Sebuah kehancuran yang datang menerjang, membuatku seperti batu yang dilempar ke dalam air, tenggelam.
•••
Seperti biasa, Giva menunggu angkutan umum di halte yang dekat dengan rumahnya. Tiba tiba ada sebuah motor sport menghampirinya, yang Giva ketahui itu adalah motor milik Gio. Dan benar saja ketika pemilik motor itu membuka kaca helm ya, itu adalah Gio.
Gio membuka kaca helm full face ya, kemudian dia turun dari motor miliknya menghampiri Giva.
"Lo ngapain disini?" Tanya Gio pada Giva. Gio terkejut melihat luka di dahi Giva.
"Boker! Ya nunggu angkutan umum lah Gio." Giva sedikit kesal karena Gio menanyakan hal yang tidak bermutu, menurutnya.
"Oh." Jawab Gio pendek, membuat Giva membulatkan matanya. Dasar cowok es!
"Lo sendiri ngapain berhenti disini?" Tanya Giva mencoba meredam rasa kesalnya.
"Jidat lo kenapa?" Tanya Gio tanpa menjawab pertanyaan Giva.
"Oh, ini. Tadi malem kejedot tembok." Alibi Giva.
Gio tahu Giva sedang berbohong padanya, tetapi Gio biarkan saja. Dia langsung menarik tangan Giva menuju motornya.
"Gio! Lo apa apaan sih!"
Gio langsung naik ke atas motornya, kemudian memakai helm nya lagi.
"Naik."
"Hah?" Giva bingung apa maksud dari perkataan Gio yang singkat itu.
"Naik bodoh! Mau ke sekolah ngga?!"
"Kasar!" Jutek Giva.
"Cepetan!"
Giva pun mengalah dia segera naik ke atas motor Gio, berdebat dengan Gio tidak akan pernah selesai, dan ujung ujungnya dia yang akan kalah.
Tanpa mengucapkan apapun Gio segera melajukan motornya meninggalkan halte tersebut.
Ditengah perjalanan tiba tiba Gio menambah kecepatan motornya, membuat Giva refleks memeluk Gio.
"Giooooo! Kalo lo mau mati, sendirian aja! Gue masih mau hidup!" Teriak Giva karena Gio mengendari motor seperti orang kesetanan.
"Berisik!"
Giva tidak membalas perkataan Gio, dia memilih memejamkan matanya karena jujur dia takut sekarang. Tanpa sadari sekarang dia sudah sampai di sekolahnya, tetapi Giva masih memeluk Gio.
Mereka sekarang menjadi pusat perhatian para siswa yang sedang melintas itu.
"Mau turun nggak?" Tanya Gio ketika sudah sampai di sekolahnya.
Mendengar suara Gio, Giva tersadar. Buru buru dia melepaskan tangannya dari pinggang Gio. Kemudian dia segera turun dari motor Gio, dia merapikan rambutnya yang berantakan karena ulah Gio tadi.
Setelah Gio melepas helm nya kemudian dia turun dan berdiri di hadapan Giva. Dia melihat Giva yang sedang menekuk wajahnya kesal, sambil terus merapikan rambutnya. Gio tersenyum melihat wajah Giva yang menggemaskan dimatanya sekerang. Gio menurunkan tangan Giva kemudian dia merapikan rambutnya.
Giva terkejut karena Gio tiba tiba menyentuh rambutnya dan merapikannya. Setelah rambut Giva sudah rapi, Gio tersenyum ke arah Giva. Setelah itu dia segera melengos pergi meninggalkan Giva sendirian tanpa mengucapkan apapun.
"Gila!" Umpat Giva kemudian dia pergi untuk menuju kelasnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope For Longing
Teen FictionKetika sesuatu yang indah hilang dalam seketika tergantikan oleh banyak luka terutama kerinduan. Bagaikan api yang harus mencairkan es, dan ketika es itu berhasil mencair menjadi air, tugasnya adalah memadamkan api. Ketika api itu telah padam, hany...