[EVALARA • 23]

1.9K 134 1
                                    

Hari ini, merupakan hari kedua Laras menjalani hukuman diskors. Ia sangat bete, tidak ada hiburan. Hanya suara burung berkicau di balkon kamarnya yang membuat suasana tidak sehening sebelumnya.

"Bete banget, ARGH!"

Ia menghembuskan nafas nya gusar. Tapi tiba-tiba ia mendengar notifikasi SMS baru saja masuk di ponselnya. Segera saja ia membuka SMS itu, ia kira SMS tersebut dari nomor tidak dikenal yang berkata "mama minta pulsa" ternyata bukan. Melainkan nomor tidak dikenal yang mengirimkan pesan menyakitkan untuknya,

"Siapa sih nih. Bisa gak sih, jangan ganggu Laras?" Tanya Laras lirih. Ia tak kuasa menahan tangis saat melihat pesan yang dikirim oleh nomor yang tidak dikenal,

+62895******
Heh, gimana sama isi hadiah yang gue kasih kemarin? Takut ya? Haha. Itu belum seberapa, sayang.

Tunggu saja, pasti akan banyak kejutan menantimu. Lo gak perlu tahu siapa gue.

Laras menangis lagi. Menangis tanpa suara di dalam kamar.

"Pulang sekolah lo mampir kerumah doi, Van?" Tanya Ersya kepada Evan yang sedang memasukan buku ke dalam tasnya.

Evan menoleh ke arah Ersya,

"Gak dulu untuk hari ini. Gue masih pengen nyelidikin siapa yang udah berani neror Laras sampe segitunya,"

"Gue ikut dong,"

"Yaudah," jawab Evan akhirnya. Lalu bangkit dari posisi duduknya,

"Kuy kantin,"

Ersya mengangguk dan segera berjalan keluar kelas bersama Evan. Evan merasa aneh dengan tatapan orang-orang di sekitar koridor itu. Berbisik-bisik dan ia sesekali mendengar nama Laras menjadi objek pembicaraan mereka.

Evan berusaha menepis pikiran itu. Memilih untuk terus berjalan saja ke kantin, merasa tidak peduli dengan bisikan-bisikan yang menyebut nama Laras dari mulut mereka.

"Eh eh itu kan pacarnya si Laras cabe kan ya?"

"Iya, kok Evan mau ya pacaran sama cewek murahan kayak Laras?"

"Evan tuh cakep. Ga cocok sama cewe centil kaya si Laras."

"Dasar cabe ewh! Jijik gue kalau ngeliat si Laras."

Bahkan di kantin pun, Evan mendengar nama Laras selalu saja disebut-sebut oleh yang lain dengan tatapan penuh ketidak sukaan. Ada apa sebenarnya?

Sadam datang dan membuat lamunan Ersya juga Evan pecah,

"Ngelamun aja lo berdua. Kesambet baru tau rasa,"

Evan tersenyum datar. Lalu duduk di kursi yang masih kosong,

"Gak bisa dibiarin makin lama!" Ujar Evan tiba-tiba sambil menggebrak meja. Ersya dan Sadam saling menoleh heran ke arah Evan,

"Kenapa?"

"Laras dalam bahaya!"

EVALARA [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang