Hujan mereda. Rintikan sudah berhenti turun dari langit sana. Aftab dan Kelina memutuskan kembali ke halte kecil. Mereka mengambil ranselnya masing-masing. Aftab terlihat mengeluarkan sesuatu dari ranselnya.
"Nih, pakai." Aftab mengeluarkan sebuah jaket berwarna hijau tua pada Kelina.
Kelina menerimanya. Dia tidak keberatan memakai jaket tersebut. Kelina juga tak lupa mengucapkan terima kasih pada Aftab. Tapi melihat langit mulai senja. Perasaan Kelina jadi tidak tenang.
"Jam berapa sekarang, Af?" Kelina bertanya.
"Lima sore."
Kelina sedikit terkejut. Benarkah sudah pukul segitu? Bagaimana ini?
"Gue harus pulang, Af." Kelina tampak panik. Dia tidak boleh sampai di rumah ketika malam telah menjelang.
Aftab sempat mengerutkan dahi, bingung. Namun menyadari keresahan Kelina, ia dengan cepat menaiki motornya. Ia mengikuti apa yang gadis itu katakan, Aftab langsung melesat mengantarkan Kelina.
"Lebih cepat lagi, Af," Kelina terdengar lirih.
Tanpa diminta dua kali, Aftab melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Jalanan kota masih lengang. Aftab terus mengonsentrasikan dirinya pada jalanan. Bagaimanapun ia tetap harus hati-hati. Genangan air masih tampak menumpuk di jalan sana.
Kelina memeluk Aftab begitu erat. Bukan kecepatan motor yang Kelina takuti. Tapi Kelina berharap waktu berpihak padanya, dia harus sampai sebelum Arsen pulang dari kantornya. Atau Kelina akan menjadi amukan kemarahan Arsen.
Sungguh Kelina memohon. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika Arsen akan memarahinya. Tamatlah sudah hidup Kelina. Usai sepuluh menit berlalu, Kelina menyadari dirinya telah hampir sampai di perumahannya. Kelina langsung menepuk bahu Aftab.
"Turunin gue di depan kompleks."
"Gak." Aftab menggeleng kukuh. Motornya melaju memasuki perumahan Kelina.
"Please! Gue mohon berhenti!"
Aftab langsung menghentikan motornya, demi mendengar lirihan Kelina. Tanpa berucap apapun Kelina langsung turun begitu saja. Dia berlari menuju rumahnya, meninggalkan Aftab.
Aftab menatap penuh kebingungan. Punggung gadis itu sudah terlihat menjauh dari pandangannya. Aftab bisa merasakan tadi saat Kelina begitu ketakutan. Lalu, kenapa? Ada apa sebenarnya dengan gadis itu?
~~~
Kelina menghempaskan dirinya di kasur kamar. Mata Kelina melihat sekilas ke arah jam dinding. Pukul delapan malam lewat sepuluh menit dan Arsen belum juga pulang ke rumah. Kelina mungkin dapat bernapas lega. Tapi Kelina bisa menerka, Arsen pasti tengah di tempat hiburan malam saat ini.Kelina menghela napas panjang. Hari ini Kelina akan kembali mendapati Arsen pulang dengan keadaan mabuk lagi. Kelina bingung bagaimana mengubah kebiasaan Ayahnya itu.
Ting!
Kelina langsung menoleh ke sumber suara itu. Suara handphone-nya. Kelina guntai beranjak mengambil, kembali berbaring di ranjang. Ada sebuah pesan di sana. Jemari Kelina dengan lihai membukanya.
From : +628122076xxxx
Lo gapapa?Ya. Pesan itu dari Aftab. Kelina sedikit mencetak senyum, mengetikan sesuatu di sana, membalas pesan tersebut.
To : +628122076xxxx
Gapapa :)Usai itu Kelina meletakkan handphone-nya di sisi lain kasur. Kelina tidak bosan untuk bilang bahwa dia tidak mengerti dengan pemuda itu. Aftab yang aneh, bahkan kadang sangat menyebalkan, namun Kelina akui ternyata pemuda itu juga bisa menyenangkan.
Kelina tersenyum saat mengingat kelakuan-kelakuan Aftab hari ini. Terlebih guyonan dan semua ucapannya. Apakah Aftab benar-benar peduli pada Kelina?
Kelina mengerjap, menggeleng. Apa yang sedang kamu pikirkan Kelina? Sadar!
Tapi sebentar ... Sekejap Kelina teringat sesuatu.
Kak Alde--Aldebara. Laki-laki yang tadi ditabraknya di sekolah. Kelina tak mungkin salah lagi. Laki-laki berkaca mata itu adalah anak laki-laki yang ada di foto bersama Kelina. Laki-laki itu juga yang meletakkan bunga di atas makam Kak Ghani dengan secarik kertas bertuliskan Bintang.
Itu dia.
Laki-laki itu benar-benar ada di hadapannya tadi. Ia memakai seragam yang sama dengannya. Bertahun-tahun Kelina tidak bertemu. Lalu, sekarang bagaimana bisa? Kelina tidak sedang bermimpi, kan?
------------------------------
A.n :
Gue sendiri masih bingung sebenernya, Alde itu siapa?😞
Tinggalkan jejak!🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
REMENTANG
Teen Fiction[ Akan direvisi ] REMENTANG ( Rembulan, Mentari, & Bintang ) Dan dia adalah Mentari yang memberikan sinarnya padaku--sang Rembulan. Yang kemudian sosok lain itu sebuah gembintang yang benerang sangat indah dengan sendirinya. Walau begitu, malam teta...