PART 19 : Pelarian

155 27 1
                                    

"Aku tidak tahu lagi apa gunanya aku hidup. Mungkin hanya satu gunanya, yaitu mencoba hal baru yang bahkan dilarang sekalipun."

DEPRESSED!!

••••

Caca, Gio dan Giva sedang berada di dalam mobil sekarang, Untuk menuju rumah Giva. Tidak banyak percakapan diantara mereka. Hanya saja Caca yang terus berceloteh tidak jelas sepanjang jalan. Sedangkan Gio dan Giva mereka sibuk dengan pikiran mereka masing masing.

"Abis belok kiri kemana Kak?" Tanya Caca yang duduk dipangkuan Giva.

"Abang juga tahu." Ucap Gio dengan mata yang masih fokus pada jalanan.

"Abang sering apel ya ke rumah kak Giva?" Tanya Caca sambil memincingkan matanya.

"Apaan sih!" Dingin Gio.

"Kok abang nggak pernah bilang sih punya pacar. Kalo abang bilang juga Caca nggak bakal ngungkit ngungkit kak Bunga lagi." Ucapnya sambil memajukan bibirnya beberapa centi ke depan.

"Bunga? Siapa?" Batin Giva.

"Caca bisa diem nggak?" Tanya Gio sedikit kesal.

"Nggak!" Jawab Caca Kemudian menjulurkan lidahnya kearah Gio.

Gio memutar bola matanya jengah karena kelakuan adik laknat nya ini.

"Kak Giva tahu kak Bunga?" Tanya Caca sambil menatap Giva.

Giva menggelengkan kepala tidak tahu.

"Kak Bunga itu-." Belum sempat Caca bercerita Gio sudah menghentikan mobilnya dan telah sampai di rumah Giva.

"Turun." Ucap Gio dingin dengan raut datarnya.

"Caca nanti aja ya ceritanya, kak Giva mau turun dulu." Ucapnya sambil tersenyum, kemudian turun dari mobil Gio.

Gio pun segera melajukan mobilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bahkan menatap Giva pun tidak.

"Dah, kak Giva!" Teriak Caca sambil melambaikan tangannya kearah Giva.

Giva pun membalas lambaian tangan Caca, bocah itu sangat menggemaskan. Kemudian dia masuk kedalam rumahnya. Lagi lagi dia harus kembali ke rumah itu. Ingin sekali rasanya Giva pergi meninggalkan rumah tersebut, namun Giva tidak bisa melakukannya.

Kakaknya belum juga pulang, sehingga dia sendirian dirumah. Kedua orang tuanya masih berada di kantor karena jam masih menunjukkan pukul 12:10 siang.

Giva menaiki tangga menuju kamarnya. Hidupnya sangat sangat tidak berguna, Menurutnya. Giva memejamkan matanya berusaha mencari ketenangan disana. Sampai akhirnya dia terlelap.

Hanya dengan mata terpejam semua masalah seketika hilang. Dan hanya dengan mata terpejam yang kita inginkan bisa terwujud seperti kenyataan.

••••

Gio pun sudah sampai dirumahnya sekarang. Gio dan Caca segera turun dari mobilnya, kemudian dilihatnya kedua orang tua mereka yang sedang memasukkan koper ke bagasi mobil Ayahnya.

"Udah pulang sayang?" Tanya Sinta yang masih dengan memasukkan koper terakhirnya.

Caca berlari menghampiri Bunda dan Ayahnya disusul Gio yang berjalan sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Mau berangkat sekarang Bunda?" Tanya Caca sambil menengadah supaya bisa melihat Bundanya.

Sinta mengangguk.

Hope For LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang