WG - Tiga

92 21 1
                                    

Hari terus bergulir. Sekarang Almira berniat pergi bekerja. Ia sudah sangat rapi saat ibunya menelpon.

“Ya tuhan, kenapa sekarang?” gerutunya sambil mengangkat telpon. “Halo? Kenapa, Bu?”

Akhirnya kau mengangkat telpon …” sahutnya dengan nada yang lega. Almira terus berjalan ke luar dan menemukan mobil dengan dilapisi kaca hitam, terparkir di depan pagar apartemennya. “ … kapan kau pulang? Ibu ingin bertemu denganmu.

Saat itu juga kaca mobil terbuka dan menampakkan Kihyun dengan senyumannya di dalam. Almira tersenyum sambil merapatkan mantelnya, lalu masuk ke dalam mobil. Ia sempat bertanya dengan bisikan kenapa kekasihnya menjemput. Dan Kihyun hanya menjawab bahwa dia ingin.

Halo?”

“Iya, Bu. Aku usahakan saat libur nanti pulang. Augh, memangnya ada apa?” tanya Almira memperhatikan Kihyun yang dengan gesit memasangkan seatbelt sambil mencuri cium di pipinya.

Ibunya menghela napas dan menjawab, “Ibu merindukanmu.

Mobil melaju, Almira menggaruk rambutnya yang tak gatal sambil memberi saran agar ibunya pergi bermain dengan uang yang sudah ia kirim bulan ini. Mungkin dia merindukan Almira karena bosan di rumah sendirian.

Ayah Almira memang sudah meninggal sejak ia masih kecil, dan ia hanya anak tunggal. Dia tak khawatir saat nekat pergi untuk bekerja dan menjauh dari ibunya, karena di sekeliling rumah mereka pun banyak saudara.

Tapi Ibu ingin kau pulang, Nak. Beberapa hari saja, menginaplah di sini.”

“Iya, nanti aku usahakan. Sudah, ya! Aku  mau bekerja, Ibu jaga kesehatanmu di sana. Aku mencintaimu!” Lalu Almira mematikan ponselnya sebelum kembali mendengar ocehan Ibunya yang memang sedikit cerewet itu.

Kihyun tersenyum dan menyahut, “Aku juga mencintaimu.”

Almira memukul lengannya pelan dan tertawa. Mereka lanjut berbincang yang obrolannya tidak berhenti. Saking nyambung dan cocoknya topik yang mereka suka.

“Oh, iya. Pulang nanti mungkin aku takkan menjemputmu.”

“Kau tiba-tiba menunggu di depan apartemen saja membuatku kaget,” sahut Almira dan Kihyun hanya mencibir. “tidak apa-apa. Kau punya pekerjaan?”

Hmm, ada pemotretan.”

Lalu Kihyun sedikit bercerita jika ia punya jadwal pemotretan dengan Monsta X. Walau ada beberapa foto yang akan ia ambil bersama seorang model cantik yang sedang naik daun saat ini. Namanya, Kim Yoori.

Almira sudah tak merisaukan hal itu, lagipula Kihyun ini bukan tipe orang yang mudah menyukai orang. Walaupun ia seorang idol, Almira sudah memaklumi pekerjaan kekasihnya dengan tidak cemburu yang berlebihan.

Bukan berarti ia tak pernah cemburu, Almira hanya sudah mampu mengontrol kadar kecemburuannya.

Setelah mereka sampai di tempat kerja Almira di sebuah café ternama, wanita itu melepaskan seatbelt dan pamit. Walau Kihyun menahannya dan mencium bibir Almira sebagai salam. Seperti pasangan pada umumnya, ini sudah biasa.

Tapi Almira mulai mendorong Kihyun kala ciumannya makin menuntut, karena ia harus bekerja. Kihyun sempat mengusap bibir Almira yang lipstick-nya sedikit berantakan, lalu tersenyum. “Semangat.”

Hmm, kau juga.”

Almira turun dan melambaikan tangannya dari luar, sampai mobil melaju dan meninggalkannya. Dengan senyum  yang merekah, Almira masuk ke café dan bekerja.





***

Malamnya, Almira sedang mencuci piring kala seseorang masuk ke dalam apartemennya tanpa permisi. Rin menyimpan tasnya dan merebah di sofa, tak berniat menyapa temannya.

“Hei, itu caramu masuk ke rumah orang?” tanya Almira menoleh sebentar. “Kau ini tidak punya sopan santun sekali.”

Ah, Kihyun keluar-masuk ke sini saja tanpa permisi kau biarkan. Kenapa aku tidak?” tanya Rin membuat Almira mendecak pelan. Ia menyelesaikan pekerjaannya dan duduk di karpet, tepatnya di samping Rin.

Melihat dari wajah dan ucapannya tadi, Almira sadar ada sesuatu yang tak beres. Lantas ia menyalakan TV, berusaha tak peduli walau ia akan melakukannya.

“Kenapa?”

Rin menghela napas dan berkata, “Aku bertengkar dengan Hyungwon.”

Almira mengangguk-angguk, ingatannya melayang ke hari di mana ia bertandang ke dorm Monsta X. Wajah Hyungwon kusut dan menanyakan Rin padanya, rupanya mereka sedang ada masalah.

Saat itu juga, Rin menceritakan jika mereka bertengkar untuk hal yang sepele. Dia cemburu karena Hyungwon dekat dengan perempuan lain di depan matanya, sedangkan Hyungwon pun sama. Ia memergoki Rin akrab dengan teman lelakinya.

Masalah ini memang biasa bagi kalangan pasangan kekasih, ia juga pernah mengalaminya. Dan tentu saja Almira saat ini hanya bisa memberi nasihat. Berharap masalah keduanya akan selesai dan tidak serius.

Bukannya mendengarkan, Rin malah menuangkan soju di kulkasnya. Sampai mabuk ia minum dan maracau sendirian di ruang TV. Almira yang jengkel segera saja menghubungi Hyungwon dan memintanya datang. Monsta X sedang ada kegiatan, tapi lelaki itu akan datang setelahnya.

Rin cemburu pada lelaki macam Hyungwon? Ayolah, dia masih mau ke apartemennya di saat mereka bertengkar sekalipun. Rin memang bodoh, pikirnya.

Sekitar hampir tengah malam, Hyungwon datang ke apartemennya. Lengkap dengan penyamaran. Tapi dia tak datang sendirian, melainkan Kihyun mengekorinya dari belakang. Dia bilang, “Aku tak mau Hyungwon datang ke apartemen kekasihku sendirian. Kalau dia melakukan yang tidak-tidak padamu, bagaimana?”

Hyungwon inginnya marah, tapi ia tahan saat melihat Rin mabuk berat.

Ia pergi, meninggalkan Almira dan Kihyun. Wanita itu masuk ke kamarnya untuk istirahat, disusul Kihyun yang sibuk melepaskan ini-itu. Ia langsung merangkak ke atas kasur dan memeluk Almira dari belakang. Posisi yang sangat ia sukai.

Tapi saat ia mengendus leher kekasihnya, Almira menahan dengan kalimat, “Aku mau datang bulan. Jangan lakukan apa-apa.”

“Iya …”

Jawaban yang tak berarti, karena Kihyun masih sibuk pada kegiatannya. Ponsel Almira bergetar, lagi-lagi Ibunya menelpon. Dengan terpaksa ia mematikannya dan mengirimi pesan kalau Almira ingin beristirahat.

Bukan apa-apa, dia hanya takut Ibunya tahu kalau ia bersama Kihyun. Tidak, dia bukannya tidak direstui oleh sang Ibu untuk menjalin hubungan dengan Kihyun. Lagipula mereka pernah bertemu, dan Ibu Almira menyambut baik kehadiran kekasihnya. Hanya saja, kalau Ibunya tahu ia bersama Kihyun dan memilih tak mengangkat telponnya … bisa sedikit gawat.

“Kihyun … aku bilang-ngh … berhenti.”

Kihyun bergeming, ia mulai sibuk mengecupi leher kekasihnya dengan gerakan yang tak sabar. Sampai lelaki itu beranjak untuk berada di atasnya, Almira hanya bisa menghela napas.

“Ya sudah, matikan lampunya.”

Winter's GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang