[EVALARA • 3]

4.8K 306 11
                                    

Evan segera mendekati Ersya dan Evan yang sedang sibuk melihat-lihat harga boneka yang dijual juga di dalam toko buku itu. Ersya menoleh,

"Gimana? Berhasil?" tanya Ersya,

Evan menggeleng lemah dan Ersya pun menepuk pundak Evan untuk memberi semangat,

"Semangat bro! Jangan pantang menyerah,"

"Oke."

Keesokan harinya, Laras berjalan memasuki kelas. Berjalan lesu menuju tempatnya yang ada di barisan belakang. Sayup-sayup ia mendengar beberapa teman sekelasnya sibuk membicarakan murid baru pindahan dari luar negeri.

"Eh? Kan ada anak baru, eh. Tadi gue lihat, mana ganteng banget! Duh, hati gue meleleh gitu,"

"Iya eh, ya ampun. Gue jadi bingung, mau pilih Evan apa pilih cowok yang tadi,"

"Udah deh udah mereka berdua itu cogan gue."

Setidak nya begitulah topik obrolan yang Laras dengar dari teman sekelasnya. Laras tidak peduli. Mau ganteng mau tidak, mau kaya atau tidak, mau pintar atau tidak, Laras masa bodoh. Ia tak ambil pusing dan tak mau dibikin ribet soal itu.

Setelah upacara bendera selesai, siswa siswi SMA Pasifik diperbolehkan masuk ke kelas masing-masing. Diperbolehkan untuk jajan sekitar lima belas menit untuk mengisi perut kosong atau sebagainya. Laras dan Sheila memilih untuk langsung ke kelas saja. Tiba-tiba langkah Sheila terhenti, Laras menoleh bingung,

"Kenapa?"

"Itu, kayaknya cowo baru gue liat di sini deh. Ganteng banget,"

Laras berdecak dan memutar bola matanya malas,

"Evan lo bilang ganteng, kak Radit lo bilang ganteng, sampai Pak Mamat lo bilang ganteng juga. Terus itu? Cowok yang di ruang guru itu lo bilang ganteng? Labil banget sumpah," ucap Laras yang jengah melihat sikap Sheila yang paling melek kalau urusan cogan.

"Ih lo tuh ya, tandanya gue ini masih normal dong,"

"Semerdeka lo aja. Yuk ah ke kelas," Laras menarik tangan Sheila dan sahabatnya hanya bisa pasrah dan mengikuti Laras yang masih menarik tangannya.

Sepuluh menit kemudian, bu Hasna yang merupakan wali kelas sebelas IPA 5 datang dengan sosok laki-laki bertubuh tegap tinggi yang mengekori beliau dan akhirnya mereka berdua masuk ke dalam kelas. Cewek-cewek tampak heboh, langsung terpesona akan tatapan murid baru yang berdiri di depan kelas.

"Ya, ibu mohon perhatiannya sebentar. Kelas kita ada murid baru nih, ayo kenalkan dirimu."

Sadam mengangguk dan segera menatap seisi kelas, memulai perkenalannya,

"Perkenalkan, nama gue Sadam Savero. Panggil gue Sadam aja, gue pindahan dari Amrik. Sekian terimakasih." ujarnya memperkenalkan diri.

Setelah itu, Sadam dipersilahkan duduk di bangku yang masih kosong. Laras, gadis itu seperti teringat sosok yang dulu memberinya mainan kapal dari kertas,

Sadam?

Gadis itu, kembali mengingat kejadian pahit. Mengingat perlakuan ayahnya yang kejam tak berperasaan. Membiarkannya pingsan didepan rumah dengan darah yang mengalir hebat dari keningnya. Laras tersenyum tipis, memorinya terulang lagi.

EVALARA [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang