[EVALARA • 31]

1.8K 132 1
                                    

Untuk bab ini ada dua bagian ya hehe. Makasih buat kalian yang udah nyempetin baca cerita ini. Maaf udah terlambat update:)

Happy reading gaes!

"Ke toko sepatu dulu yuk," ajak Ferdi kepada Laras. Gadis itu mengangguk dengan terpaksa. Sebenarnya badannya sudah remuk ingin beristirahat di atas kasur tercintanya. Kalau dia memaksa Ayahnya untuk pulang, pasti Ferdi akan marah. Laras tidak mau, dan trauma pastinya. Ia sangat takut melihat Ferdi marah.

"Emang mau beli sepatu buat siapa? Ayah?" Tanya Laras bingung. Ayahnya malah berjalan ke arah sepatu khusus sekolah. Banyak sepatu hitam yang berjajar di atas kardus sepatu yang bertumpuk.

"Buat kamu lah, sayang. Ayah mau beliin kamu sepatu. Biar bisa ganti-ganti terus,"

Laras menatap sepatunya yang sudah hampir jebol. Maklum, ia beli sepatu itu pada saat awal memasuki kelas sepuluh. Sekarang ia sudah mau menginjak kelas dua belas. Pasti sepatunya sudah semakin menipis dan hampir jebol.

"Ya sudah,"

Ferdi tersenyum seraya mengelus puncak kepala anaknya. Gadis itu duduk dan bermain ponsel. Ayahnya sibuk mencarikan model sepatu yang cocok untuk Laras sekolah. Sampai akhirnya, pilihan Ferdi jatuh kepada sepatu hitam polos yang terdapat sedikit warna putih di pinggir sepatu itu.

"Ras, ukuran kaki kamu berapa? 37 atau 38?"

"38, Yah," jawab Laras datar. Laki-laki itu mengangguk lalu membawa sepatu itu ke kasir untuk dibayar. Ferdi datang kembali sambil membawa plastik berisi sepatu yang sudah dibayarnya tadi.

"Ayo pulang," ajak Ferdi. Akhirnya, ia bisa istirahat sekarang. Ferdi senang, akhirnya anaknya bisa menerimanya kembali. Ia berjanji, tidak akan menyakiti putrinya lagi seperti dulu. Masih ada kesempatan untuknya, ia harus memperbaiki semuanya dari awal. Menjadi kepala keluarga dan Ayah yang baik bagi keluarganya.

"Kayaknya mereka mau pulang deh," kata Ersya melihat sosok Laras dan Ayahnya ke arah parkiran mall. Evan mengangguk,

"Yaudah lah, syukur kalau Laras gak kenapa-napa,"

Sadam pun menguap, kantuknya menyerang,

"Ayo pulang. Gue ngantuk nih," ajak Sadam. Ersya dan Evan mengangguk, lalu berjalan menuju parkiran.

"Mulai besok, kamu pakai ya sepatu ini. Ayah minta maaf sama kamu kalau Ayah belum bisa jadi Ayah yang baik buat kamu," lirih Ferdi sambil mengusap pipi Laras dengan sayang. Ia menyesal, tidak melihat pertumbuhan sang anak. Ternyata Laras sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang kuat tanpanya, padahal sosok anak perempuan sangat membutuhkan motivasi juga kasih sayang seorang Ayah selain ibu.

Air mata Laras jatuh seketika. Gadis itu menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Ferdi. Ferdi mengelus punggung juga mengecup kepala anak berkali-kali. Sungguh, ia berjanji tidak akan menyakiti Laras lagi. Untung saja ia masih diberi kesempatan, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Sedangkan di lain tempat, Evan baru saja sampai dirumahnya. Ia melihat Dita yang sedang asik bermain boneka di ruang tamu, lalu memandang Tria yang baru saja balik dari dapur membawa makanan untuk adiknya,

EVALARA [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang