Terik

46 6 4
                                    

~☆~

Mungkin iya, aku membutuhkannya. Bertemu dengan mentari dan aku harus kembali keluar sana. Tetapi tanyaku, apakah dia kan membakarku (lagi)?

~☆~

Suasana sore itu semakin ramai di jalanan kota. Aftab yang tengah sibuk mengendarai motor besarnya, berbelok di pertigaan depan sana. Itu jalur yang setiap hari Kelina lalui dari sekolah. Untuk jam sore seperti ini mungkin sekolah sudah berbubaran pulang sedari tadi.

Mata Kelina memincing. Dia melihat sebuah mobil terperonggok di depan sana. Si pemilik mobil tampak tengah kebingungan. Kelina sepertinya mengenal gadis pemilik mobil itu.

Itu Chintya. Gadis itu masih lengkap menggunakan seragam sekolahnya. Tidak salah lagi, itu adalah teman sekelasnya. Kelina langsung menepuk bahu Aftab.

"Af, itu kayaknya Chintya," ujar Kelina.

Aftab sempat menoleh ke arah yang Kelina tunjuk. Benar, di sana Chintya tengah berdiri di depan mobilnya. Aftab dengan malas menatap Kelina melalui spion.

"Terus?"

"Samperin, Af."

"Gak."

Kelina melotot sempurna mendengar jawaban Aftab. "Aftab ... "

Aftab menghela napas pelan, mengalah. "Iyaudah iya."

Aftab meminggirkan motor besarnya, menghampiri Chintya di sana. Kelina turun sesampainya di depan mobil Chintya. Chintya sepertinya menyadari kehadiran Kelina dan Aftab, dia berbalik menoleh pada mereka.

"Eh, hai Kel, Af." Chintya sedikit kikuk ketika menyapa Aftab.

"Mobil lo kenapa?" Kelina bertanya.

Chintya menggeleng binggung. "Gue juga gak tahu, nih. Tiba-tiba mogok."

"Af, lo bisa--" ucapan Chintya terpotong.

"Gak bisa."

Kelina melotot mendengar sahutan Aftab yang terdengar ketus. Lihat saja, pemuda itu malah dengan santai bersandar di motornya.

"Af ... " Kelina memperingati.

"Paling juga akinya," sahut Aftab sekenanya.

"Gue baru ganti kemarin kok. Tapi kabelnya deh kayaknya. Gue gak ngerti mesin mobil," jelas Chintya.

Kali ini Kelina menatap ke arah Aftab dengan memohon. "Af, tolongin cek ya."

Belum genap Aftab ingin menyerukan tanggapannya lagi, Kelina kembali bersuara. "Aftab ... "

Aftab menghela napasnya panjang. Mengapa jadi begini? Mau tidak mau, Aftab akhirnya  harus mengalah. Ia dengan gontai melihat mesin mobil Chintya. Kalau bukan karena permintaan Kelina, Aftab tidak akan mau melakukannya.

Kelina tersenyum puas melihat Aftab bergerak. Lima belas menit usai berlalu, Kelina menemani Chintya seraya menunggu Aftab selesai berkutat dengan mesin.

Aftab terlihat begitu teliti mencari kerusakan pada mobil Chintya. Ia memperbaikinya, sebelum akhirnya pun Aftab ber-puh panjang keluar, menepuk kedua tangannya yang tampak menghitam.

"Udah. Coba starter," ucap Aftab.

Chintya yang sedari tadi di samping Kelina langsung bergegas melalukan apa yang Aftab minta.

Brum!

Mobil itu pun menyala. Kelina bernapas sangat lega. Chintya kembali keluar dari mobilnya, menghampiri Kelina dan Aftab.

REMENTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang