Jam istirahat di sekolah sudah berdering. Guru di depan kelas sana sudah beranjak keluar. Kelina merapihkan buku sketsa dan alat tulisnya di atas meja. Dia beralih mengeluarkan sekotak bekal yang sempat Kelina buat tadi pagi. Rencananya dia ingin memberikannya pada Aftab. Mungkin sehabis ini Kelina akan menuju kelas Aftab untuk mengasihnya.
Fira di samping Kelina sedang sibuk dengan ponselnya. Kelina baru sadar Fira ternyata memotret dirinya.
"Ya ampun, Fir. Lo ngapain, sih?" Usai meletakkan kotak bekal di atas meja. Tangan Kelina langsung menghalangi kamera ponsel Fira.
"Rambut lo itu loh lucu banget."
"Aw!" Fira begitu gemas mencubit pipi Kelina tanpa berdosa. Sedari tadi pagi Fira selalu saja memuji potongan rambut Kelina. Fira begitu bawelnya bertanya bagaimana Kelina dapat memotong rambutnya seperti itu.
Tadi pagi Fira juga sempat bertanya mengapa Kelina tidak masuk sekolah kemarin. Namun, Kelina menjawab bahwa dirinya sedang tidak enak badan dan Fira pun mengerti. Sepertinya Fira lebih tertarik dengan pembahasan model rambut baru Kelina hari ini. Entah kenapa teman sebangkunya itu begitu antusias dengan hal tersebut. Hingga Kelina pun menggeleng heran.
"Siapa tau kan bisa jadi rekomendasi kalau gue potong rambut gitu."
Kelina mencebik seraya mengelus pipinya yang memerah. "Sakit tau."
Lihat, Fira tanpa bersalah memamerkan deretan giginya setelah dia melihat hasil potret Kelina yang dia dapat.
"Sorry. Kan gemes."
Kelina hanya menghela napas kasar. Mencoba memaklumi satu temannya itu. Kelina memutuskan mengambil kotak bekal miliknya, beranjak dari tempat.
"Kel, mau kemana?"
Langkah Kelina terhenti saat Fira menanyakan itu. "Saturnus. Mau ikut?"
Fira hanya menggeleng. "Gak deh. Palingan lo mau nyamperin salah satu dari sekian penganggum rahasia lo itu."
Kelina terkekeh kecil mendengar pernyataan Fira. "Sembarangan kalau ngomong."
Kelina mengambil asal kertas yang telah diremukkan di atas meja, melemparnya ke Fira. Entah kertas itu milik siapa. Kelina tidak peduli.
"Kelina!"
Saat itu juga Kelina langsung buru-buru keluar kelas seraya tertawa.
~~~
Koridor tampak cukup ramai. Lalu lalang para murid sebagian menuju kantin. Kelina terus berjalan menuju kelas Aftab. Sesekali ada yang menyapa Kelina di sana, tanpa keberatan Kelina menyapanya kembali.
Tak seperti kelas Kelina, sepertinya kelas-kelas yang lain baru saja keluar. Kelina dengan teliti mencari Aftab. Siapa tahu dia tak sengaja berpapasan dengan pemuda itu.
Berjarak beberapa meter dari kelas Aftab, Kelina memberhentikan langkahnya. Tepat di depan pintu kelas sana, Aftab terlihat sedang berbicara dengan seorang gadis.
Setelah Kelina mempertajam penglihatannya, gadis itu seperti Chintya. Mereka berdua tampak cukup akrab. Bukankah kemarin Aftab sangat ketus pada Chintya?
Kelina menggeleng. Enggak, Kel. Lo mikirin apa, sih. Kemarin kan lo sendiri yang minta untuk Aftab baik sama Chintya.
"Kenapa? Cemburu ya ngeliat cowok yang biasanya bareng sekarang deket lagi sama mantannya?"
Kelina langsung menoleh. Empu dari suara mengejek itu berdiri tepat di samping Kelina.
Itu Vanya. Kaki Kelina otomatis mundur beberapa langkah. Dia menatap Kelina begitu sarkas. Kelina masih ingat apa yang gadis itu lakukan padanya.
Tapi tunggu, apa tadi Vanya katakan?
"Mantan?" Dahi Kelina berkerut.
"Ups! Lo gak tau? Benar-benar gak tau?" Vanya menyela-nyela tawanya.
"Chintya itu yang pertama kali bikin Aftab jatuh cinta. Ternyata lo emang gak tau apa-apa ya tentang Aftab." Vanya kembali tertawa.
Jadi, Aftab dan Chintya pernah berpacaran?Kenapa Aftab tidak pernah menceritakannya pada Kelina?
Sebentar, mengapa Kelina merasa tercekat. Seperti ada bongkahan yang menyangkut di tenggorokkan Kelina. Terasa sesak dan ... sakit.
Tatapan tajam Vanya kembali terpasang. Dia merampas kotak bekal yang dibawa Kelina.
"Terus kenapa lo masih deketin Aftab, hah? Bukannya sudah gue peringatin ke lo? Jauhin dia!"
Prak!
Nasi goreng dalam kotak bekal yang dibuat Kelina berhamburan. Vanya melemparnya dengan kencang ke lantai koridor.
"Gue peringatin lo sekali lagi--" ucapan Vanya terpotong. Aftab dan Chintya menghampiri dengan cepat di sana.
"Kelina?"
Kelina hanya menunduk. Perasaannya bercampur aduk. Kecewa, sakit, takut, sesak dan entahlah itu.
"Ngapain lo di sini?! Sampai gue tau lo nyakitin Kelina lagi! Gue gak akan segan-segan sama lo!"
Jemari Vanya mengepal saat Aftab membentaknya. Dengan geram, Vanya langsung beranjak pergi dari tempatnya.
"Lo gak apa-apa, Kel?" Kali ini Chintya yang bertanya. Kelina tidak menjawab. Dia masih menundukkan kepala. Menatap butiran nasi yang terbuang sia-sia di sana.
Melihat Chintya dan Aftab berdua dengan lebih dekat, hati Kelina terasa sakit. Kelina merasa seperti dibohongi. Mengapa tidak ada yang berterus terang dengannya?
Lalu, ada apa dengan perasaannya?
Kelina langsung mengangkat kepalanya saat matanya terasa mulai berkaca. Kelina tidak boleh menangis.
Sebisa mungkin Kelina tersenyum. "Gak apa-apa kok, Chin. Makasih ya. Gue mau balik dulu ke kelas."
Kelina langsung berbalik, beranjak melangkah dengan cepat. Bahkan Aftab tidak menyusul Kelina atau sekadar bertanya. Aftab memilih tetap bersama Chintya di sana.
Kelina semakin mempercepat langkahnya. Malah seperti sedikit berlari. Dia terus menahan air matanya. Kelina tidak boleh menangis.
~~~
Aftab melihat punggung Kelina yang kian menjauh. Sebenarnya ingin sekali Aftab mengejar gadis itu. Namun Aftab harus sekuat tenaga menepis keinginannya tersebut. Aftab tidak ingin Kelina semakin merasa sakit kelak.
"Perlu gue kejar?" Chintya di sampingnya membuyarkan pikiran Aftab.
"Gak. Gak usah."
Chintya menghela napasnya. "Lo harus tetep jagain dia, Af."
Aftab mengerutkan dahinya, menatap Chintya tak percaya. Mengapa Chintya bilang begitu? Aftab kira Chintya tidak suka selama ini dirinya dengan Kelina.
"Ah, udahlah. Gue laper mau ke kantin!" takas Aftab.
Chintya membulatkan bibirnya, Aftab meninggalkannya begitu saja. Seolah ucapannya tadi adalah angin berlalu.
"Aftab! Orang dibilangin juga!"
Chintya mencebik, Aftab tidak menggubrisnya. Namun, di sisi lain sepertinya Aftab telah salah sangka pada Chintya. Selama ini Chintya berteman dengan Vanya, Aftab pikir Chintya akan sama jahatnya dengan nenek lampir itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/170722825-288-k876920.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REMENTANG
أدب المراهقين[ Akan direvisi ] REMENTANG ( Rembulan, Mentari, & Bintang ) Dan dia adalah Mentari yang memberikan sinarnya padaku--sang Rembulan. Yang kemudian sosok lain itu sebuah gembintang yang benerang sangat indah dengan sendirinya. Walau begitu, malam teta...