Almira sedang masak dengan tenang, ketika Inha tiba-tiba datang dengan raut pucatnya. Bukan karena dia sakit, hanya saja sepertinya ada sesuatu yang mendesak sampai dia sedikit panik dan berefek ke wajahnya.
Alis Almira terangkat otomatis sambil masih sibuk sendiri dengan masakannya. Kemudian dengan penuh pertimbangan, Inha membuka mulut untuk menceritakan sebuah kabar yang sepertinya akan membuat Almira kurang nyaman.
“Al, seseorang menanyakanmu di luar,” ujarnya ragu.
“Siapa? Keluargaku?” tanya Almira yang dijawab dengan gelengan. “Pengunjung? Aku belum punya cukup banyak teman di sini. Siapa memangnya?”
Tak lama pemilik rumah makan sambil memekik tertahan ke dapur dan mengatakan bahwa tempat mereka kedatangan seorang idol. Perasaan Almira mendadak tak enak, jadi dia melirik Inha dan wanita itu mengangguk pelan.
“Kau memberitahu aku ada di dapur?” tanya Almira berbisik karena matanya masih fokus memperhatikan ocehan atasannya. Inha hanya mengulum bibirnya dan melemparkan tatapan bersalah, Almira sudah mendapakan jawabannya.
Setelah pamit untuk meneruskan pekerjaannya, Almira diam-diam mengecek ponsel. Tepat seperti dugaannya, Hyungwon mengirimkan pesan dan sempat mencoba menelponnya. Sayang sekali Almira terlalu fokus bekerja, tadi.
Semua isi pesan yang ia baca kebanyakan isinya mengatakan bahwa Kihyun memaksa untuk datang ke tempat kerjanya. Ia juga sempat menjelaskan secara singkat kalau Kihyun tahu bukan dari dirinya –mungkin sebagai pembelaan diri-, tapi karena kebetulan staf memesan makanan dari tempatnya bekerja.
Almira tidak bisa untuk mencegah, ia tak punya hak dan lagi untuk apa mencegahnya? Selama Kihyun tak mencoba untuk bertemu dengannya, itu tak apa. Tapi bukankah Inha baru saja mengatakan kalau salah satu idol yang datang ke tempat kerja itu menayakannya?Apa mungkin itu benar-benar Kihyun?
Almira menggeleng pelan, ia kembali memasak dan menyuruh Inha untuk bergegas juga. Tak lupa memberinya amanat, jika memang itu Kihyun, sebisa mungkin untuk tak memberikan informasi apa-apa tentangnya.
Sayang sekali, selang beberapa menit ia mulai bergulat dengan wajan dan tambahan pikirannya, atasannya datang sambil berkata, “Kihyun mencarimu.”
Sudah Almira duga.
Jadi ia langsung menggeleng untuk menolak. Sementara Inha dan Hyungwon yang menjadi tameng Almira sudah beberapa kali memperingati Kihyun untuk tidak memaksakan keinginannya agar bertemu dengan Almira.
Memang tidak memaksa, hanya saja bujukkannya itu terkesan keras kepala dan membuat keduanya jengkel bukan main.
“Sebentar saja,” bujuk Kihyun memelas pada Inha yang tetap disahuti gelengan kepala.
“Kau sudah tahu tempatnya bekerja, jadi kurasa itu cukup.” Kihyun menghela napas. Melihat suasananya tidak akan memungkinkan untuk ke depannya, jadi Hyungwon segera mengeluarkan uang dan membayar makanan yang sempat mereka santap.
Dengan alasan manager sudah menanyai mereka, Kihyun akhirnya bangkit untuk pergi. Lagipula kalau bisa dikatakan spontanitas, ia pasti akan menggunakan itu untuk deskpripsi dirinya beberapa saat yang lalu.
Ia benar-benar belum menyiapkan diri, pembicaraan, atau apapun itu jika benar bisa bertemu dengan pujaan hatinya.
Namun belum benar-benar keluar dari rumah makan, ia sempat menoleh ke tempat di mana Inha keluar dari sana tadi. Ada siluet bayangan di lorong itu, terlihat juga sedikit punggungnya. Mungkin Almira, begitu pikirnya.
Tapi Kihyun tak nekat menghampirinya, dari persembunyian itu saja ia paham betapa bencinya Almira pada dia. Mungkin.
Sedangkan di sisi lain, Almira baru saja mengintip Kihyun serta Hyungwon ke luar. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, lalu mengembuskan napas lelah. Kalau boleh jujur, ini masa ngidamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
FanficDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...