Lentera Lama (2)

125 16 5
                                    

Tidak terasa dua minggu berlalu. Kelina telah menghabiskan hari-hari liburannya di kota lama. Kini Kelina harus pulang ke rumah dimana dia tinggal bersama Arsen--ayahnya.

Saat ini Kelina sudah sampai di stasiun kereta kota lamanya itu. Dia baru saja turun dari taksi bersama Bude Nami yang keras kepala ingin mengantarkannya.

"Bude langsung pulang aja ya, Mama sendirian di rumah. Kelina gak bakal kenapa-napa kok."

"Iyasudah. Kalau sudah sampai di rumah kamu yang di sana, kabari Bude ya."

"Iya, Bude. Kelina titip Mama ya. Maaf ngerepotin Bude."

"Sama sekali gak ngerepotin, Lina. Kamu hati-hati di jalan."

Kelina tersenyum tipis, mulai beranjak ketika Bude Nami sudah masuk kembali ke dalam taksi dan hilang dari hadapannya. Stasiun tampak begitu ramai hilir mudik. Kelina masih berjalan menarik kopernya, satu tangan lainnya sudah siap menggenggam sebuah tiket untuk perjalanannya.

Bruk!

"Aduh." Kelina sedikit meringis. Bahunya baru saja ditabrak seorang laki-laki yang jelas tubuhnya tidak sebanding dengan Kelina.

"Sorry."

Kelina tidak sempat melihat wajah laki-laki itu. Kelina sibuk mengambil tiketnya yang terjatuh.

"Iya gapapa," sahut Kelina.

Dapat Kelina lihat dari kakinya, laki-laki itu tampak seketika terpaku. Ia dengan cepat langsung melangkahkan kaki pergi menjauh.

Bahkan Kelina baru saja bangkit dari bungkukannya usai mengatakan tidak apa-apa. Tapi punggung laki-laki itu sudah terlihat jauh. Kelina sedikit mengerutkan dahi. Punggung itu seperti punggung laki-laki yang Kelina lihat di makam lalu.

Kelina amat ingat postur tubuh laki-laki itu. Tapi apa mungkin Kelina bertemu lagi dengannya? Apa Kelina hanya salah lihat dan salah menerkanya? Lagipula untuk apa laki-laki itu berada di sini?

~~~

Kelina memasangkan earphone ke kedua telinganya. Tepat ketika itu kereta yang Kelina tumpangi baru saja berangkat dari stasiun kota lama. Kereta tersebut masih terlihat lengang. Mungkin penumpang baru terisi di stasiun berikutnya. Kelina mendapati tempat duduk tepat di pojok samping jendela. Masih belum ada siapapun di kursi samping dan depannya.

Kelina menghela napasnya. Sekarang dia telah kembali meninggalkan kota lama. Kelina memutuskan mengecek handphone-nya. Sudah dua minggu terakhir selama di kota lama, Kelina tidak melihat isi handphone-nya itu.

Tak ada yang cukup menarik disana. Hanya beberapa pemberitahuan dari sosial medianya, e-mail, dan pesan grup kelas.

Ting!

Sekarang satu pesan yang baru saja masuk, berhasil menarik perhatian Kelina.

From : +628122076xxxx
Sumarni! Lo bohong :( Dosa tau!

Kelina menaikkan satu alisnya tidak percaya. Kelina yakin ini pasti pemuda aneh itu. Dari mana pemuda itu mendapati nomor handphone-nya?

Bersamaan dengan itu, seorang laki-laki mendaratkan bokongnya tepat di kursi samping Kelina. Namun, Kelina tidak begitu menghiraukannya. Laki-laki itu tak begitu lama tiba-tiba pergi begitu saja usai samar-samar Kelina menyadari laki-laki itu menoleh padanya.

Setelahnya, seorang pria paruh baya datang menggantikan tempat yang diduduki laki-laki tadi.

"Neng, lagi marahan ya sama pacarnya?"

Kelina mendengar itu melepas earphone-nya yang masih mengalunkan musik dengan volume rendah.

"Hah? Pacar?"

Pria paruh baya itu mengangguk. "Iya. Saya disuruh pindah ke sini, minta tukar tempat duduk."

Kelina mengerutkan dahi tidak mengerti. Dia tidak menanggapi lagi. Earphone kembali Kelina pasang. Pemandangan luar jendela seperti lebih menarik untuk Kelina saat ini.

Apa maksud ucapan pria paruh baya di sampingku? Apa yang dia maksud adalah laki-laki yang tadi duduk sebelumnya? Tapi siapa laki-laki itu? Apa dia mengenalku? Dan apa aku mengenalnya?

Pemuda aneh itu juga. Ketenangan ku di sekolah mulai terancam jika seperti ini.

Kelina mengusap wajahnya gusar. Pikirannya cukup berkecamuk.
















------------------------------

A.n :

Jadi, siapa yang tadi nabrak Kelina dan sekilas duduk di samping Kelina, guys?😱👻

Wkwkwkwk...

Tinggalkan jejak!🙆

REMENTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang