Changsub sengaja bertandang ke apartemen Rin untuk mengajaknya ke bidan hari ini. Sesuai saran Chorong. Namun saat ia dipersilakan masuk, Changsub menemukan orang lain di apartemen itu. Seorang wanita paruh baya yang tersenyum tipis padanya sebagai salam.
“Ini ibuku,” ucap Almira saat Changsub membungkuk sopan untuk menyapanya. “omong-omong, ada apa?”
“Ah, aku tak enak mengatakan ini sebenarnya,” jawab Changsub karena Yuh Jung menunggu kalimat maksud kedatangannya. “Chorong mengatakan padaku kalau kau belum pergi ke bidan. Aku ke sini untuk menawarkanmu mengantar ke sana, bagaimanapun juga kau harus memeriksa kandungan itu.”
Changsub menangkap raut kurang enak dari ibu Almira, sedangkan wanita itu menyuguhinya minum dan menggeleng. Ia menolak dengan alasan akan pergi dengan Yuh Jung. Tapi ia sungguh berterimakasih karena kepedulian bosnya ini.
Beruntungnya Yuh Jung masih berbaik hati untuk memberi ruang ngobrol baginya dan Almira. Untuk menjawab rasa tak enaknya, Almira menjelaskan kalau semenjak kasus ini ada, ibunya lebih sensitif soal dunia para idol.
Yuh Jung tahu kalau bos Almira adalah seorang idol, jadi ia kurang suka dengan kehadirannya. Tapi Almira menyanggah kalau bukan berarti karena hal itu mereka tak bisa berteman. Changsub mengerti, mungkin Yuh Jung khawatir pada Almira.
Beberapa menit mereka terdiam, akhirnya Almira menyondorkan sebuah surat ke depannya di atas meja. Ia tersenyum setengah hati menatap raut bingung Changsub.
“Aku ingin mengundurkan diri.”
“Apa? Kenapa?” tanya Changsub spontan sambil membuka kertasnya. Almira merubah tatapannya menjadi sendu, namun ia tetap melanjutkan kalimatnya. Ia menjelaskan bahwa Yuh Jung mengajaknya untuk pulang kampung ke Daegu.
Ini adalah keputusan berat bagi Almira. Selain karena merelakan usahanya untuk mendapat keadilan, ia pun akan berpisah dengan Seoul yang sudah menemaninya beberapa tahun ini.
Changsub yang mendengar keputusannya tak merespons, ia terlalu bingung untuk berkata. Hanya saja sekarang ia merasa kurang setuju dengan berita ini. Ada perasaan tak rela kalau Almira memililh pindah dan meninggalkan Seoul.
Setelahnya wanita itu meminta maaf karena sudah banyak merepotkannya. Tak lupa ia berterimakasih karena kebaikan Changsub selama ini, ia juga akan menemui beberapa rekan kerjanya untuk salam perpisahan.
Changsub sungguh tahu bahwa ini keputusan terbaik bagi Almira, daripada ia melakukan hal-hal bodoh yang kembali mengguncangkan Korea dan membahayakan diri sendiri. Namun ia pun sungguh tak tahu kenapa separuh hatinya tak ingin itu terjadi.
“Soal Kihyun?” tanya Changsub penasaran, mengabaikan perasaan tadi.
“Aku akan bilang bahwa ini bukan bayinya —tak apa,” ujar Almira saat Changsub hendak protes. Ia tersenyum dan melanjutkan kalimatnya, “tak apa kalau orang-orang menganggap aku tak tahu malu. Memang kenyataannya begitu.”
Changsub memperhatikan Almira yang mempertahankan senyum palsunya, tak tahu harus memberikan respons seperti apa.
***
Siang ini Kihyun datang menemui Changsub, lelaki itu ingin membicarakan beberapa hal dengannya di salah satu café dekat dorm Monsta X mengingat dia tak bisa keluar terlalu jauh jika tanpa manager atau tanpa seizinnya.
Tanpa basa-basi, Changsub mengatakan apa yang ingin ia sampaikan pada kekasih Almira ini. Bahwa wanita itu akan pergi ke Daegu dan merawat bayinya sendirian. Kihyun jelas terkejut dan bertanya darimana Changsub tahu akan hal itu. Dan ia dengan jujur menjawab Changsub tahu dari mulut Almira sendiri.
Kihyun jelas takkan membiarkan ini terjadi, ia akan datang ke apartemen Almira walau harus menghadapi ibunya langsung tanpa melakukan persiapan. Namun Changsub menahannya karena bagaimanapun juga ia tak setuju.
Kalau sampai sekarang Kihyun tak ingin bertanggung jawab, Changsub harap ia merelakan kepergian Almira. Ia berusaha untuk terlihat tak kesal pada orang di depannya karena secara pribadi mereka tak punya masalah, walau sebenarnya ia benar-benar ingin marah karena sudah menyakiti Almira sampai ia terpuruk.
Tapi namanya cinta? Itu bukan cuma bualan yang keluar dari dalam mulut saja. Kihyun benar-benar mencintai wanita itu. Jadi ia ingin mencegahnya jika bisa. Ia ingin sekali merawat Almira dan berada di dekatnya.
“Kihyun, kenapa kau egois sekali?” tanya Changsub tak habis pikir. “Sekarang begini … kalau kau memang mencintai Almira, seharusnya kau berani bertanggung jawab dan nikahi wanita itu. Apa definisi cinta yang ada di pikiranmu, ha? Mencintai berarti tak akan membiarkan orang yang disukainya jatuh sendirian. Lantas kau?”
Kihyun bungkam mendengar kebenaran itu.
“Jangan bilang kau mencintainya, itu hanya memberatkan hati Almira.”
“Tapi aku memang mencintainya, hyung.” Kihyun memijat keningnya, berusaha untuk tak merumitkan keadaan.
“Kalau kau mencintainya, lepaskan dia. Biarkan Almira bahagia dengan tahu bahwa kau sudah tak peduli padanya. Jangan kau kira dia tak tersakiti karena kau sudah melimpahkan beban di pundaknya tapi tetap mencintai serta merawatnya.”
Kihyun bangkit, ia segera menyambar tas dan ponselnya untuk pergi. “Setidaknya aku ingin bicara dengannya.”
Changsub tak mencegah, lagipula ia sudah semampunya untuk membantu Almira walau dari segi memberitahu Kihyun supaya tak mengganggunya lagi. Kihyun masuk ke dalam mobilnya dan merenungkan kalimat Changsub, hatinya sakit jika benar harus melakukan hal itu.
Tangannya terangkat, ia menelpon kekasihnya.
“Halo?”
“Al?”
“…”
Kihyun memang mengganti nomor, wajar Almira mengangkat telponnya. Tapi melihat bahwa wanita itu tak memutuskan panggilan, Kihyun melanjutkan kalimatnya.
“Aku minta maaf untuk semuanya.”
“…”
“Aku … benar-benar mencintaimu, tolong jangan pergi …” Kalimat itu keluar dengan suara yang bergetar. Kihyun sungguh tak tahu harus bagaimana sekarang, ia serba salah. Nyatanya selama ini bukan hanya Almira yang merasa disudutkan banyak orang, Kihyun pun sama.
Tak ada teman yang benar-benar memberinya sandaran setelah berita hubungan dan kehamilan Almira muncul. Kihyun juga manusia biasa, ia tak kuat lama-lama di posisi seperti ini dan butuh jalan keluar.
“Kalau begitu … lepaskan aku. Kita hidup masing-masing mulai sekarang.” Menyadari nada bicara Kihyun yang hanya terjadi di beberapa kesempatan, Almira tak kuasa untuk terus menjadi orang lain dan memakinya seperti biasa.
Setelah ibunya memberikan banyak pengertian, sedikit-banyak membuatnya harus berpikir tenang dan tak memikirkan diri sendiri.
“Aku akan bicara pada media soal kebenaran hubungan kita untuk yang terakhir kalinya. Ini keputusanku.”
“Keputusanmu apa, Al?”
Almira menutup panggilannya, membuat Kihyun mematung dalam tanya dan keheningan.
😆😆

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
FanfictionDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...