PART 22 : Jerman?

141 31 1
                                    

"Andai kau tahu, aku sangat hancur sekarang."

••••

Gio telah sampai disebuah apartemen yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Giva.

Dia menekankan beberapa angka yang diketahui pin untuk masuk kedalam apartemen tersebut.

Pintu pun terbuka, Gio melenggang masuk tanpa permisi kedalam apartemen itu.

"Marsell!" Teriak Gio mencari pemilik apartemen tersebut.

Ya, itu apartemen tempat Marsell tinggal selama beberapa tahun terakhir ini.

"Marsell! Dimana lo?!" Teriaknya lagi, kerena tidak menemukan yang ia cari.

Gio memeriksa setiap sudut ruangan, kamar, dapur, kamar mandi, semuanya tidak ada. Dimana Marsell?

Gio merogoh ponsel yang berwarna black dengan lambang apel yang tidak utuh dibelakangnya, iPhone keluaran terbaru.

Dia mencari kontak Marsell, setelah menemukannya, Gio segera menghubungi Marsell. Tidak butuh waktu lama Marsell mengangkat sambungan darinya.

"Ada apa, Yo?"

"Lo dimana, njing!"

"Lagi diluar, cari makan."

"Cepet balik! Gue ada di apart lo."

"Lima menit."

Setelah sambungan itu sudah terputus, Gio membuang ponselnya ke sembarang arah. Dia duduk di kursi yang ada disana. Gio mengusap wajahnya gusar.

Satu nama yang sekarang mengisi penuh pikirannya. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana nanti? Giva. Nama itu yang sekarang merampas penuh pikirannya. Jujur, Gio sangat khawatir dengan Giva.

Marsell telah sampai di apartemen nya, dia menemukan Gio yang sedang menatap kosong kearah depan. Marsell mengerutkan keningnya, 'ada apa?'

"Hoy!!" Sentak Marsell membuat lamunan Gio buyar seketika.

"Lo kenapa, bro?" Tanyanya, sambil duduk disamping Gio.

Gio lagi lagi mengusap wajahnya gusar.

"Adit meninggal." Ucapnya to the point.

"Adit? Rival lo?" Tanya Marsell bingung.

"Giva."

"Giva? Apaan sih! Kalo ngomong yang jelas dong kikir banget lo!"

Gio menahan nafasnya seketika, menahan sesak di dadanya.

"Adit nya Giva meninggal."

Deg!

Jantung Marsell seakan berhenti berdetak mendengar kabar itu. Giva. Hanya dia yang sekarang ada di pikirannya, haruskah dia kembali kemasa kelamnya seperti dua tahun lalu? Marsell tidak bisa membayangkan jika semua itu terjadi, lagi.

Bugh!

"Becanda lo nggak lucu, anjing!" Emosi Marsell meletup, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Gio.

"Ikut gue!" Tanpa memperdulikan ucapan Marsell dan rasa perih di wajahnya karena pukulan Marsell, Gio keluar dari apartemen nya.

Nafas Marsell masih memburu, tatapannya pun masih setajam elang, Marsell memejamkan matanya dan mengatur nafasnya, berikutnya dia mengikuti Gio keluar.

Gio dan Marsell sampai di rumah Giva, Gio melepas helmnya begitupun dengan Marsell.

Mereka berdua masuk kedalam rumah tersebut, baru selangkah mereka memasuki rumah Giva, sudah terdengar teriakan histeris dengan isak tangis memilukan dari arah kamar Giva.

Hope For LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang