Chapter 11: Telepon Fawwaz

295 47 1
                                    

_NALEKHA_

"Terkadang Allah membantumu bukan dengan sesuatu yang membahagiakanmu, tetapi dengan sakit, luka dan kekecewaan. karena Allah ingin menyelamatkanmu dari tempat,orang dan keadaan yang salah" _Nalekha

"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" Nalekha

"Bicaralah.." Haziq menatap Nalekha dari jauh dengan santai

"Ku pikir kau jangan lagi bicara denganku,jangan ter- terlalu dekat denganku aku a-ku tidak ingin Shofaa salah paham" Nalekha terbata bata

Haziq mengerutkan dahinya bingung

"Kata Shofaa kamu tidak pernah terlalu dekat maupun berbicara dengan wanita selama di madrasah sekali lagi jangan salah paham aku tidak ingin Shofaa..." Nalekha

"Jangan terlalu percaya diri" Haziq tersenyum simpul

Nalekha tersentak dengan ucapan Haziq

Apakah Haziq tau Shofaa menyukainya batin Nalekha

"Aku mengerti,kenapa kau tidak ingin Shofaa salah paham aku tak ada hubungan atau apapun kau tau kan dengannya. coba katakan semuanya agar aku tak salah paham" Haziq

Nalekha membenarkan posisi duduknya

"Tapi ku mohon jangan lagi dekat atau berbicara lagi denganku... " kini Nalekha memberanikan diri melihat Haziq

"Tapi aku tidak menyukai Shofaa maksud ku bukan begitu aku tidak ingin dia salah paham ada seseorang yang kusukai dan itu adalah ka..."
ucapan Haziq terpotong karena ibu dan Shofaa sudah kembali

"Apa yang kamu sukai Haziq?" ibu Rasyka

"Emmm tidak ada"

Tidak lama kemudian mereka berdua pamit untuk pulang ke madrasah tak sampai satu jam mereka disana setelah itu Nalekha dan Shofaa ke tempat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan sebelum pulang

****

disisi lain pernikahan Fawwaz dan Hawa akan segera dilaksana tepatnya esok pagi mereka akan menikah.

Karena pesannya yang disampaikan oleh Nalekha waktu itu, fawwaz kali ini memberanikan untuk menelepon lekha bukan maksud untuk apa apa ia tidak ingin ada kesalah pahaman diantara keluarganya dengan keluarga Nalekha

drrrrt drrrt

lekha yang mendapat panggilan dari Fawwaz tiba tiba sangat kaget dia ingat mengenai pembatalan pernikahan beberapa bulan yang lalu

"Assalamualaikum" terdengar suara laki laki diseberang sana

"Wa wa-alaikumsalam mas" Nalekha

"Bagaimana dengan keadaanmu lekha"

"Alhamdulillah baik mas"

"Maaf mengganggu sebelumnya mas ingin memberitahumu besok mas menikah"

deg

"Kau tau dengan Hawa pastinya, maksudku aku mengundangmu dan menantikan kehadiranmu kalau kau bisa datang besok" lanjut Fawwaz

"Alhamdulillah mas, mas telah mendapatkan istri yang sangat baik dan untuk undangan mas untukku terimakasih banyak.tapi sepertinya maaf sekali mungkin besok aku pasti tidak akan datang mas tau kan aku sedang..."

menenangkan diri batin Nalekha

"Melanjutkan study mu ke kairo kan?"

"Benar mas"

"Oh iya kalau begitu tidak apa apa maaf menggangu mu dan jaga kesehatanmu Nalekha"

"Iya terimakasih mas, mas juga"

"Iya Assalamualakum"

"Waalaikumsalam"

Shofaa yang dari tadi melihat Nalekha ditelpon seseorang hendak mendekat dan menanyakan siapa yang menelponnya karena ia tidak mengerti apa yang dibicarakan sejak tadi. Karena Nalekha tidak mempermasalahkan untuk menceritakan apa yang ia bincangkan tadi lalu ia mulai bercerita dan sekarang terbuka kepada Shofaa.

Nalekha menceritakan tentang pernikahannya yang sempat batal, ia sempat berpikir bahwa Allah memang ingin Nalekha pergi kesini dan disinilah ia sekarang jauh dari Naila dan Nova yang entah dimana meski mungkin bisa mereka bertemu sewaktu waktu tapi Nalekha tidak ingin mengganggu kesibukan mereka berdua.

Tak terasa air mata jatuh di pelipis Nalekha mungkin Nalekha hanya sedang rindu pada semuanya abi, umi, mbak Azki, sohib sohibnya dan ia sekarang sedang berada jauh di negeri orang.

Entah mengapa ketika menceritakan semuanya pada Shofaa ada rasa lega mungkin memang benar kita setidaknya harus berbagi beban yang mungkin terasa berat didalam hati

Sebelum tidur Nalekha hendak membuka tasnya tiba tiba kertas berwarna biru langit terjatuh kebawah lantai

نأمل أن نلتئم في قاعة المحكمة ، حقا أحبك بسبب الله إذا كنت تنتظرني حتى ألتقي بك ، نأمل أن يكون لدينا مباراة

Namal 'an naltayim fi qaeat almahkamat , haqanaan 'ahbak bsbb Allah 'iidha kunt tantaziruni hataa 'altaqi bik , namal 'an yakun ladayna mubara

"Semoga kita dipertemukan dalam ridhonya, sungguh aku mencintaimu karena Allah bila kau pun begitu tunggu aku menjemputmu semoga kita berjodoh"

Sepucuk kertas biru itu dapat membuat garis melengkung menyejukan hati bagi siapa pun yang melihat nya tapi tak ada seorang pun disana Nalekha hanya sendiri dan berharap pengirim surat itu memang jodohnya yang disiapkan oleh Alloh

Sebenar nya ia sangat ingin tahu siapa orang yang selalu memberi nya surat akhir akhir ini tetapi percuma sekeras apapun ia berpikir ia tak akan menemukan si pengirim itu mungkin suatu saat Allah akan menjawab semua pertanyaan nya ini

Ia membaca beberapa shalawat untuk menjemput kantuknya ia hanya ingin esok masih bisa berada dibumi untuk membahagiakan dan membanggakan umi dan abinya yang telah membesarkannya

****

Nalekha [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang