1.) Darah✓

15.1K 298 0
                                    

Namaku Syarel Syahla, kelas dua SMA aku anak yang baik dan sopan kepada orang yang baik pada ku bahkan aku bisa lebih baik padanya jika ia benar benar baik padaku.

"Rel..lo serius? kalo bonyok lo tau gimana?lo uda sering ketauan, nggak kapok apa?"tegur Lili sambil memakan keripik di mulutnya, tegurannya sudah sering aku dengar meski telingaku sudah muak, bukan hanya sekedar muak tapi sangat sangat muak. SANGAT!

"Nggak peduli, biarin aja bonyok gua tau, kan itu urusan dia,"cetusku acuh, aku tidak peduli.

"Eh Rel yang dibilang Lili itu benar, kita nakal ya nakal aja, nggak perlu tawuran juga kali, apa lagi lo itu cewek.. eh ralat deh, cewek jadi-jadian maksud gue,"celetuk Fitri kemudian memasukkan keripik kedalam mulutnya.

Aku memutar kedua bola mataku malas, Mmenurutku kedua sahabatku ini sama saja, sama-sama cerewet.

"Dahlah, gue pergi dulu." Aku bangkit dari dudukku, "Yang laen uda pada nungguin,"tanpa berlama-lama lagi, aku langsung meninggalkan kedua mereka berdua, jika tidak pasti telinga ku akan budeg dengar ceramah sok bijak dari mereka berdua, padahal kami bertiga sama saja, tidak beda jauh.

Untuk kesejutaan kalinya, aku kembali bolos sekolah.

Hari ini aku ada jadwal bersama teman-teman ku, yaitu tawuran. Ada sekitar 15 atau lebih murid dan aku salah satunya. Hari ini kami akan melawan sekolah lain karena sebuah masalah. Mereka sudah berani memalak teman kami.

Kayu besar sudah berada di tangan kananku karena musuh juga sudah berada di depan, tidak ada rasa gugup karena ini bukan kali pertamanya namun sudah berkali-kali.

"SERANG!!"teriakku dan yang lain hanya mengikuti perintahku karena aku adalah ketua dari mereka, ini kemauan mereka karena akulah satu satunya perempuan diantara mereka. Aku menjadi ratu di tengah laki-laki yang menurutku semuanya gagah.

Bughh.

Bughh.

Suara pukulan dan hantaman terdengar jelas di telingaku, aku tidak peduli lawan di hadapan ku kini cukup kuat dan ia TAMPAN.

Bughhh.

Pukulan ku melengket di pipi mulusnya menurutku itu cukup keras membuat ia terpental ke samping.

Lemparan batu melayang-layang bagaikan burung yang terbang, aku juga berusaha menghindar agar tidak terkena batu batuan.

Meski kecil tapi sakit.

Cukup lama kami bertarung.

Dhorr..

Aku mengenal suara ini, ini adalah suara pistol polisi sebagai peringatan.

"WOYYY POLISU WOYYYY!!"teriakan panik dari anak-anak terdengar jelas.

Aku berbalik dan menoleh melihat untuk memastikannya, tapi...

Bugghhh

Pria tadi meninjuku dengan sangat keras hingga tubuhku terpental ke aspal, nyeri di perutku terasa begitu jelas, ia benar-benar memanfaatkan kesempatan yang ada.

Dug.

Arghh, lagi-lagi lemparan batu ikut menyusul dan melukai keningku, darah menetes lumayan banyak dan aku tidak bisa menggubris mereka lagi, aku berusaha bangun dari jatuhku meski nyeri di perutku masih membekas.

"Cabutttt!!"perintahku dan detik itu juga kami lari terpingkal pingkal karena polisi sudah mengejar kami.

Dhorr...

Tembakan kembali terdengar, namun tidak membuat langkah kami terhenti, kami lari hingga kami merasa kalau polisi itu tidak lagi mengejar kami.

"Hosss... hosss..." aku berusaha mengatur nafasku, darah di keningku sudah mulai mengering, sungguh berapa jauh kami berlari tanpa arah yang jelas.

My Junior My Husband (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang