Bohong namanya jika Almira tak butuh seseorang, ia butuh teman untuk perjuangannya. Tapi kerabatnya memilih untuk menunggu di luar dengan cemas serta tak lupa memanjatkan banyak do’a untuk keselamatannya.
Bergantian perawat mengusap keringat dan menyadarkannya untuk selalu terjaga. Almira merasa asing, ia bahkan menangis untuk hal yang para perawat tak bisa tebak. Bukan karena sebentar lagi akan melahirkan, tapi karena ia ingin kehadiran seseorang. Almira ketakutan.
Dokter sudah memberinya aba-aba untuk bersiap karena sebentar lagi persalinan akan dilakukan tim medis. Tepat ketika pintu ruangan terbuka dan masuklah seseorang dengan tergesa. Ia membuka maskernya dan mengenggam tangan Almira tanpa diminta.
Yoo Kihyun.
Kenapa dia ada di sini? Begitu pikir Almira.
Entah ini rencana yang Kuasa atau bagaimana, Kihyun ada pekerjaan di Busan dengan kedua member Monsta X lainnya. Tepat ketika pekerjaannya selesai beberapa menit, ponselnya berdering nyaring karena telpon seseorang.
Rin, perempuan ini menghubunginya dan mengatakan ada situasi genting di Daegu yang tak lain adalah tempat tinggal mantan kekasihnya. Jika memang sempat, Rin ingin lelaki ini datang untuk menemani mereka. Terlebih Almira.
Bill sejak awal sudah mengatakan pada Rin bahwa ia hanya bisa membantu semampunya. Soal Almira dan bayinya biar jadi urusan Yuh Jung atau sahabatnya sendiri. Rin pikir Yuh Jung sudah cukup sibuk mengurus banyak hal di rumah sakit agar anaknya bisa segera ditangani, tapi ia tak mau masuk dan menemani sang sahabat berjuang.
Dan lagi perawat menganjurkan agar suami Almira yang menemaninya. Jadi entah ia harus bersyukur atau tidak ketika melihat Kihyun berlari di lorong rumah sakit dengan keringat dan napas terengah menghampirinya tadi. Yang memenuhi pikirannya sekarang hanya Almira.
Lelaki itu menjelaskan sebentar soal pekerjaannya, lagipula dari Busan ke Daegu hanya butuh waktu satu jam menggunakan bus tertentu. Sementara Rin menghubunginya tepat ketika Almira memberikan sinyal akan melahirkan. Waktu yang cukup untuk datang.
Tanpa diminta dua kali, Kihyun langsung memakai pakaian yang disediakan rumah sakit dan masuk ke ruang persalinan. Saat ini, ketika Almira melemparkan tatapan kesakitan serta keterkejutannya akan kehadiran Kihyun.
“Kau marah? Kau kesal padaku karena kehadiran yang tiba-tiba ini setelah kemarin sepakat takkan berurusan denganmu lagi?” tanya Kihyun sambil mengenggam erat tangan Almira yang langsung memegangnya kuat tanpa diminta. “Simpan dulu semua itu, sekarang berjuanglah untuk Ivy.”
Almira tak menyahut, ia lebih memikirkan dirinya sendiri dengan sang bayi sekarang. Dokter dan para perawat sudah memberi aba-aba agar Almira memulai persalinannya. Sementara mereka sibuk, Kihyun dengan kecemasan akut masih menggenggam tangan Almira kuat dan mengucapkan beberapa kalimat penyemangat di telinganya.
“Kau bisa, Almira. Kau sangat kuat, aku tahu itu.”
“Ingatlah bahwa kau merawat Ivy untuk supaya dia bisa menjadi tawa di keluargamu.”
“Kau tidak boleh menyerah, semuanya demi Ivy.”
Kaki Kihyun melemas ketika dorongan pertama Almira, ia membayangkan betapa sakitnya menjadi perempuan itu. Apalagi cengkramannya makin kuat seiring dengan beberapa dorongan yang ia lakukan berikutnya. Beruntunglah ada seorang perawat yang memberinya kursi dan menyuruhnya untuk duduk saja.
Dengan begini, Kihyun bisa melihat bahwa sebenarnya Almira tengah menangis. Air matanya jatuh ke samping di saat mata teduhnya menatap lampu-lampu di atas sana. Kihyun melipat bibirnya ke dalam dan memejamkan mata karena cemas, ia memberanikan diri mencium pipi Almira dan terus berbisik untuk supaya perempuan ini semakin kuat.
![](https://img.wattpad.com/cover/160901183-288-k468724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
FanfictionDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...