Bintang yang Hilang

516 24 9
                                    

~☆~

Iya, masa itu. Masa yang hampir saja kulupakan, tapi tidak dengan kesalahan. Dan ya, kau benar. Mungkin aku akan baik-baik saja. Hingga saat ini. Tanpa dirimu.

~☆~

"Kelina ...."

"Iya, Yah. Sebentar," sahutnya.

Gadis yang namanya terpanggil itu sedikit kelawahan menyiapkan persiapannya ke sekolah. Kelina tahu, pasti Arsen---ayahnya telah menunggu di depan rumah.

Gadis itu kini telah rapi dengan dresscode event sekolah yang terbalut di tubuhnya. Kelina sempat menggerutu tidak menyiapkan semua keperluan semalam. Dia terlalu sibuk dengan imajinasi di buku sketsa hingga membuatnya ketiduran.

Kedua tangan Kelina dengan cekat memasukan barang-barang yang akan dibawa ke dalam tas. Tak sampai lupa, Kelina akan membawa buku sketsanya itu. Tangan Kelina bergegas mengambil buku tersebut tepat di atas meja belajar.

Prang!

"Argh!" Kelina mengeluh gusar. Sikut tangannya berhasil menjatuhkan sebuah foto pajangan di sana.

Kelina sempat melihat sekilas. Itu gambar dirinya bersama seorang anak laki-laki yang sama-sama mengenakan seragam sekolah menengah pertama. Kelina hampir tidak menyadari foto itu terpajang.

Kaca frame itu sekarang berserakan tepat beberapa centi dari kedua kaki Kelina. Namun, sepertinya Kelina tidak memiliki waktu lagi. Dia harus segera keluar dari kamar sebelum Arsen marah. Kelina begitu gesit menarik ritsleting ransel toskanya, menyampirkan di kedua bahu.

"Kelina!"

'Kan, baru saja ingin beranjak dari tempatnya, Kelina terlonjak kaget mendengar teriakan yang sudah tidak biasa itu.

"Iya, Yah. Kelina datang."

Kelina langsung melesat dengan cepat. Tak hirau pintu kamarnya tanpa sempat dia tutup. Sudah dapat Kelina pastikan, Arsen akan memarahinya.

Sungguh Kelina memaki diri, membuat paginya sendiri tidak menyenangkan. Dan benar saja, Kelina tidak menemukan ayahnya itu di depan rumah, Arsen telah mendahuluinya ke mobil.

Raut wajah Kelina sangat panik. Dia mau tidak mau harus berlari menghampiri mobil Arsen. Kelina sudah bisa membayangkan seperti apa ayahnya itu menampakkan wajah murka padanya. Duh, bagaimana jika itu terjadi?

Sesampainya di dalam mobil pun betul, hawa mencekam sudah Kelina dapati. Kelina mengatur napasnya yang tidak beraturan seraya menutup pintu mobil.

"Kamu sengaja buat Ayah telat, ya!"

Tepat seperti yang Kelina bayang 'kan, Arsen memarahinya. Lihat, mata elang Arsen sudah terpasang di sana. Tamatlah riwayatnya. Kelina dengan rasa sedikit canggung langsung tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya pada Arsen. Itu jurus ampuh yang dia lakukan. "Maaf, Yah," ucapnya.

Arsen tidak menjawab apa pun. Ia hanya melemparkan tatapan tajam pada Kelina. Sebelum akhirnya Arsen tampak tak acuh dan memilih untuk sibuk mengendarai mobilnya menuju sekolah Kelina.

Kelina hanya menghela napas pelan dalam umpatan. Syukurlah, Arsen tidak memarahinya lebih lanjut. Kelina sudah terbiasa dengan watak tempramen ayahnya tersebut. Tak jarang jantung Kelina berdegup kencang jika Arsen telah mengeluarkan nada tinggi.

Tapi, setidaknya sikap Kelina yang masih dalam mood tak buruk seperti kali ini berhasil membuat Arsen tidak lebih murka. Dengan begitu, Kelina pastikan dirinya baik-baik saja.

Dan inilah cerita tentangnya. Tentang seorang Kelina Arsyita, dengan banyak lika-liku yang bahkan dia tidak tahu. Oleh sebab itu, selamat datang di kehidupannya!

------------------------------

A.n :

Welcome to my new story, guys!

Happy reading!

Jangan lupa vote & comment ya!
Karena tinggalkan jejak itu gretong, gak susah, gak rugi okray!😉

Sharing-sharing apapun ke aku juga boleh. Bakal aku tanggapi.😆

Love u guys! ... :"v

REMENTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang