1. SAYANG KOK NGAJAK MAKSIAT?

833 77 7
                                    

Mencintaimu adalah benar
Menyayangimu adalah benar
Bersamamu adalah benar
Ijinkan aku yang berlumur dosa ini senantiasa dijalan-Mu

ya rabb,

-NALEKHA-

2 tahun yang lalu

Kumandang adzan menggema syahdu ditelinga, lantunan ayat suci memanggil setiap insan yang berlalu lalang untuk segera menunaikan kewajibannya sebagai muslim, tidak terkecuali diriku agar senatiasa Allah bersedia menuntun kejalan yang ia ridhai.

Selesai menunaikan sholat Ashar aku segera meninggalkan masjid dan bergegas pulang ditemani ransel hitam kesayanganku.

"Lekha.." ucap seorang pria yang memanggilku dari arah belakang.

Langkah ku terhenti, aku mengenali suara ini. Hendak menoleh kebelakang aku dikejutkan karena dia tepat dibelakangku.

" Lekha... "ucap Akbar

Aku menghela napas pelan lalu tersenyum, "Assalamualaikum Akbar,"

"Wa- waalaikumsalam" jawab Akbar dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ada apa? Kamu kok aneh gitu,"

"Aku.. mau bicara sesuatu sama kamu,"

"Ya udah, bicara aja, kamu itu kenapa sih?"

"Terlepas dari pertemanan kita, terlepas dari semuanya. Aku sebagai laki laki dan kamu perempuan. Kamu mau gak jadi pacar aku?"

"Aku mencintaimu Nalekha," lanjutnya yang membuat aku ingin lari saat ini dan bersembunyi disuatu tempat.

deg

apa yang kamu maksud Akbar

"Kamu ... bukannya kamu suka sama Yusra?" jawabku gugup

"Itu dulu, aku mengagumi dia seperti halnya aku mengagumi kamu, aku ingin kamu jadi milikku. Hanya aku," Akbar terus terang,

"Kamu sayang gak sama aku?"

"Lebih dari aku menyayangi diri aku sendiri,"

"Kalau kamu sayang sama aku, kenapa kamu ngajak aku maksiat? Kamu kan tahu di islam mana ada Pacaran,"

Ucapan Nalekha dapat membungkam
" Cara kamu mtapiaerasaara mereka aku jadi rindu sohib sohibku ini, tapi dimana mereka aku celingukan mencari mereka. omengirim mereka yang selalu siap menemaniku.

***
L

angit berwarna hitam pekat, semesta setia menemani isinya. Pemeluk agama Islam mendayu untuk berseru kepada-Nya.

ermasuk Nalekha. Selepas tidur, Nalekha terbangun dengan khimar yang sedikit berantakan karena ulah tidur nya. Memang tidak sering Nalekha menunaikan solat malam, tapi ia merasa hatinya ada yang terganjal. Ia pikir mungkin jika sholat malam selalu bisa menenangkan hatinya mengapa ia membuang buang waktunya dengan tidur.

Di atas sajadah, tanpa kata lelah Nalekha bermunajat pada-Nya. Walaupun dengan sedikit cahaya yang menerangi pandangannya. Layaknya kata seorang Abi, "Salat malam merupakan sebaik-baik salat setelah salat fardu. Dan salat malam dapat menyegarkan jiwa seseorang."

Bahkan Rasulullah SAW bersabda, "Setan itu mengikat pada tengkuk setiap orang di antara kalian dengan tiga ikatan ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah, 'Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.' Apabila ia bangun dan menyebut nama Allah, terurailah satu simpul. Lalu apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Kemudian apabila ia salat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun salat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas."

***

Pagi telah tiba.
Bersama terbitnya matahari, Nalekha berangkat ke sekolah. Dengan sedikit berjalan menyusuri jalanan yang menghubungkan ke halte bus.

Ada perasaan haru dan bahagia mengenang dirinya telah lulus di benak Nalekha. Alhamdulillah.

"Nalekha!" teriak seseorang.

Secara mendadak, kedua telinganya menangkap suara keras yang memanggil namanya. Ia menduga bahwa suara itu adalah suara wanita. Kemudian, ia pun menoleh ke arah belakang. Ia melihat ada seorang wanita yang berlari ke arahnya dari kejauhan. Ternyata benar yang ia pikir. Wanita tersebut adalah Naila, sahabat baik Nalekha.

"Nalekha sini," teriak kembali seseorang yang lainnya dengan suara yang berbeda tetapi berasal dari arah yang sama, membuat rasa rindu yang lama seperti akan terbayar hari ini.

Nalekha mendengar suara mereka. Tetapi di mana mereka Nalekha tidak tahu, dirinya masih celingukan mencari keberadaan mereka. Rindunya bukan tanpa sebab.

Mereka, Naila dan Nova telah meninggalkan Nalekha dua minggu lamanya pergi ke Mesir, mewakili siswa pertukaran pelajar yang diadakan pemerintah. Setelah ditinggal sendirian Nalekha tahu, tanpa Naila dan Nova hari-harinya terasa hampa dan melambat.
"Hahaha ... kami di atasmu, Lekha," ujar mereka berdua kompak.

Nalekha menoleh pada sumber suara yang berasal dari atas, ternyata benar bahwa mereka ada di atasnya. Tanpa berpikir panjang, Nalekha langsung menyusul dengan berlari kecil melewati anak tangga. Seperti anak kecil yang diberi hadiah, wajah Nalekha berseri seri.

"Assalamualaikum Nova, Naila," salam Nalekha dari jauh.

"WAALAIKUMSALAM Lekha!" teriak mereka kompak dan berhambur memeluk Nalekha.

"Kalian kok lama sih lombanya? Kalian betah, ya, di Mesir?" tanya Nalekha sambil memukul lengan mereka pelan.

"Cie ada yang rindu nih? Tenang aja kami juga di sana merindukan kamu, Nalekha," ujar Nova menyenggol lenganku.

yalah kami betah di sana. Di sana 'tu cowoknya pada pinter-pinter," semangat Naila.

"Mulai, mulai deh kumat kamu 'tu kalo masalah cowok. Eh iya, di sana juga ada lo cowok yang ngedeketin Naila! Namanya siapa ya namanya, oh iya Husani," cebik Nova yang menggoda Naila.

"Ngomong aja kalau kamu yang suka sama Husani, jangan ledekkin aku terus!"

"Sudah, sudah. Kalian ini, ya, masa udah ribut aja. Kita baru aja ketemu," ujar Nalekha,
"Iya juga, tapi sudahlah. Alhamdulillah ya Allah. Aku seneng bisa ketemu kalian lagi," rindu Nalekha.

Kami larut dalam perbincangan hangat mengenang dua minggu kisah mereka selama di Mesir. Lengkapnya rasa kebahagian aku bersama dua orang ini. Aku sangat bangga terhadap diri aku sendiri. Bahkan Allah masih sangat baik kepadaku untuk mengirimkan mereka yang selalu siap menemani aku.

***

Nalekha [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang