Almira bangun dengan badan yang cukup pegal, ia mengerjapkan matanya berkali-kali sambil menerima sinar matahari pagi yang bersumber dari jendela kamarnya. Pantas saja, semalam dia tak sempat menutupnya.
Kenapa? Kenapa dia tak sempat menutupnya, ya?
Salahkan Kihyun yang tiba-tiba memeluk dan membawanya ke atas kasur, membuat dadanya berpacu cepat seperti dulu dan dengan tak tahu dirinya malah menerima semua perlakuan lelaki itu. Diciumnya, disentuhnya, dicumbunya.
Argh! Sial! Almira langsung bangkit dan menoleh ke samping di mana Kihyun masih tidur di sana dalam keadaan tubuh ditutupi selimut. Semua orang bisa menebak bahwa di baliknya ia tidak berbaju, karena kulit putih itu membuat Almira iri dan dengan sombongnya menunjukkan diri. Sedikit berotot dan membuatnya merasa ia seksi. Kepalanya sedikit pusing karena serangan ingatan semalam yang mendadak itu, apalagi pemandangan di depannya sekarang.
Argh! Sial! Sekali lagi dia merutuk dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya juga. Segera ia angkat tangannya dan menarik semua helaian rambut yang menjuntai begitu saja menutupi wajah. Tidak sadar bahwa sebenarnya sejak Almira bangun, Kihyun pun sudah bangun dan hanya pura-pura tidur jika ia menatapnya.
Sekarang Kihyun merasa Almira berjuta kali lebih seksi dengan posenya. Mungkin kerinduannya yang besar membuat ia cenderung selalu memuji semua yang ada dalam diri Almira.
“Bagaimana bisa sedang hamil tua begini dia malah mempermainkanku?” tanya Almira pelan. Memori otaknya memutar kembali kejadian semalam, di mana Kihyun berlaku sangat romantis padanya. Entah perlakuannya atau kalimat-kalimat cintanya.
“Tidak mempermainkan kalau kau menerimanya juga.” Almira tersentak dan menoleh, Kihyun sedang mendudukkan dirinya sambil tersenyum. “Selamat pagi.”
Seakan tak punya luka di hatinya setelah Almira menolak niat baik Kihyun semalam, justru sapaan itu membuat Almira tak nyaman. Ia merasa aneh dan senyuman Kihyun sangat palsu. Almira membuka lemari nakas di sampingnya dan mengeluarkan handuk baru tanpa menyahuti sapaannya.
Kihyun memberi interupsi supaya dia yang memakai dan meninggalkan Almira, memberinya privasi untuk berganti baju atau apapun, tapi tangan wanita itu menahan pergerakannya. “Kihyun, kuharap ini benar-benar yang terakhir kalinya kita begini.”
“Apanya?” tanya Kihyun pura-pura tak mengerti.
“Aku tak ingin bertemu denganmu lagi, lebih baik hidup masing-masing. Hmm?” Almira menyerahkan handuknya lalu kembali menarik selimut yang menutupi tubuh telanjangnya, ia menatap lekat meminta sahutan.
Yang ada Kihyun hanya tersenyum dan menciumnya sekali, dalam serta menenangkan. Memiringkan kepala dan memejamkan mata. Almira tak menolak karena ia sudah lelah untuk berontak, pada akhirnya lelaki itu hanya akan memaksakan keinginannya. Begitu tautan bibirnya terlepas, Kihyun hanya mengusap rambut Almira dan pergi begitu saja sambil memakai handuk.
“Apa dia benar-benar akan menuruti kemauanku?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
FanfictionDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...