Almira duduk sambil menunduk di depan ibunya yang masih berdiri di depan kasur. Tatapan kecewanya menampar wanita itu, jadi ia lebih memperhatikan lantai yang tak menarik dari segi manapun.
Beberapa menit mereka terdiam, sampai akhirnya ibu Almira yang bernama Yuh Jung itu bertanya, “Anak siapa itu?”
Almira mengembuskan napas dan mendongak. “Ibu tak perlu bertanya jika tadi melihat pertengkaran kami.”
PLAK!
Almira menahan mati-matian tangisannya demi terlihat tegar dan kuat, ia kembali menatap Yuh Jung yang sedang mengatur emosi serta napas naik turunnya tanpa diminta.
“Lalu?”
“Dia … tak ingin bertanggung jawab—"
PLAK!
CKLEK!
Rin masuk tanpa permisi karena mendengar suara tamparan yang membuat ketiga orang di ruang tengah khawatir. Ia mendekat lalu memegang bahu Almira yang kini sudah menunduk sambil meneteskan air matanya tanpa suara.
“Bibi …” panggil Rin mencoba untuk memberi pengertian supaya Yuh Jung tidak menyakiti anaknya lebih dari ini. Dan selanjutnya tanpa diduga-duga, Yuh Jung mendekat lalu memeluk Almira sambil menangis juga.
“Ini yang ibu khawatirkan saat kau lebih memilih tinggal jauh dariku,” ucapnya lirih sambil mengusap kepala anaknya dengan lembut. “kenapa kau bodoh sekali, Almira?”
Dan setelah itu Almira menangis kencang di dada ibunya sambil terus berkata maaf. Tamparan tadi bukanlah penyebab tangisnya pecah, tapi kalimatnya lah yang membuatnya merasa menjadi anak yang paling tak tahu diri selama ini.
“Maafkan aku …”
***
Kihyun melamun di perjalanannya menuju dorm. Sebelum memutuskan pergi dari apartemen Rin, ia sempat melihat kekasihnya tidur dalam pelukan Yuh Jung yang erat. Rin menyuruhnya pergi sebelum ibu Almira bicara dengannya lengkap kalimatnya yang akan membuat Kihyun tak bisa berkata-kata.
Benaknya bertarung untuk berdebat, apa yang harus ia lakukan sekarang? Di sisi lain kepalanya terasa bisa pecah kapan saja memikirkan orang-orang di agensinya yang bukan main begitu membuatnya jadi tertekan.
Di sisi lain ia harus memikirkan atau setidaknya menyelamatkan Almira dari dunia hiburan yang semakin hari pasti semakin menyudutkannya. Ia tak ingin Almira semakin stress demi melayangkan dendam dan memutar otak untuk menjatuhkannya dengan semua rencana jahatnya.
“Aku ingin mengajaknya ke bidan supaya tahu harus bagaimana merawat dia ke depannya,” gumam Kihyun sambil menyandarkan kepalanya ke badan jok. Kihyun sadar ia sangat baik dan sayang sampai rela melakukan banyak kebaikan walau Almira menolaknya mentah-mentah, tapi ia pun sadar bahwa Kihyun tak lebih dari seorang pecundang. Berengsek.
Kihyun menatap jendela di sampingnya.
“Aku harus bicara sesuatu dengan ibunya.”
***
Sore menjemput, Almira mendengar suara seseorang sedang memasak. Ia kira ibunya, namun justru Yuh Jung sedang mengulum senyum sambil memainkan helaian rambutnya yang belum keramas sejak kemarin.
“Ibu?”
“Diamlah dulu, ibu merindukan saat-saat seperti ini,” ujarnya dengan suara yang serak. Almira diam, masih merangkai kata bagaimana bicara dengan ibunya supaya Yuh Jung mengerti keadaannya yang jelas salah dari segi manapun.
Beberapa detik berlalu dalam keheningan, akhirnya Yuh Jung membuka suara.
“Kau menghebohkan negara Korea untuk mendapat pengakuan?” tanyanya membuat Almira mengangguk ragu-ragu. “Hentikan saja, Almira. Semuanya akan sia-sia.”
“Tapi—"
“Turuti saja. Kita akan rawat bayi itu sama-sama, biarkan Kihyun dengan karirnya. Lagipula Rin bilang selama ini dia selalu menjagamu dari jauh dan merawatmu sebaik mungkin. Kenapa kau malah ingin menghancurkan karirnya?” Pertanyaan Yuh Jung sebenarnya tidak benar-benar terdengar tulus, Almira tahu itu. Ibu mana yang rela anaknya diperlakukan tidak adil begini?
Hanya saja Yuh Jung pikir dengan melakukan semua dendam ini pun takkan ada gunanya. Selama ini ia hanya memantau dari berita-berita karena masih bingung dan linglung untuk pergi ke ibukota, jadi baru sekarang ia menemui Almira yang masih belum bangkit dari keterpurukannya yang sendirian.
“Ibu takut anakmu nanti akan sejahat sikapmu sekarang. Kau mempertahankan kandungan ini dan tak menggugurkannya, bukankah artinya kau menyayangi anak ini?” tanya Yuh Jung sambil menatap anaknya dengan lembut.
Almira mengangguk ragu, membuat senyum tipis terukir di wajah keriput ibunya.
“Jadi sekarang ibu minta kau maafkan Kihyun …” ucap Yuh Jung serius. “ … lalu kita pergi dari sini.”
Almira awalnya enggan, tapi melihat ibunya yang sangat peduli lebih dari teman-temannya di sini membuat Almira mengangguk. Sudah cukup ia merasa stress dan menjadi pribadi yang bukan dirinya. Pikirannya mulai selaras dengan hatinya.
Ia harus menghentikan semua ulah bodohnya dan memulai kehidupan baru yang menyenangkan bersama keluarga kecilnya.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang, Bu?” tanya Almira serak.
“Bilang pada semua orang bahwa … kau hamil bukan anak lelaki itu.”
Almira bungkam, dibarengi meluncurnya air mata tak terima.
***
Esoknya Changsub di dalam café hanya menghela napas karena berita Almira tak juga surut dari permukaan. Hari ini entah kenapa wanita itu mendadak minta izin untuk tak bekerja, Changsub yang mengerti hanya mengizinkan tanpa bertanya lebih.
Berita hubungan Kihyun dan Almira menjadi topik panas di Korea Selatan. Kenapa panas? Karena masih belum ada kepastian perihal kebenaran yang sebenarnya. Entah sekuat apa Almira sampai bisa bertahan sejauh ini, Changsub tak mengerti.
Terakhir mendengar kabarnya dari Bill saja ia sampai geleng-geleng kepala karena khawatir. Ia mendengar bahwa beberapa suruhan Starship datang ke apartemennya dan memberikan penawaran untuk menyembunyikan kandungan itu dan mereka akan memberikan apapun yang Almira mau. Bahkan tak lama dari itu, suruhan Starship datang lagi dengan membawa ancamannya.
Almira benar-benar membawa diri ke sesuatu yang berbahaya.
“Apa kau menyukainya?” Celetukan Chorong membuat lamunan Changsub buyar, perempuan itu malah tertawa sambil membawa minumannya. “Kau memikirkan Almira sampai begini.”
“Dia sudah kuanggap adik, aku sangat mengkhawatirkannya. Lagipula selama ini dia wanita baik-baik, aku kenal persis.”
“Itu berarti kau menyukainya, Changsub-a~” Changsub mendecak mendengar godaan itu. “Kemarin sewaktu aku bertemu dengannya, aku bertanya apakah dia sudah ke bidan. Jawabannya belum, kasihan sekali. Kau ajak saja dia.”
Changsub mengangguk. Di saat Almira hanya sendiri sekarang, ia merasa diperlukan di sisinya. “Nanti aku ajak.”
“Tuh kan~ kau menyukainya!!!”
“Berisik!”
Ayo voment, guys💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
FanfictionDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...