Selesai melahirkan, Almira dibantu banyak oleh saudara dan tetangganya untuk merawat Ivy. Tak peduli bahwa hari itu natal atau menjelang tahun baru. Kehadiran anaknya disambut baik oleh orang selain Almira.
Loh?
Iya, beberapa hari setelah dia keluar dari rumah sakit dan memusatkan diri kepada Ivy. Almira tak sadar bahwa dirinya mengalami baby blues atau yang sering kita tahu adalah perubahaan mood dan perasaan yang negatif terhadap bayinya setelah melakukan proses persalinan.
Ketika melihat Ivy di dekatnya, Almira cenderung ingin pergi dari sana dan menangis tiba-tiba. Akhirnya ini berakibat ke terhambatnya proses belajar untuk menjadi seorang ibu. Ketika ingin melatih diri untuk merawatnya, Almira akan sensi dan pergi.
Cenderung tidak sabar dan mengabaikan Ivy begitu saja.
Yuh Jung serta para saudaranya sudah tak heran, karena ini memang biasa terjadi pada ibu-ibu yang baru melahirkan. Yang tidak biasa hanyalah Rin, mungkin karena dia masih lajang dan tidak mengerti kenapa bisa demikian. Seringkali dia mengadukan hal ini pada Hyungwon yang berimbas bocor ke Kihyun. Tidak semua, sih. Hyungwon juga membantu Kihyun supaya bisa melupakan Almira.
Memang kedua lelaki itu tidak melakukan upaya, tapi yang ada rasa khawatir mereka semakin menjadi. Sesekali Hyungwon atau Changsub (dia diberitahu oleh Bill) menelpon dan memberinya saran, tapi yang ada Almira seakan tak peduli.
Bahkan ia memberi ASI tanpa melihat anaknya.
Almira sendiri pun tak mengerti, ketika melihat Ivy rasanya ia selalu merasa sedih. Beberapa alasannya sangat jelas, tapi beberapa lagi tidak demikian. Terkadang bayangan masa lalunya memenuhi kepala Almira dengan mendadak, apalagi ketika ia memandangi Ivy.
Wajahnya terasa sangat mirip dengan Kihyun, hal itu membuatnya tanpa sadar hampir membencinya kalau saja sang ibu tidak berkata, “Wajah bayi itu cenderung belum terbentuk dengan sempurna. Bisa saja beberapa minggu ke depan dia akan sangat mirip denganmu. Jangan terlalu banyak pikiran, ya?”
Di lain waktu juga dia bisa diserang rasa cemas, ada rasa takut yang menyelimuti dirinya. Bagaimana kalau Ivy dibenci teman-temannya nanti saat tahu bahwa ibunya pernah punya urusan serius dengan salah satu idol yang bisa jadi nantinya sudah sangat terkenal, kan? Bagaimana kalau Ivy diejek karena tak punya ayah? Bagaimana kalau dia membenci Almira saat tahu kebenarannya?
Apa bisa ia menjadi ibu yang baik? Apa bisa Almira membesarkan Ivy seorang diri?
Namun kembali lagi pada keputusannya di awal, ini semua sudah menjadi pilihannya. Apapun yang Almira hadapi nantinya, ia hanya harus melawannya dengan kuat. Ivy akan selalu bersamanya. Ivy bukanlah musibah dari Tuhan.
Jadi walaupun sulit, Almira selalu berusaha untuk mendekatkan diri dengan anaknya. Ia belajar banyak hal mulai dari memandikannya, memberinya makan, membuatnya tidur dan kegiatan lain yang sangat sulit. Apalagi ia jadi kurang tidur karena semua itu.
Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan ia hadapi dengan penuh ketekunan. Suka dukanya ia lewati bersama sang anak dan Yuh Jung, tentu saja.
Almira yakin akan satu hal … happy ending sedang menunggunya di masa depan nanti.
***
Tiga tahun setengah sudah Almira lewati. Malam ini ia sedang bermain dengan anaknya yang sibuk mengoceh berbagai hal dengan tak jelas, sedangkan sang nenek sedang mencuci piring karena baru saja menyelesaikan makan malamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
Fiksi PenggemarDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...