"Selain tempat untuk belajar, sekolah itu dijadikan tempat untuk tidur." ㅡ Evan Ramdani.
♡
Laras turun dari motor Evan. Memberinya helm, dan berbalik badan masuk ke dalam rumah. Tak ada ucapan makasih atau apapun dari mulut gadisnya. Evan menghembuskan nafas dan kembali menjalankan motornya.
Sesampainya di rumah, Evan langsung melepas jaket dan sepatu yang ia kenakan. Dita masuk ke kamar Evan tanpa permisi,
"Mas, besok mas libur gak?" Tanya anak itu. Evan mengangguk dan mengelus rambut adiknya,
"Kenapa emang?"
"Aku mau ngajak mas, ke taman kota!" Jawabnya senang. Evan terkekeh dan mencubit pipi adiknya,
"Ya sudah, besok ya. Kamu mandi gih,"
"Iya mas. Dita mandi yaa,"
Anak kecil itu sudah keluar dari kamarnya. Sekarang Evan sendiri, pikirannya sekarang tertuju kepada Laras. Gadis itu meremas sebuah kertas dan membuangnya begitu saja dengan ekspresi yang bisa dibilang marah. Sebenarnya apa isi surat itu? Evan penasaran.
♡
Keesokan harinya, hari sabtu. Evan sudah rapi karena adiknya sudah ribut mengajak dirinya ke sebuah taman kota yang letaknya lumayan dekat dari komplek perumahannya.
Dita masuk. Bocah kecil itu tampak cantik dengan mengenakan kaos panjang berwarna abu-abu dan rok pendek selutut berwarna hitam. Rambutnya di kepang dua hasil kepangan bunda. Setelah dirasa sudah siap, mereka pun berangkat.
Dita tersenyum sepanjang perjalanan. Ia tampak antusias melihat luar dari kaca mobil.
Lalu sampailah mereka di parkiran taman kota. Ia menggendong Dita untuk keluar dari mobil. Suasana taman itu sudah ramai meskipun waktu masih menunjukan pukul delapan pagi.
Dita menarik tangan Evan ke salah satu pedagang kaki lima yang ada disana, gadis kecil itu tertarik dengan es krim yang di jual itu.
"Mas, aku mau es krim,"
Evan menghela nafas, lalu berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi adiknya,
"Sarapan dulu ya. Abis itu boleh makan es krim,"
"Yah, takut kehabisan,"
Evan terkekeh dan mencubit gemas hidung adiknya, "gak usah takut. Ayo sarapan dulu,"
Dita menurut dan Evan pun mengajak adiknya untuk sarapan bubur ayam. Setelah mendapatkan kursi kosong, Evan pun memanggil penjual bubur tersebut,
"Bang, bubur nya dua ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALARA [✔]
Teen Fiction"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak hitam khasnya, mata sipit yang selalu diidam-idamkan para siswi di SMA Pasifik. Tak hanya mata sipitnya yang menarik perhatia...