Evan kembali bersekolah meskipun mendapat larangan dari Tria kalau Evan harus beristirahat dirumah dulu. Tapi Evan tetap keras kepala untuk sekolah lagi, dan disinilah ia sekarang, di koridor sekolah. Banyak tatapan memuja dan teriakan histeris yang ia dapatkan. Sampai akhirnya dirinya bertemu dengan Laras. Evan belum rela kalau harus melepaskan Laras begitu saja.
Laras membuang muka dan berjalan kembali ke arah kelasnya yang ada di lantai dua. Evan menatap nanar punggung mungil itu yang perlahan menghilang dari pandangannya. Sampai akhirnya ia merasakan ada seseorang yang bergelayut manja di lengannya,
"Evannn!!" Teriak Sheila sambil terus bergelayut manja di lengan Evan. Evan terkejut, dan berusaha melepaskan tangan Sheila dari lengannya,
"Lepasin! Ngapain sih lo?" Tanya Evan emosi.
"Anterin gue ke kelas lah, apalagi?"
"Lo kenapa tiba-tiba jadi kayak gini sama gue? HAH?!" bentak Evan kepada Sheila. Tak peduli kalau gadis itu menangis atau tidak.
Evan pun meninggalkan Sheila di tempat. Sheila pun tersenyum jahat saat memandang punggung Evan yang sudah jauh dari pandangannya.
♡
"Masih jaman yaa temen makan temen?" Tanya Sadam keras hingga seisi kelas memerhatikan dirinya.
Sheila yang merasa tersindir pun akhirnya menggebrak meja keras,
"Heh! Maksud lo apaan hah?" Sentak Sheila dengan sorot mata tajam menahan emosi.
"Hei? Lo kenapa marah? Merasa ya? Hahahaha," tawa Sadam sambil merangkul Nathan yang sedang memperlihatkan ponselnya ke arah teman-teman sekelasnya tentang Sheila yang terang-terangan jujur kalau sebenarnya Sheila menyukai Evan.
"Gila gila, woy bagi kalian yang punya pacar, harap jaga tuh pacarnya. Jangan sampe diambil sama PELAKOR!" teriak Sadam menekankan kata pelakor. Sheila sudah merah padam ingin marah saat ini. Sadam pun bertos ria dengan Nathan karena sudah mau diajak bekerja sama dengannya untuk mempermalukan Sheila.
Hal itu membuat seisi kelas berbisik-bisik tentang Sheila yang tidak tidak. Ada yang menatap sinis, bahkan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sheila menoleh ke Aura, ia melihat gadis itu mengambil tas ranselnya dan beralih untuk duduk di sebelah Laras. Laras yang sedang tidur pun merasa terusik, ia menoleh ke sebelahnya,
"Eh?"
"Mulai hari ini gue duduk sama lo!"
♡
Sudah seminggu Laras tidak pernah bertemu lagi dengan Evan. Begitupun sebaliknya sejak putusnya hubungan mereka seminggu yang lalu. Setiap diajak Sadam ke kantin, Laras selalu menolaknya karena takut bertemu dengan mantan kekasihnya itu.
"Lo udah seminggu diem aja, Ras. Kalau ada masalah cerita sama gue," kata Sadam yang menatap Laras penuh arti. Laras hanya menjawab dengan gelengan kepala. Laras terlihat lebih kurus sekarang, mata nya juga hitam seperti panda.
"Lo sakit? Kalau sakit ayo gue antar pulang,"
Laras tetap menggeleng sebagai respon. Sadam berdecak dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang. Tapi, Laras mencegahnya,
"Mau nelpon siapa? Evan? Jangan,"
"Kenapa sih? Gue bingung kalau lo udah diem kayak gini, Ras. Mana Laras yang ceria dulu? Gue telpon Evan ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALARA [✔]
Teen Fiction"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak hitam khasnya, mata sipit yang selalu diidam-idamkan para siswi di SMA Pasifik. Tak hanya mata sipitnya yang menarik perhatia...