Di sekitaran taman tadi, ada sebuah café yang tempat duduknya sengaja diletakkan di luar. Mungkin agar para pengunjungnya bisa sambil menikmati pemandangan di taman sana.
Almira dan Kihyun memilih menyingkir dan duduk di sana, saling berhadapan dengan hanya memesan segelas kopi dan segelas teh. Ada juga sepotong red velvet yang sedang sibuk dipandangi oleh Almira.
“Emm …” Atensi Kihyun yang sedang memainkan jarinya beralih ke wanita di depannya yang sibuk meresapi rasa kue. “ … sudah lama aku tak memakannya.”
Mata keduanya bertemu, Kihyun mau menghindari tatapan itu kalau saja Almira tak menarik ujung bibirnya. Tersenyum.
Entah apa yang dipikirkannya, Kihyun tak tahu. Dia sangat yakin Almira masih membencinya, tapi arti senyuman itu tak bisa dipecahkannya untuk sekarang. Soal maksudnya. Jadi dia bertahan untuk memandang lurus ke arah matanya.
Almira mengembuskan napas sepelan mungkin, mencoba bertahan juga untuk terlihat tenang dan santai. Jujur, hatinya merasa ia tidak harus membuka pembicaraan. Jadi untuk beberapa menit berharga, hanya mereka gunakan untuk saling melemparkan tatapan.
“Ada perlu apa di Daegu?” tanyanya menyerah. Ia menurunkan atensi ke red velvet yang sedang dipotongnya. “Aku rasa bahaya sekali jika kau berjalan-jalan begini. Monsta X makin terkenal, sebentar lagi mau comeback juga. Pasti banyak monbebe yang menunggu.”
Kihyun tak tahu apakah maksud kalimatnya tadi berupa sindiran, atau murni hanya ingin mencari topik. Bisa saja menjadi sindiran, tapi gaya dan nada bicaranya tampak tak begitu.
“Kau ingin mendapatkan jawaban yang seperti apa dariku?” tanya Kihyun sambil memegang cangkir kopinya.
“Kenapa bertanya padaku?” tanya Almira sambil sedikit terkekeh. Membuat Kihyun sejenak lupa bahwa mereka punya pembatas atau benteng yang membuat hubungan keduanya tidak sebaik yang terlihat seperti sekarang.
Telinga Kihyun sedikit memerah, jantungnya berdebar melihat kekehan itu.
“Aku merindukanmu,” jawabnya kemudian sambil masih menatap lurus ke arah wanita cantik yang perawakannya lebih dewasa, mungkin pengaruh kandungannya juga. Almira tampak seperti ibu muda yang bahagia.
Almira mengulum bibirnya sambil melirik ke taman, berharap Inha akan keluar dari sana dan menghampirinya. Bukan, bukan ia tak mau bersama Kihyun. Hanya saja rasanya terlalu canggung mendengar pernyataan itu.
Ia butuh bantuan.
Sepatunya mengetuk-ngetuk tanah, gelagatnya sangat menunjukkan bahwa ia salah tingkah. Entahlah, bisa saja kurang nyaman. Itu yang sedang Kihyun terka dalam diamnya. Lelaki ini melirik jam yang melingkar di tangannya, hampir sore.
Sebenarnya ini cuaca yang cukup indah dan pas untuk bertemu, lebih beruntung lagi kalau bisa menghabiskan waktu bersama. Hanya saja ia tak yakin apakah Almira betah lama-lama dengannya? Begitu pikir Kihyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
FanfictionDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...