Berita kejadian di tengah derasnya hujan sore itu menjadi perbincangan panas di Korea Selatan. Mereka mencaci maki Almira ketika membaca beritanya karena sudah bersikap tak tahu malu, ia sudah menyeret diri berurusan dengan Kihyun. Starship tetap memberi konfirmasi bahwa mereka tak punya hubungan apa-apa, membiarkan wanita itu tenggelam dalam luka.
Kini ia terbaring di rumah sakit, masih dalam keadaan lemas karena hujan-hujanan. Apalagi beberapa waktu lalu ia dibebani banyak pikiran, membuat kondisinya tidak dalam keadaan baik-baik saja.
“Aku ingin ke Daegu malam ini, Bu,” ujar Almira setelah makan beberapa suap karena sadar dari pingsannya. Yuh Jung menggeleng, ia tak tega jika mereka memaksakan diri untuk pulang ke kampung halaman. “aku mohon.”
Setitik air mata mengalir di pipinya, Bill yang kebetulan sedang berdiri di samping Yuh Jung menyetujui keinginan Almira. Karena menurutnya tak ada lagi alasan yang mengharuskan dia tetap tinggal di Seoul.
Yang ada takutnya keadaan wanita ini makin memburuk.
“Baiklah, ibu akan mempersiapkan semuanya dulu.”
“Biar aku saja yang menyiapkannya,” sahut Rin yang baru tiba sambil menyerahkan air hangat untuk Almira. Dengan wajahnya yang sembab, ia menatap Almira sesaat lalu pulang ke apartemennya. Ia baru sadar bahwa selama ini tingkahnya hanya menambah beban, bukannya mendukung, Rin sering mengomelinya sampai ke titik ini.
Melihat Almira terbaring di ranjang rumah sakit setelah sebelumnya menunjukkan apa isi hatinya di depan Kihyun, Rin sadar bahwa perasaan Almira selama ini terguncang. Kehamilan di luar ikatan suci memang sudah biasa di Korea, namun mungkin tetap tak biasa bagi sebagian orang seperti Almira. Wanita yang mempercayai Kihyun karena cintanya.
Jadi ia segera mengepak barang-barang Almira supaya wanita itu bisa menenangkan diri di Daegu, ia tak tega kalau setelah ini sahabatnya masih harus berurusan dengan para wartawan atau Monbebe. Kandungan dan kesehatan Almira yang terpenting sekarang.
Dengan tangisan tanpa suara, ia menguatkan diri untuk melepas kepergian Almira. Bagaimanapun juga mereka sudah bersama beberapa tahun ini di ibukota dan menciptakan banyak kenangan. Rin belum bisa membayangkan bagaimana jadinya jika ia benar-benar sendiri di Seoul karena ia pun anak rantauan.
Hyungwon yang melihat gelagat kekasihnya hanya ikut membantu tanpa bicara, setelah sebelumnya mengantar Kihyun ke agensi.
“Jangan beritahu Kihyun kalau Almira akan pulang malam ini, aku mohon,” ujar Rin lirih sambil mengusap air matanya. Hyungwon mengangguk dan menarik Rin untuk dipeluknya, lantas mengusap kepalanya dengan lembut.
“Habiskan dulu tangisanmu. Jangan sampai Almira melihatnya saat kalian berpisah nanti.”
Tangis Rin akhirnya pecah, ia memeluk Hyungwon dengan erat. “Sahabat macam apa aku ini, Hyungwon? Selama ini selalu mengomeli tindakan bodohnya tanpa benar-benar tahu apa yang ia rasakan. Bahkan tanpa memberikan saran apa-apa. Seharusnya aku tahu bahwa ketika seseorang terpuruk, yang mereka butuhkan hanya dukungan. Bukan omelan berlabel nasihat. Kenapa aku merasa paling benar jika bicara dengannya?”
Hyungwon tak menyahut, membiarkan Rin menangis dan menyalahkan diri sendiri dengan harapan setelah ini dia bisa menghentikan kesedihan dan rasa bersalahnya.
“Aku pun sama, Rin. Selama ini selalu menyalahkan Kihyun tanpa tahu bahwa ini hal berat baginya. Aku tahu dia punya banyak beban setelah masalah ini muncul,” ujar Hyungwon setelah beberapa saat hanya terdiam.
Melihat gelagat Kihyun sore tadi yang selalu mencari celah untuk menyanggah bahwa anak yang dikandung Almira bukan hasilnya, serta menangkap raut tak rela ketika Bill mengaku sebagai ayahnya. Hyungwon tahu, Kihyun bukan sepenuhnya lelaki berengsek.
***Dengan keadaan yang sebenarnya sangat kurang memungkinkan untuk Almira berangkat, tapi ia memilih memaksakan diri. Almira tinggal di desa yang cukup jauh dari keramaian. Walaupun mungkin beberapa orang di sana sudah mendengar kabarnya, setidaknya tekanan orang-orang takkan sesesak jika ia memilih tinggal di Seoul.
Rin, Hyungwon, Changsub, bahkan Bill ikut mengantar sampai stasiun. Almira memilih menggunakan kereta untuk pulang. Satu persatu dipandanginya orang yang ada dalam pihaknya, ia tersenyum tipis.
“Terima kasih semuanya,” ujarnya dengan lirih. Perlahan Hyungwon memulai untuk memeluknya dan mengeluarkan beberapa kalimat penyemangat serta akan menghubunginya sesekali. Hyungwon sebisa mungkin akan membantu mengendalikan situasi di sini, berupaya agar Almira sedikit mengurangi pikirannya.
“Kau tetap akan menjadi adikku,” ucapnya sambil mengusap rambut Almira. Tak lama Rin juga memeluknya sambil menangis. Sungguh ia tak bisa menahan air matanya.
“Aku minta maaf, Al! Aku minta maaf untuk semua kebodohan yang kulakukan,” ujarnya memeluk erat Almira seakan tak ingin ia lepas dan pergi hari ini. Almira menggeleng dan ikut menangis.
“Aku selalu merepotkanmu, maafkan aku.” Bisa dipastikan Rin kembali menyanggah hal itu. Sebanyak apapun Almira merasa bersalah, Rin tetap menyalahkan dirinya bahwa dari segi manapun ia tetap salah karena sering menyudutkannya. “Terima kasih karena kau tetap menemaniku. Itu cukup.”
Tak lama Bill memeluknya juga. Almira sungguh meminta maaf karena kejadian hari ini, Bill terseret dalam masalahnya. Almira sempat khawatir bagaimana tanggapan orang-orang terhadapnya, tapi Bill tak mempermasalahkan itu.
“Aku yatim piatu, tak ada dari keluargaku yang akan mempermasalahkan ini. Tenang saja, aku akan menjaga rahasia ini sampai mati,” ujarnya tersenyum tipis. “atau apa perlu aku menikahimu supaya benar-benar bisa membuat orang bungkam? Aku akan menjadi ayah dari bayi itu.”
Almira mencubit pelan tangan Bill dan menggeleng. “Aku khawatir bagaimana kalau kau punya kekasih—"
“Al, aku melakukan ini untukmu. Untuk temanku.” Almira mengangguk, entah harus sebanyak apa ia berterimakasih. Bill mungkin tidak terlalu dekat dengannya jika di luar urusan pekerjaan, namun lewat hari ini Almira tahu Bill adalah pemuda baik yang siap menolong temannya jika memungkinkan. Bahkan ketika ia harus menghancurkan reputasinya sendiri.
Setelah cukup lama bicara, Changsub tiba memeluknya tanpa bicara apa-apa. Lagi dan lagi, Almira berterimakasih karena selama ini bosnya selalu membantu Almira walau tak jarang juga ia mengomelinya. Sampai ia mengaku dan menyalahkan diri di depan media, Changsub tetap melindungi rahasia Almira dan Kihyun yang sebenarnya.
Sebelum bicara, Changsub memberi interuksi bahwa ia tidak ingin mendengar apapun lagi. Ia hanya ingin memeluk Almira dengan erat, merelakan kepergiannya yang memang keputusan terbaik dari segala keputusan yang ada.
Sebelum benar-benar melepaskan pelukan, Changsub membisikan sesuatu di telinganya. “Aku menyukaimu, Al.”
Almira mematung, tak bergerak untuk beberapa saat.
YUK!😆

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
FanfictionDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...