"Ras, gue ke kelas dulu ya.." pamit Evan kepada Laras. Gadis itu acuh saja. Evan tersenyum miris dan segera melangkahkan kaki keluar kelas.
Sheila gemas melihatnya. Laras tipikal cewek yang dingin dan cuek. Padahal seharusnya sahabatnya ini bersyukur didekati cowok setampan Evan. Cowok bak Romeo yang membuat cewek tergila-gila bila melihatnya. Namun, Laras tetaplah Laras. Gadis itu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Ia tidak akan pernah menyukai Evan. Entahlah, kapan ia akan menyukai dan menerima cowok itu. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
"Ras? Lo bisa gak sih, jangan cuek-cuek begitu sama Evan? Evan tulus kok buat suka sama lo," kata Sheila yang membuat Laras badmood seketika. Ia mendelik tajam,
"Lo kenapa jadi nanya kaya gitu sih?"
"Eh, gue kan bener. Gue cuma ngasih tau," jawab Sheila tidak terima. Laras mengibaskan tangannya begitu saja, ia tidak mau berbicara hal yang tidak penting. Ia memilih untuk mengeluarkan novel yang ia beli kemarin bersama... Evan.
♡
"Pokoknya pulang sekolah nanti gue harus cegat si Laras!" Pungkas Mila dengan semangat yang membara. Cinta dan Askia menyetujuinya, semoga rencana mereka bertiga berhasil.
"Yaudah, girls.. sekarang kita ke kelas aja,"
Tanpa mereka sadari, Evan mendengar ucapan Mila tadi. Evan harus segera melindungi Laras pulang sekolah nanti. Ia tidak mau sampai Laras terluka atau terjadi apa-apa akibat ulah Mila itu.
"MAKAN DAGING KAMBING DENGAN SAYUR KOL!!!"
"Berisik!!!" Desis Evan kepada Sadam yang sedang bernyanyi dengan nada kencang disampingnya. Sadam mengangkat bahunya acuh, lalu bertanya,
"Lo abis ngapain?"
"Gue lagi curiga sama gerak geriknya Mila. Makanya pulang sekolah gue mau nyelametin Laras biar ga kenapa-napa,"
Sadam hanya ber-oh saja dan Evan langsung menjambak rambut yang Sadam bangga-banggakan, "eh kutil onta! Lo ngapain sih jambak rambut gue? Sakit!"
"Lah gue ngomong panjang lebar lo cuma jawab oh, kan nyesek!"
"Nyesek kenapa?"
"Iya nyesek, kaya cinta gue yang entah kemana arahnya," jawab Evan sembari memukul dadanya seperti orang yang tersakiti. Sadam berdecak, "Dasar bucin!!!"
♡
"Ras, ayo ikut gue sekarang!" Ajak Evan yang langsung menarik tangan Laras. Gadis itu segera membulatkan matanya. Apa-apaan ini?
Gadis itu berusaha untuk melepaskan tangannya dari cekalan Evan. Berhasil, ia kemudian menatap Evan tajam,
"Ngapain gue harus ikut sama lo? Gue mau pulang!"
"TAPI SEKARANG LO DALAM BAHAYA, RAS!!" Bentak Evan. Evan mengatupkan bibirnya, baru pertama kali ia membentak cewek seumur hidupnya. Laras terkejut, sekujur tubuhnya gemetar, ia jadi takut.
"Ras... maaf," ucap Evan lagi dengan nada yang lembut kembali. Laras menunduk dalam-dalam. Ia paling trauma bila dibentak seperti itu. Itu mengingatkannya pada kejadian dulu. Kejadian dimana Laras kecil menjadi korban siksaan Ayahnya.
"Maaf, gue gak bermaksud buat ngebentak lo,"
Laras menggeleng, ia segera melewati Evan begitu saja keluar kelas. Ia berlari sembari mengusap air matanya yang sudah tak dapat ia bendung lagi. Evan salah, tak semestinya ia membentak Laras seperti itu. Itu sama saja ia semakin jauh darinya, semakin sulit untuk ia raih.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALARA [✔]
Teen Fiction"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak hitam khasnya, mata sipit yang selalu diidam-idamkan para siswi di SMA Pasifik. Tak hanya mata sipitnya yang menarik perhatia...