nya.
"Eh! Udah udah! Apa apaan sih kalian!"
Gio mengerutkan keningnya sedangkan Marsell menghela nafasnya.
"Tau nih! Ayo lah bro, kita itu udah besar jangan gara gara cewek persahabatan kita kayak gini. Bahkan bisa jadi lebih parah dari ini." Rey menasehati.
"Iya, udahlah masalah Giva itu urusan Gio. Dan sebenarnya kita juga mau tahu ada hubungan apa lo sama Giva, Sell?" Tanya Rafael.
"Yo, kalau lo beneran suka sama Giva lo kejar dia. Jangan karena lo ngerasa bersalah sama dia lo mau jadiin dia milik lo. Lo tau kan Giva orangnya gimana? Kalau emang lo beneran suka, gue dukung lo" Ucap Ariza sambil menepuk bahu Gio. Dan mendapat tatapan tajam dari Marsell.
"Thanks." Balas Gio sambil tersenyum ke arah Ariza.
Marsell bingung apakah dia harus mendukung Gio sekarang? Atau bagaimana? Dia takut jika Giva bersama Gio, Gio akan menyakiti Giva lagi. Dia tidak mau itu terjadi. Bagaimana pun Marsell sudah menganggap Giva sebagai adiknya sendiri. Tapi jika Gio benar benar mencintai Giva, Marsell bahagia sebab dia tahu masa lalu keduanya, mereka sama sama mengalami kehancuran dulu.
Huft.
Dia harus bisa berpikir dewasa sekarang, jangan sampai amarah menguasai nya lagi. Marsell menghampiri Gio, tidak ada lagi sorot mata tajam seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope For Longing
Teen FictionKetika sesuatu yang indah hilang dalam seketika tergantikan oleh banyak luka terutama kerinduan. Bagaikan api yang harus mencairkan es, dan ketika es itu berhasil mencair menjadi air, tugasnya adalah memadamkan api. Ketika api itu telah padam, hany...