Dinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan.
Sayang...
Almira dan Kihyun berdiri sambil menatap bingung kepada Inha, Rin dan Hyungwon yang sekarang sibuk memperhatikan keduanya di depan pintu kamar. Baru saja Inha ingin menjemput Rin, sedangkan Hyungwon mengantar Rin untuk bertemu temannya.
Inha dan Rin bertemu, itulah kenapa ketiganya kompak pergi ke hotel di mana Kihyun menginap. Sekarang? Melihat Almira mengenakan jubah mandi dan Kihyun dengan penampilan berantakkannya ala bangun tidur jelas membuat ketiganya merasakan suasana yang ambigu.
“Ini salahmu yang tak datang menjemputku,” ujar Almira meluruskan salah pahamnya. Inha menunjukkan raut tak terima karena Rin dan Hyungwon langsung menatapnya.
“Enak saja! Kau sendiri mengirimiku pesan semalam untuk tak jadi menjemputmu. Aku kan sudah menyiapkan mobil dengan pamanku!” serunya panik. Almira dan kedua temannya dari Seoul mengerutkan kening, berikutnya mereka menatap Kihyun.
Lelaki itu hanya menghela napas dan masuk ke dalam, ia perlu membersihkan diri atau paling tidak mencuci muka sekarang. Hyungwon langsung ikut masuk dan mengikutinya ke dalam kamar mandi.
Ia berkacak pinggang ketika temannya itu menyikat gigi, lantas bertanya, “Apa yang terjadi?”
“Aku tak mungkin kan menyuruhnya pulang di saat hujan lebat? Apalagi kandungannya besar begitu?” tanya Kihyun sedikit terusik karena nada Hyungwon seperti mengintimidasinya. “Lebih dari apapun, aku tetap ingin berlaku baik pada perempuan.”
“Ohhhh, benarkah? Bukan karena ada niat lain?”
“Dan lagi dia menyetujuinya,” sahut Kihyun serius. “aku tahu dia takkan mau bersamaku. Maka dari itu aku bertanya dulu padanya.”
Hyungwon tak mengatakan apa-apa lagi setelahnya, ia langsung berbalik dan menghampiri Almira. Perlu mendapatkan konfirmasinya. Tentu saja dia sedang diomeli dan diceramahi kedua temannya atas keputusan untuk berteduh di sini.
Konyol.
Inha menyerahkan pakaian Almira yang disimpan di rumah saudaranya, segera ia suruh untuk berganti. Almira tak banyak bicara, tiga lawan satu itu jelas dia akan kalah. Tapi baru saja ia masuk ke dalam kamar mandi, Kihyun masih di sana sedang mengelap wajahnya dengan handuk.
Almira berdeham, ia menunjukkan pakaiannya sebagai tanda bahwa dia akan mengganti pakaian. Kihyun mengangguk dan bersiap ke luar kalau salah satu pakaian Almira tak jatuh. Segera ia mengambilkan dan menyerahkannya.
“Hati-hati.” Almira mengangguk saat Kihyun mengambil handuknya. Dia baru sadar bahwa Inha membawakannya baju yang pakai resleting. Bukannya apa-apa, resleting pakaiannya ini benar-benar sudah rusak. Untuk bisa dipakai, perlu perjuangan. Padahal rencananya ia akan memberikan atau minimal mengganti resletingnya.
Kihyun yang mendapati gelagat itu tanpa banyak bicara segera mengambil pakaian Almira dan membantunya. “Apa tidak apa-apa dipakai sendiri?”
Almira menatap bingung saat Kihyun mengangkat bajunya, berniat membantu memakaikan pakaiannya. Karena resleting pakaian Almira rusak, nantinya pasti akan sedikit sulit. Almira melemparkan ketidakpercayaannya, bagaimana bisa Kihyun mengatakan itu dengan polosnya?
“Aku bukan anak kecil,” ujar Almira tak nyaman. Kihyun yang baru saja sadar kalimatnya langsung kikuk sendiri. Dia ingat kalau Almira sudah bukan siapa-siapanya walaupun Kihyun selalu berangan-angan dia tetap menjadi kekasihnya.
Kihyun perlahan ke luar, namun ia tetap menunggunya di depan pintu kamar mandi. Sedangkan Almira sendiri langsung memunggungi pintu dan memasukkan pakaiannya dari kepala. Tentu saja setelah melepaskan handuknya dan memperbaiki pakaiannya.
Benar dugaan Kihyun, Almira kesulitan ketika menaikkan resletingnya.
“Perlu bantuan?” Almira terlonjak mendengar suara rendah Kihyun, ternyata dia masih ada di sana. Mungkin karena mendengar suara gumaman Almira yang kesulitan, jadi ia menawarkan bantuan.
“Tak perlu,” jawab Almira sarkas. “panggilkan saja Rin atau Inha.”
Kihyun tak menyahut, ia memilih masuk dan menemui Almira yang terkejut karena Kihyun mengabaikan perkataannya. Ia segera memposisikan diri di belakang wanita itu dan mencoba untuk menarik resletingnya.
“Kau tak mendengarku?”
“Apa Rin dan Inha bisa membantu? Atau perlu aku panggilkan Hyungwon?” tanyanya membuat Almira berbalik dan menatapnya bingung. “Aku punya tenaga untuk menarik tanpa perlu merusaknya.”
Almira mengepalkan tangannya, tanpa ingin berdebat ia langsung berbalik. Kihyun tersenyum tipis dan mulai menarik resleting. Benar-benar butuh usaha yang keras, karena ia tak ingin resleting itu melukai punggungnya.
Omong-omong punggung, Kihyun perlahan menarik ke atas resletingnya sambil memperhatikan punggung putih dan mulus milik Almira. Punggung yang dulu selalu dipeluknya. Punggung yang selalu disukainya. Punggung yang tak ingin ia perlihatkan pada lelaki lain.
Perlahan ia mendekat, mendekatkan wajahnya ke punggung Almira. Merasa ada yang tak beres, Almira menahan napasnya dan menegapkan tubuh. Ia baru saja mau menoleh namun Kihyun terlanjut mengecupnya.
“Kihyun, apa yang kau—" tangan kiri Almira ditahannya oleh Kihyun, berusaha agar wanita itu tak berbalik dari posisinya. Belum sempat marah, Kihyun sudah menempatkan bibirnya di leher Almira. “—hentikan!”
Almira mendorong Kihyun spontan, resletingnya sudah hampir sampai di atas saat Kihyun mengalihkan ciumannya tadi. Wajah Almira memerah, ia langsung keluar dari kamar mandi dengan buru-buru dan meminta bantuan Rin untuk membantunya.
Kihyun mengacak rambutnya. Ia benar-benar tak bisa menahan diri jika di dekat Almira. "Demi apapun, apa yang aku lakukan barusan?!"
***
Siangnya, Almira memandangi jalanan dengan tatapan yang sulit diartikan. Bayang-bayang suasana semalam dan kejadian di kamar mandi tadi terus memenuhi kepalanya. Rasanya keterlaluan jika ia malah merasa malu, tersipu atau sejenisnya.
“Kau memikirkan apa?” tanya Rin sibuk menyetir dari kursi mobilnya. Saat ini mereka berencana mencari makan setelah dari rumah Kihyun. Almira menggeleng, ia menghela napas sambil melirik Inha dan anak-anaknya lewat kaca spion.
“Kalian mau pergi ke suatu tempat?” tanyanya ramah.
“Kemana saja!” jawab anak-anak semangat. Almira mengangguk sambil tertawa, pertanyaannya hanya sebagai pengalihan topik. “Ah! Tadi kita bertemu dengan Hyungwon oppa, apa eonnie mengenalnya?”
“Hei, hei! Oppa? Kalian terlalu kecil untuk memanggilnya oppa,” celetuk Rin sambil tertawa.
“Kami juga bertemu Kihyun oppa. Hhh~ sayang sekali eomma tidak memperbolehkan kami berfoto bersama.” Keluhan salah satu anak Inha membuat senyum Almira luntur. Inha sempat berujar canggung kalau ia akan memperhatikan tontonan anak-anaknya lagi.
Inha sedikit panik kalau-kalau mungkin anaknya tahu ternyata Almira pernah menghebohkan dunia hiburan. Sedangkan Almira sendiri kembali memandangi jalanan. Sial! Kenapa Kihyun memenuhi pikiranku! Begitu rutuknya.
Disusul tendangan sang bayi dari dalam perut. Entah senang karena ibunya memikirkan sang ayah, atau ikut merasakan kejengkelan Almira terhadap lelaki itu.
“Menyebalkan sekali.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Biasa aja ngacak rambutnya, Mas. Ah! Jangan lupa streaming Alligator ya, kawan!❤