Dinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan.
Sayang...
Tiga bulan berlalu begitu saja. Almira cuti dari pekerjaannya dan memilih untuk sering istirahat di rumah. Ia menginjak bulan untuk melahirkan, menyambut bayi sambil menunggu pergantian musim dengan perasaan berdebar.
Sejak terakhir ia bertemu Kihyun, lelaki itu sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya lagi. Mungkin sibuk bekerja, Monsta X sudah comeback dengan penampilan yang membuat hati para penggemar menjadi berbunga-bunga.
Biarlah.
Almira pun menikmati setiap harinya dengan si calon bayi. Selalu mengingatkan diri untuk tetap bersyukur dan melupakan masa lalu yang begitu menorehkan luka mendalam. Ah, bagian sensitif untuk ibu hamil terasa menyebalkan.
Hari ini rencananya seperti biasa dia akan jalan-jalan, saran dokter agar persalinan berjalan lancar. Sebelum itu, pagi-pagi sekali dia menerima telpon dari Hyungwon. Katanya rindu.
Cih. Apa maksudnya coba?
Semakin dekat dengan persalinan, orang-orang terdekat Almira memang makin memusatkan perhatian mereka padanya. Ia hanya hidup berdua dengan sang ibu, jadi mereka dengan sukarela mengulurkan tangan jika dibutuhkan.
“Kalau ada apa-apa, cepat hubungi kami yang di sini.” Mendengar kalimat simpati itu membuat Almira jadi ingin menjahilinya. Tanpa berpikir dua kali, ia membuat suara ringisan serta memanggil-manggil ibunya. Hyungwon tampak panik di seberang sana, apalagi ketika Almira dengan tiba-tiba mematikan panggilan. "Halo?! Al, kau kena--"
Tuutt ... tuttt ...
"Hahahaha, ya ampun Hyungwon! Maafkan aku!"
“Ada apa?!” tanya Yuh Jung bingung dengan celemeknya. Almira sendiri sibuk tertawa sambil bersiap untuk ke luar. Dia menggeleng dan pamit seadanya. “Hhh~ kenapa lagi dia ini?”
Ketika ia ke luar dan menyapa beberapa pejalan kaki yang merupakan tetangganya, kakinya melangkah pasti untuk berjalan menikmati udara pagi. Biasanya Hana akan menemaninya, namun kali ini ia berhalangan untuk ikut.
Rencananya ia ingin membeli beberapa jajanan di jalan jika sempat, jadi ia berjalan ke dekat jalan raya. Sengaja ia tinggalkan ponselnya di rumah, kalau lupa waktu Yuh Jung setiap detik rasanya terus menelpon.
“Aw, cantiknya …” pekik Almira pelan sambil masuk ke toko perlengkapan bayi. Di dekat kaca, ada satu sepatu yang membuatnya gemas ingin melihat dari dekat. Sepertinya toko baru buka, pelayannya pun masih sibuk membereskan barang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Ini baru datang, Nona mau membelinya? Augh, lucu sekali kalau dipakai nanti,” ujarnya ramah. “apa perempuan?”
“Iya.” Almira tersenyum, pagi-pagi begini bertemu orang ramah adalah sebuah keberuntungan. Ia memperhatikannya sekali lagi lalu menggeleng. Keperluannya untuk sang bayi sudah cukup, ia harus berhemat untuk membayar persalinan nanti. Biasanya banyak uang yang keluar untuk ini-itu, intinya dana tak terduga.