Menghitam

95 9 0
                                    

Jam istirahat sudah berlangsung selama dua belas menit yang lalu. Kini Kelina dengan tiga mangkuk bakso di meja hadapannya, berkumpul bersama Julia dan Fira. Tak perlu ditebak, Fira lah yang mengajaknya ke kantin seperti biasa, tak lupa oleh sepupunya satu itu, Julia.

Tapi tak seperti biasanya juga, Fira yang bawel sekarang lebih banyak fokus menghabiskan bakso di hadapannya. Julia yang berbeda kelas dengan Kelina dan Fira lebih banyak membuka topik pembicaraan kali ini. Sepertinya pelajaran Seni Budaya yang baru saja selesai di kelas tadi cukup membuat Fira kelaparan.

Bagaimana tidak, Fira sangat benci jika dia disuruh membuat suatu desain. Menggambar dan membuat sketsa sama sekali bukan keahliannya.

Berbicara tentang Aftab, Kelina belum melihat batang hidung anak itu hari ini. Apalagi dengan coklat yang Kelina temukan tadi pagi. Fira sama sekali tidak mau memberitahunya siapa orang yang meletakkan coklat itu.

"Eum ... Jul ..." Kelina berucap ragu.

"Ya?" sahut Julia.

"Lo sekelasnya Aftab kan?"

Bukan jawaban yang Kelina dapatankan, tapi malah tawa dari Fira. "Ciyeee ... "

Kelina melotot. Julia juga tampak menahan tawanya.

"Gue kan cuma tanya. Lagi juga hari ini gue gak liat dia," geram Kelina

"Ouh ... Nyariin, toh." Tawa Fira semakin merdeka di sana. Kelina mencebik, temannya ini sangat menyebalkan jika sudah meledekkinya.

"Tadi Aftab telat datang ke sekolah. Jadi dia dihukum sama Pak Jodi. Gak tahu sekarang tuh anak di mana," Julia menjelaskan.

Kelina mengerutkan dahi. Jika datang ke sekolah saja Aftab terlambat, lalu siapa yang menaruh coklat di mejanya?

"Kelina ... "

Kelina menengok. Itu Chintya--teman sekelasnya, menghampiri meja Kelina bersama dua temannya. Kelina tahu yang satu di sisi kanan Chintya, bernama Daniar, teman sekelas Kelina juga. Tapi, satu lagi di sisi kiri Chintya, Kelina tidak mengenalinya. Sepertinya dia dari kelas lain.

"Ya?" Kelina tersenyum untuk lebih ramah pada Chintya yang memanggilnya.

"Tugas dari Bu Hindri tadi kita sekelompok, kan? Nanti pulang sekolah ngerjain bareng di rumah gue ya?"

Kelina mengangguk. Tentu saja Kelina tahu, Bu Hindri--guru Seni Budaya memberikan tugas membuat desain sketsa sebuah konsep lukisan berkelompok. Satu kelompok terdiri dari dua orang dan itu ditentukan oleh Bu Hindri. Hal itu juga yang termasuk buat Fira amat mencebik, sebab dirinya tidak mendapatkan kelompok bersama Kelina.

"Ok."

Chintya dengan penuh senang merekahkan senyumnya pada Kelina. "Iyaudah, gue sama teman-teman gue dulu ya."

Tanpa respon apa-apa lagi dari Kelina, tiga gadis di hadapan Kelina itu beranjak dari tempat berdiri. Mereka mengambil meja kantin yang tak jauh dari tempat Kelina.

Kelina sedikit mengerutkan dahi. Bukan apa, tapi teman Chintya yang tak dia kenali itu menatapnya begitu tajam, seperti amat tidak suka pada Kelina. Ada apa? Apakah ada yang salah dengannya?

"Kenapa, Kel?" Julia yang menyadari kerutan dahi Kelina, bertanya. Membuyarkan pikiran Kelina seketika.

"Eng ... Gapapa. Lo kenal gak sama perempuan yang bareng Chintya tadi, yang bukan sekelas gue itu?" Kelina bertanya.

"Oh, itu ... Itu Vanya. Sekelas kok sama gue. Kenapa emangnya, Kel?"

"Gapapa." Kelina tersenyum meyakinkan Julia untuk menyudahi topik pembicaraannya.

Kelina masih bertanya dalam pikirannya, ada apa gadis bernama Vanya itu menatapnya seperti tadi? Apakah dirinya pernah membuat kesalahan sebelumnya? Namun, Kelina sama sekali tidak mengenalinya.

Kelina menyuapkan kembali potongan bakso yang tersisa ke dalam mulut. Dia sedikit melirik ke meja di mana Chintya dan teman-temannya itu berada. Vanya tampak mengangkat telpon di sana.

Kelina dapat mendengarnya. Meskipun keramaian kantin yang cukup bising, namun Kelina masih menjangkau tempat Vanya bicara.

"Iya, Vanya izin pulang sekarang."

"Kayaknya gue harus ke kantor guru deh, Tya, Niar. Gue harus pulang sekarang."

Usai itu Vanya beranjak dengan cepat dari tempatnya, melewati meja Kelina.

Suara sendawa Fira membuyarkan Kelina seketika. Fira hanya memperlihatkan deretan giginya tak berdosa di sana. "Kelepasan."

Julia dan Kelina menggelengkan kepala sungguh heran menatap Fira. Seporsi mie ayam bakso yang cukup banyak telah tandas di mangkuk. Bahkan tubuh Fira adalah yang paling kurus dibandingkan Kelina dan Julia. Tapi, untuk urusan makanan? Fira dapat menghabiskan porsi melebihi dua temannya itu.















------------------------------

A.n :

Nah lhoo...
Siapa yang makannya banyak tapi tetap kurus?
#gue😂

Wkwkwkwkwk

Vote & Comment!!!🙆

REMENTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang