Ini hari kedua setelah Kihyun menemuinya di taksi dengan mendadak. Almira tak punya banyak waktu untuk mengurusinya agar menjauh, karena akibat ulahnya pula ia mendapat masalah baru.
Beberapa Monbebe tak baik menyerangnya di tempat kerja. Membuat keributan sampai Changsub kelabakan. Hal ini hampir saja memicu WAR karena Melody (fans BTOB) tak terima atas perilaku Monbebe yang menyerang café idola mereka.
Bukan tanpa alasan, ini karena berita antara Yeeun dan Kihyun makin memanas. Melihat situasi itu tentu saja Almira tak terima dan terus membeberkan kemesraannya bersama Kihyun dulu. Itu membuat Monbebe bukannya ingin membenci sang idola, mereka malah balik menyerangnya.
Almira sampai tak mengerti apa isi otak para Monbebe itu. Mungkin mereka terlalu disulut emosi. Entah.
Kepala wanita itu rasanya ingin pecah. Di sisi lain ia tak ingin memicu WAR antar kedua fandom dan menyusahkan Changsub, namun di sisi lain ia pun masih punya tekad untuk menghancurkan Kihyun dari segi karir.
Almira yang hanya seorang diri melawan Kihyun dengan semua orang di belakangnya membuat ia sedikit-banyak perlahan menuju ke kekalahan. Atau mungkin lebih tepatnya menjerumuskan diri ke penyesalan karena mencari masalah dengan orang-orang di dunia hiburan.
“Almira, bukan ini yang aku harapkan. Aku hanya ingin kau berhenti melakukan hal bodoh yang berimbas menyakiti dirimu. Aku sungguh tak masalah dengan keributan ini, tapi tolong lebih perhatikan dirimu sendiri.”
Penjelasan Changsub mencubit hatinya, barusan ia menangis sambil meminta maaf karena café-nya jadi tutup sementara karena sempat terjadi keributan. Kini ia benar-benar benci dengan Kihyun dan seluruh fansnya.
“Aku tak bisa. Aku akan membuatnya hancur!” sahut Almira, mengabaikan tatapan para temannya di tempat kerja yang jengkel sekaligus heran. Mungkin memang pada dasarnya mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, jadi mereka hanya menganggap Almira pembawa masalah.
“Almira, kenapa kau jadi begini? Jauhkan kejahatan yang ada dalam hatimu, itu takkan menyelesaikan masalah.” Changsub memegang kedua bahu Almira guna menyadarkannya. Chorong APink selaku teman dekat Changsub yang hendak menolongnya tadi hanya memperhatikan dari jauh dengan bingung.
Tapi melihat ada gelagat yang tak beres, ia mendekat sambil meminta izin untuk ikut campur. Niatnya hanya ingin membantu.
“Almira, aku tak tahu ada masalah apa antara kau dan Kihyun yang sebenarnya. Aku ke sini untuk bicara, terserah kau mau mendengarnya atau tidak. Tapi melihat Changsub yang begitu peduli padamu, aku rasa kau harus mempertimbangkan sarannya. Aku sangat mengenal Changsub, jadi aku yakin yang dia katakan itu demi kebaikanmu juga.”
Sebagai sesama perempuan, Chorong menjelaskan sambil tersenyum. Ia mengusap kedua tangan Almira dengan lembut dan mengusap air matanya sambil menguatkan. Tidak seperti Rin yang kerjanya terus mengomel dan bicara dengan kesal padanya.
“Tapi sulit …” Chorong dan Changsub saling pandang, tak tahu harus bagaimana lagi. “ … aku hanya ingin keadilan.”
***
Almira memutar ponselnya dengan tak acuh sambil duduk di kursi meja riasnya. Baru saja ... baru saja ia memberitahukan kehamilannya ke publik. Membuat tingkah bodoh lagi dengan mengguncangkan negara Korea Selatan secara bertubi-tubi.
Rin belum pulang dari pekerjaannya, pun ia hanya sendiri di apartemen. Jadi untuk sejenak ia bisa menuntaskan kepuasannya dengan memposting berita itu dan tak mendengar omelan atau nasihat siapapun. Almira yang keras kepala ini membuat orang-orang geram di tempat masing-masing.
Tapi dugaannya meleset jauh saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan munculah Kihyun tanpa diduga. Almira berdiri lalu menerima pelukan erat dari lelaki itu.
“Aku minta maaf,” ucapnya lirih di sela-sela acara berontakan yang sangat sia-sia itu. Kihyun sungguh mengerti kalau Almira mungkin tersakiti, ia rela sampai membocorkan hal besar ini demi mendapat pengakuan. Tapi egonya masih berkuasa, Kihyun tak mau bertanggung jawab.
“Lepaskan aku berengsek!” maki Almira melepas paksa pelukannya. Ia bukan main rasanya ingin gila karena Kihyun begitu egois. Di sisi lain ia mencintai dirinya tapi di sisi lain tetap tak mau bertanggung jawab.
Ia segera mendorong Kihyun untuk ke luar, ia sungguh muak melihat wajah memelas Kihyun yang tampak serba salah itu. Sebaik apapun ia selama ini, tetap saja lelaki yang tak bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya hanyalah pecundang. Dia sampah, batin Almira.
Sambil mendorongnya ke luar, Almira terus melayangkan tatapan benci.
“Aku sungguh mencintaimu, Almira. Aku sungguh selalu sabar selama ini untuk menjaga dan merawatmu. Bisakah kau hargai sedikit usahaku? Aku melakukan semua itu karena sayang padamu.” Almira mendecak mendengarnya, ia jengah bukan main.
“Berhenti membual kalau kau masih tak punya nyali untuk menerima kandunganku,” sahut Almira sambil mengepalkan tangannya.
“Tapi aku melakukan ini semua demi merawat kandungan itu juga.”
“Kandungan itu, Kihyun? Ini bayimu!” teriak Almira dan tak terasa ia menangis karena kesal. “Pergi dari sini atau aku makin membencimu!”
“Benci saja aku jika itu membuatmu puas. Benci aku jika itu membuatmu merasa lega.” Almira menangis, ia bisa merasakan kasih sayang Kihyun walau hatinya berteriak kencang karena membencinya. Sungguh ia tak mengerti karena Kihyun masih bisa bersikap tenang begini ketika ia berusaha untuk menghancurkan karirnya.
“Kau bisa bersikap begini karena kau bisa mendapatkan perlindungan, Kihyun. Sedangkan aku …?” tanya Almira meraba perutnya. “Aku hanya ingin keadilan. Aku berjuang dengannya.”
“Persetan dengan Rin atau Hyungwon temanmu itu yang terus di sampingku, mulut mereka hanya terus saja membeberkan bahwa yang kulakukan salah. Tak ada yang benar-benar mengerti bagaimana jadi aku. Aku sungguh benci padamu, Kihyun. Kenapa kau lakukan ini padaku?!”
Penjelasan Almira yang sambil menangis itu membuat Rin dan Hyungwon yang baru sampai merasa bersalah. Mereka jelas mendengar isi hatinya. Tapi bukan itu yang ingin Almira pedulikan, karena sekarang ia bisa melihat ada ibunya di antara mereka. Berdiri kaku sambil memberikan tatapan penuh kesedihan.
“Eomma …”
Ibu Almira mendekat, lalu menggenggam tangannya dengan pelan. “Ayo, masuk. Eomma ingin bicara.”
Ey, apaan sih ini.😂😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter's Gift
Hayran KurguDinginnya udara di akhir tahun mungkin tidak akan bisa mengalahkan tatapanmu kala itu. Pekatnya bau darah akibat luka yang tercipta pun masih seakan menyapa. Musim dingin nan indah itu menjadi benang kusut yang hingga kini enggan kurapikan. Sayang...