Setelah memutuskan untuk pulang ke Daegu, akhirnya kini Almira menginjakkan kaki di kampung kelahirannya. Ia memandangi dengan teliti rumahnya yang dulu terlihat usang, kini semakin usang.
“Lebih baik kau istirahat dulu. Sebelum ke sini, eomma menyuruh bibimu untuk membereskan kamar lamamu.” Almira mengangguk dan masuk ke dalam rumahnya. Besok adalah hari pertamanya tinggal di tempat kelahirannya, tempat lama yang akan menjadi tempat baru untuk sekarang.
***
Besoknya, Almira baru bangun ketika siang menjemput. Ia menemukan ibunya tengah mengobrol dengan beberapa tamu di ruang tengah, beruntungnya ia sudah mandi saat menghampiri tamu itu. Ternyata hanya saudara dan beberapa tetangga dekatnya.
“Anyyeonghaseyo …” sapa Almira dengan suara yang pelan. Para tamu awalnya memandangi wanita itu dari atas sampai bawah, tatapan tak sopan sebenarnya. Namun mereka langsung tersenyum sambil menyuruhnya untuk duduk.
“Aku sudah mendengar yang sebenarnya dari kakak,” ucap bibi Almira, namanya Hana. Disusul anggukan dari ibu-ibu yang lain. “kami takkan membocorkan hal ini jika kau mau.”
“Mohon bantuannya,” sahut Almira sambil membungkuk.
“Tapi tidak semua orang di desa ini mungkin akan menerimamu dengan baik setelah berita kemarin menyebar. Aku juga awalnya terkejut karena ungkapanmu,” ucap salah satu tetangga Almira sambil menepuk pahanya. “kau tahu sendiri, anggapan orang-orang belum tentu sama dengan kami.”
“Iya.”
Akhirnya siang itu berakhir dengan beberapa nasihat para orang tua untuk Almira. Sebenarnya tak membuat wanita itu merasa benar-benar baik, karena ia tahu ini awal perjalanannya menjadi ibu tunggal.
***Hari keduanya tinggal di Daegu, untuk pertama kalinya ia belanja susu bayi ditemani Hana. Tatapan semua orang begitu menusuk perasaannya, tapi tak ada satupun yang berani mengejeknya secara langsung karena Hana melindunginya. Namun sejujurnya, Almira mendapat tekanan tersendiri dalam batinnya.
Memangnya siapa yang merasa enak jika ditatap rendah begitu? Tak ada.
“Abaikan mereka, Al. Kita lanjut belanja lagi saja,” ujar Hana sambil mengusap pundaknya. Almira pun sebenarnya sebisa mungkin untuk berusaha menerima keadaan yang pasti akan menjadi masa sulitnya sekarang, jadi ia tersenyum untuk menanggapinya.
Namun itu tak berlangsung lama, saat ketika ia mengantre di kasir. Seorang siswi SMA yang baru saja selesai membayar belanjaan dan melihatnya, ia sontak melayangkan tatapan jijik padanya.
“Dasar tidak tahu malu,” ujarnya membuat beberapa perhatian jadi tertuju ke arahnya. “masih punya muka dia untuk belanja dan tersenyum seakan tak punya salah apa-apa.”
“Apa maksudmu?” tanya temannya bingung.
“Dia kan yang sesaeng Yoo Kihyun dari Monsta X, kemarin beritanya heboh. Apa jangan-jangan ke Daegu supaya dia tak malu? Ya ampun, apa dia lupa kalau sekarang zamannya sudah canggih? Beritanya jelas sudah sampai ke sini, kan?” sindirnya tak sopan.
Namun sepertinya beberapa orang tua yang melihat ketidaksopanan itu mengabaikannya, karena apa yang dikatakan si siswi lebih menarik untuk didengarkan.
“Hamil oleh orang lain, ngakunya diihamili idol. Ya tuhan, dia sudah gila,” sahut orang lain sambil menatapnya tak suka. Bahkan kasir yang seharusnya bersikap ramah pun tidak professional untuk sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/160901183-288-k468724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
FanfictionDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...