Setelah mendapakan pekerjaan, Almira menjadi pribadi yang lebih bersemangat dari sebelumnya. Awal-awal memang cukup berat karena tak sedikit orang-orang yang mengenalinya, namun lama-lama mentalnya yang diasah secara tak sadar itu menjadi semakin kuat.
Wanita ini selalu menutup telinga pada obrolan-obrolan jelek tentangnya. Yang ia lakukan hanya bekerja sambil mengumpulkan uang, lalu merawat Ivy dan memberinya cinta sebanyak yang ia punya.
Malam ini dia sedang menggendong Ivy setelah sejak tadi mengajaknya bermain dan tertawa bersama. Sepertinya dia kelelahan hingga lebih cepat tidur dari malam-malam sebelumnya.
"Eomma, besok aku libur. Bagaimana kalau kita main ke suatu tempat?" tanya Almira sepelan mungkin.
"Kebun binatang di tengah kota sedang ramai dibicarakan ibu-ibu sini. Mau mencoba pergi ke sana? Ivy mungkin akan senang melihat banyak binatang seperti yang ada di dalam buku-bukunya."
Almira mengangguk, ide Yuh Jung tak buruk juga.
Setelah memastikan Ivy benar-benar terlelap, Almira merebahkan sang buah hati dengan pelan ke kamar mereka diikuti Yuh Jung. Tatapannya jatuh ke sesuatu, kalung dari ayah anaknya yang sudah Ivy pakai beberapa hari kemarin.
"Cantik, ya?" tanya Yuh Jung tersenyum sambil mengusap kepala cucunya. Almira mengangguk dan tersenyum.
"Iya. Cantik." Sebenarnya melihat kalung tersebut membawanya ke obrolan sang anak beberapa saat yang lalu ketika ia ditanya oleh temannya soal keberadaan sang ayah. Ivy baru saja lancar berbicara akhir-akhir ini.
Hati Almira sakit dan kepalanya bingung bukan main. Namun begitu Yuh Jung akan selalu membantunya ketika ia tak bisa menjawab.
"Appa kemana, eomma?"
"Appa ada dalam hatimu ..." begitu jawab Yuh Jung tadi.
***
Waktu berlalu dengan cepat. Segala peluh dan tangisan menjadi saksi bagaimana kuatnya Almira sekarang menjadi seorang ibu tunggal. Tak terasa Ivy sudah mau menginjak usia 6 tahun dan sedang bersekolah di taman kanak-kanak.
Pagi ini suasananya sedikit kacau karena Almira bangun kesiangan dan lupa menyiapkan keperluan sekolahnya. Yuh Jung sedang sibuk masak sementara anak dan cucunya terus bersahutan tentang apa yang harus disiapkan.
"Eomma, topiku!"
"Arraseo!"
"Eomma, buku hello kitty punyaku ada di meja!"
"Meja belajarmu?"
"Meja ruang tamu!"
"Oke oke! Kalau kertas lipat berwarna suruhan ibu guru sudah kau simpan ke dalam tas?"
"Eomma bilang mau membelinya kemarin sepulang kerja!"
Almira menepuk jidatnya sekeras mungkin dan melebarkan kedua matanya. "Astaga, eomma lupa!"
"Hmph!" Ivy merenggut dengan bibir yang mengerucut ke depan dan nyaris mirip seperti Kihyun. Kedua tangannya melipat gemas di depan dada. Segera saja Almira menyambar ponselnya dan menghubungi Rin, meminta bantuannya untuk membelikan kertas lipat berwarna.
"Kau ini menyusahkan saja," rutuk Rin yang sudah janji akan bertandang ke rumah Almira. Gosh, tapi tidak sepagi ini juga! Batinnya.
Setelah memasukkan beberapa barang ke dalam tas, Almira tak lupa untuk memperhatikan anaknya makan dengan lahap agar tidak lemas ketika di sekolah. Walaupun sebenarnya harus sedikit cepat karena bus sekolah akan tiba sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
FanfictionDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...