~☆~
Dia datang dari tempat yang jauh sekali. Dari masa lalu. Hadir kembali. Tanyaku satu, akankah dia lekas pulang? Ke tempatnya, di masa lalu?
~☆~
Kelina mengeluh gusar. Dia keluar dari deretan rak-rak buku dengan beberapa buku paket di dekapannya. Kelina baru saja ingat bahwa dia mendapatkan tugas yang belum dia kerjakan. Tugas itu akan dikumpulkan besok, dan Kelina harus meminjam beberapa buku dari perpustakaan sekolah. Tadi tepat setelah bel istirahat berdering, Kelina langsung ke sini. Fira terlebih dulu pamit untuk ke kantin bersama Julia. Jadilah seperti yang dilihat sekarang, Kelina sendiri.
Aftab? Sepertinya Kelina masih ingin meminimalisir bertemu dengan pemuda itu. Entah mengapa, Kelina tidak ingin bertemu dengan pemuda itu. Kelina tersenyum tipis, menggeleng samar memikirkan hal tersebut.
Manik mata Kelina tidak sengaja mendapati seorang laki-laki yang duduk di kursi baca sisi ruangan sana. Itu laki-laki yang kemarin Kelina tabrak.
Kelina bergegas menghampirinya. Laki-laki itu tampak sibuk dengan laptop di hadapannya. Kelina mengambil tempat duduk di samping laki-laki berkaca mata itu. Meletakkan buku yang dibawanya di atas meja.
"Kak Alde?"
Laki-laki bernama lengkap Aldebara itu melirik sekilas ke arah Kelina. Setelah itu, ia kembali pada laptopnya. Ia seperti tak acuh akan kehadiran Kelina.
"Masih ingat sama gue?"
Hati Kelina sedikit terasa tertohok. Alde menanyakan itu dengan nada menyindir pada Kelina. Kelina harus mencoba tersenyum. Bagaimana pun Kelina ingat kesalahannya dahulu, tak aneh jika Alde akan begitu dingin padanya.
"Ngapain di sini?"
Kelina mengerutkan dahi. "Bukan seharusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini?"
Alde menghela napas, membetulkan letak kaca mata, beralih pada Kelina. "Gue dapat rekomendasi dari sekolah lama gue buat sekolah di sini, karena gue pengen lanjut studi ke luar. Lo bisa pergi sekarang?"
Kelina cukup tertenggun mendengar kalimat terakhir yang Alde ucapkan. Ia benar-benar mengusir Kelina?
"Ok." Kelina mengangguk dengan berat hati. Dia langsung mengambil buku paketnya, lalu pergi seperti apa yang diminta oleh Alde.
Setelah meninggalkan catatan peminjaman di perpustakaan, Kelina memutuskan menyusuri koridor menuju kelas. Sikap dingin Alde sedikit menyakitkan untuknya. Separah itukah kesalahannya di masa lalu, hingga Alde beku padanya?
Kelina langsung mengusap kasar pipinya, setitik air mata berhasil jatuh di sana.
"Kelina ... " Aftab dari kejauhan muncul, menghampiri Kelina.
"Lo kenapa, Kel?" Aftab bertanya. Ia menyadari raut wajah Kelina yang terlihat tidak baik.
Kelina mengalihkan pandangannya. Mengumpati wajah agar Aftab tidak lebih lanjut mengamatinya. "Gapapa," jawab singkat Kelina.
"Kalau lo ada masa--"
"Gue lagi pengen sendiri! Gak usah ganggu gue!"
Aftab mengerutkan dahi, bingung bukan main. Ia sebenarnya cukup terkejut dengan bentakan Kelina itu. Ada apa dengan Kelina?
Kelina meninggalkan Aftab begitu saja di sana. Kelina mempercepat langkahnya menuju kelas, membiarkan Aftab hanya menatap punggungnya yang menjauh. Tidak peduli Aftab sibuk bertanya-tanya dengan pikirannya.
~~~Sesampainya di kelas, Kelina langsung menuju ke tempat duduknya. Bel masuk belum berdering. Kelas masih tampak sepi. Fira pun belum terlihat batang hidungnya kembali dari kantin. Langkah Kelina berhenti tepat di kursinya, dia mengerutkan dahi.
Sebuah buku sketsa baru tergeletak di atas mejanya. Kelina pun menaruh buku paket di genggamannya, beralih pada buku sketsa tersebut.
"Untuk Sumarni?"
Setelah Kelina membaca tulisan yang tertera pada buku sketsa itu, kerutan dahi Kelina sekarang terselingi dengan senyum tipis yang tercetak di wajahnya.
Pasti itu dari Aftab.
Tapi, Kelina jadi merasa bersalah telah membentak Aftab tadi. Aftab kan tidak tahu apa-apa, kenapa juga Kelina jadi ikut marah padanya?
"Ciyee ... Hadiah dari pacar baru, ya?"
Kelina langsung menoleh. Itu Chintya. Teman sekelas Kelina yang duduk berjarak beberapa kursi dari tempat duduknya. Sepertinya Chintya memang berada di kelas sedari tadi. Dia meledek Kelina di sana.
"Hah? Bukan." Tentu saja Kelina mengonfirmasinya. Aftab menyebalkan itu menjadi pacarnya? Hahahah ... Seperti lelucon yang sangat humor untuk Kelina tawakan.
Kelina menggeleng keras. Dia ingat bentakkan dirinya tadi pada Aftab. Kelina memang harus minta maaf sepertinya. Mau gimana pun, apa yang Kelina lakukan itu salah.
----------------------------
A.n :
Jadi gimana ceritanya, guys?
Kalau membosankan katakanlah😂Tinggalkan jejak!🙆

KAMU SEDANG MEMBACA
REMENTANG
Teen Fiction[ Akan direvisi ] REMENTANG ( Rembulan, Mentari, & Bintang ) Dan dia adalah Mentari yang memberikan sinarnya padaku--sang Rembulan. Yang kemudian sosok lain itu sebuah gembintang yang benerang sangat indah dengan sendirinya. Walau begitu, malam teta...