Chapter 28: Minta langsung ke Eima

234 29 4
                                    

_NALEKHA_

Tidak ada solusi yang lebih baik bagi dua insan yang saling mencintai dibanding pernikahan.

HR. Ibnu Majah

Nalekha's Pov

Dua hari berlalu setelah kejadian Azka menangis karena rindu Uminya kini telah berbalas, aku sebenarnya sangat kasihan pada bang Dzul yang tiba tiba pulang kerumah-ralat rumah Abi.

Bang Dzul baru sampai kemarin sore benar apa yang ia katakan waktu aku menelponnya bahwa dia akan usahain pulang buat karena Azka, aku tahu itu. Dan melihat Azka yang sedang belajar naik sepeda langsung berlari menghampiri Abinya yang muncul dari balik gerbang, Aku sangat senang dan bahagia mungkin.

Aku tak tahu aku seperti seorang ibu yang melihat Ayah dan Anak bercengkrama sangat bahagia. Selain itu Bang Dzul selalu terlihat baik. sangat baik dihadapan aku maupun Azka. Setelah dekat dan mengenalnya akhir akhir ini aku menjadi lebih mengenal Bang Dzul, aku bersyukur kakak dulu menikah dengan pria sebaik dia. Tidak aku tidak menyukai dia maksudku aku hanya kagum pada Bang Dzul. Tidak lebih.

Sekarang kami akan beranjak pulang dari pemakaman. Ya Kami sekeluarga sudah berziarah kemakam Mbak Azki, awalnya aku menolak bukan karena apa tetapi aku belum siap menerima bagaimana reaksi Azka apabila ia tahu bahwa Ibunya telah lama meninggal.

Aku takut kalau Azka belum paham dan mengerti tentang keadaan dimana ia sudah tak memiliki ibu. Tetapi Bang Dzul terus memberiku pengertian bahwa ia tak mau menyembunyikan sesuatu pada anaknya terlebih apa yang ia punyai lagi selain Azka, cepat atau lambat Azka akan mengetahui semuanya sedangkan Bang Dzul tidak mau lagi Azka seperti kemarin, atau lebih buruk lagi jika telah besar nanti Azka mengetahuinya ia akan membenci kita semua.

Hingga kami sudah tiba dirumah, dengan cepat aku keluar dari mobil tetapi Azka tiba tiba mau beli kelinci karena ia melihat kelinci dipemakaman tadi.

"ya sudah kamu istirahat saja biar aku beli dulu kelinci sama Azka," ucap Bang Dzul padaku "nggak boleh, Eima halus ikut!" ucap Azka dengan pipi yang menyembulnya aku sangat gemas apabila ia seperti itu "nggak ah Eima gak mau ikut kalau Azka selalu nangis kalau minta sesuatu!" ucapku pura pura menggodanya.

"ah.. Eima ayo Eima ikut," rengek Azka dan menarik narik rokku, "nggak! Eima gak mau ikut tuh liat, Azka masih nangis katanya udah gak cengeng lagi tapi.." ucapku terpotong "Janji.. Aka gak akan cengeng lagi kalau minta cecuatu" ucapnya yang meghapus air matanya dengan tangan mungil milik Azka lalu tanpa aku duga Azka memperlihatkan kelinhkingnya padaku aku, bang Dzul, Abi dan Umi terkekeh.

Abi yang gemas melihat tingkah laku cucunya langsung berjongkok "Yasudah jangan nangis lagi gih cepet pergi keburu turun hujan" ucap abi yang mengelus kepala Azka pelan dan aku langsung membalas kelingkingnya dan Azka tersenyum bahagia.

"Nah gitu dong ini Azkanya Eima," aku mencium pipi Azka dan menuntunnya masuk kedalam mobil, "Hati hati" ucap Umi dan melambaikan tangan "Dadah Oma, Opa Azka jalan dulu, ucap salam dulu nak" ucapku "Accamualaikum dadah Muah" ucap Azka yang memberikan kiss bye" Aku dan Bang Dzul tertawa aku sangat bahagia.

"sini.. duduk sama Abi, kasihan Eima mau istirahat" ucap Bang Dzul yang merentangkan tangan kirinya pada Azka sedangkan tangan kanannya sibuk memegang stir, "Bang.. kamu fokus dulu nyetir nanti kamu gendong Azka kalau udah sampai," ucapku dan Bang Dzul menghela napas lalu tersenyum.

"oke, aku hanya pengen gendong Azka" ucap Bang Dzul "Abi.. Aka udah gede gak mau gendong lagi, lari Aka uga udah kenceng.." ucap Azka dan Bang Dzul memberikan Jempol pada Azka dan mengedipkan mata.

lalu didalam mobil hening tak ada suara sedangkan Azka sibuk memainkan gantungan tasku, aku berinisiatif sesuatu "Ayo Azka tunjukan pada Abi hadiah buat Abi kan minggu lalu Abi ulangtahun," ucapku pada Azka "Oh iya Aka lupa, Abi Abi ini hadiah buat Abi" ucap Azka dan Bang Dzul melihatnya terkejut.

"Mana.." tanya Bang Dzul "cebentar.." Azka diam sebentar sedangkan aku sudah tersenyum melihat tingkahnya "Bismilahhilohman nilohim, wal asli innal ingsana wapil huslin, innal ladzi na amanu waamilussolihati watawwa soubil haqqi watawwa soubil sobl.." ucap Azka yang sedikit terbata bata dan Bang Dzul menghentikan mobilnya yang kutau kita telah diparkiran sebuah toko.

"Alhamdulillah, makasih sayang Abi seneng banget hadiahnya" Ucap bang Dzul yang menggendong Azka kepangkuannya dan mencium beberapa kali pipi Azka, "Iya kata Eima Umi dan Abi pasti ceneng kalau Aka hadiahin doa tadi" ucap Azka tertawa dan berdiri dipangkuan lalu melingkarkan tangan kecilnya pada leher Bang Dzul.

"Abi gimana kalau.. Eima jadi Umi Aka? kenapa Eima gak jadi Umi Aka aja?" ucap Azka yang menatap sang Abi, sedangkan aku terkejut mendengarnya "hah? kenapa harus Eima kan Azka udah ketemu Umi, Aka udah punya Umi kita aja baru ketemu tadi dipemakaman," ucap Bang Dzul santai, "mm.. kan kata Gaga Uminya Gaga suka masakin, mandiin, belsih belsih, ngantel Gaga ke cekolah, telus aku uga cama. punya Eima yang kaya Umi Umi suka Mandiin, macakin, belsih belsih telus suka tidul ama Aka. Gimana kalau Eima jadi Uminya Aka baguskan ide Aka?" ucap Azka Panjang dengan antusias.

sedangkan Bang Dzul keluar mobil dengan menggendong Azka "Yasudah nanti minta langsung sama Eima mau gak jadi Uminya Azka," Ucap Bang Dzul yang masih dapat didengar olehku.

....


Nalekha [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang