[EVALARA • 5]

3.9K 303 6
                                    

Keesokan harinya, Laras merasa tubuhnya menggigil kedinginan. Padahal AC dikamarnya sudah dimatikan, dan selimut yang ia gunakan sudah lebih dari dua lapis. Elsa masuk ke kamar gadisnya dan terkejut melihat wajah pucat yang tercetak di wajah gadis itu,

"Ya ampun, sayang... kamu sakit, Nak.." ucap Elsa khawatir. Ia menangkup kedua pipi putrinya,

"Laras gak.. sekolah.. dulu.. ya.. Ma.." kata Laras terbata-bata. Elsa mengangguk, "mama ke bawah dulu, mau ngambil air hangat sama handuk,"

Laras hanya bergumam tidak jelas dan ia masih saja menggigil. Padahal hari ini ada jadwal ulangan Biologi, ia juga belum sempat membuat surat izin, Laras jadi bingung harus bagaimana.

Sedangkan di sekolah, Sheila tampak gelisah karena Laras belum datang juga. Padahal jam sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima menit. Sheila berharap kalau sahabatnya tidak terlambat dan dihukum lari keliling lapangan oleh pak Tian, pengurus kesiswaan SMA PASIFIK.

"Laras belum datang, Shel?" Tanya Sadam kepada Sheila. Sadam melihat jelas wajah Sheila yang tampak cemas dari tadi. Sheila mengangkat wajahnya,

"Iya, Dam... gue bingung,"

"Coba lo telpon dia dulu mumpung bel belum bunyi,"

Sheila mengangguk dan mengeluarkan ponselnya, ia mencari nomor Laras. Setelah ketemu, ia pun menempelkan layar ponselnya di telinga kanan,

Maaf, nomor yang anda tuju tidak menjawab. Silahkan hubungi beberapa saat lagi.

Sheila berdecak sebal. Laras tidak menjawab panggilannya,

"Laras gak jawab telpon gue, Dam.."

Sadam menurunkan pundaknya lesu, ia berdecak dan segera merebut ponsel yang ada di tangan Sheila. Sheila melotot,

"Loh, Dam!! Balikin ponsel gue!!" Jerit Sheila kepada Sadam. Sialnya, tubuh Sadam lebih tinggi dari Sheila. Alhasil, cewek itu hanya bisa mencebikan bibirnya kesal.

"Gue cuma nyalin nomor Laras ke ponsel gue, takut banget kayaknya. Ponsel lo banyak nyimpen bokepnya ya?"

Sheila melotot lalu memukul lengan cowok itu. Sembarang aja kalau ngomong!

"Enak aja ya! Gue gak pernah nyimpen gituan!!"

"Yaudah mba yaudah, sewot amat jadinya," Sadam terkekeh geli, lalu berbalik menuju tempatnya. Sementata Sheila? Gadis itu masih dirundung gelisah tak karuan. Bel masuk sudah berbunyi, Laras belum datang juga. Dimanakah gadis itu gerangan?

"Udah, sekarang kamu istirahat ya biar suhu tubuh kamu turun," pesan Elsa kepada Laras. Laras mengangguk dan memejamkan matanya kembali.

"Maksud kamu apa mas? Kamu berani bikin celaka anak saya!"

Ferdi memejamkan matanya, ini semua kesalahannya. Elsa menangis saat melihat Laras terbaring lemah di brankar rumah sakit. Terdapat beberapa alat yang menempel di tubuhnya gadis mungil itu. Elsa tak sanggup melihatnya. Terlebih saat dokter menyatakan bahwa gadis itu koma, ini semua karena perbuatan Ferdi.

"Kamu jahat, Mas...kamu tega sama anak kandung kamu sendiri. Mulai sekarang kita pisah! Aku tak sudi bersama orang yang kejam macam kamu!"

Laras terbangun, napasnya naik turun. Mimpi itu terulang. Kejadian suram yang sebenarnya tak ingin ia ingat kembali. Laras pun kembali tertidur, namun air matanya terus mengalir tanpa henti.

"Evannn!!!" Teriak Sadam saat memasuki kelas Evan. Suasana kelas itupun jadi sunyi, orang yang Sadam cari tidak ada dikelasnya. Ia kembali mencari Evan ke kantin, barangkali cowok itu ada disana. Ternyata dugaannya benar, cowok itu sedang makan bersama Ersya.

EVALARA [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang