[EVALARA • 17]

2.1K 187 11
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Namun Laras belum ada niatan untuk pergi dan pulang ke rumah. Padahal Sheila sudah mengajaknya pulang, tapi tidak ditanggapi oleh gadis berkacamata itu.

"Ayolah pulang, lo nungguin siapa? Nungguin Evan? Palingan Evan udah pulang sama si Manda pelakor," ujar Sheila yang membuat Laras mengerutkan keningnya,

"Pelakor?"

"Iyaa, Perebut Laki Orang," jawab Sheila yang membuat Laras menggelengkan kepalanya heran,

"Udah ah udah. Gue lagi males pulang. Lagipula lo kan nginep dirumah gue, udah lo disini aja dulu bareng gue," kata Laras yang kembali tidur di atas lipatan tangannya.


Sudah dua hari ini Evan mengantar Manda pulang sekolah. Ia melihat mata Manda yang kurang tidur,

"Mulai entar malam, jangan begadang lagi," ujar Evan yang membuat Manda menghentikan aktivitas membenarkan poni rambutnya,

"Eh?"

"Gue tau dari mata lo. Semalam lo begadang kan?"

Manda ingin mengelak, namun Evan sudah memotongnya duluan, "jangan begadang lagi, gimana mau sehat kalo lo begadang terus-terusan?"

"Gue gak mau lo sakit, Man. Makanya lo harus berusaha biar lo sehat lagi, biar lo ceria lagi kayak dulu," ucap Evan yang membuat hati Manda berdesir hebat. Manda tersenyum tipis,

"Iya, Evan. Aku usahain biar sehat lagi," jawab Manda, tangan Evan terulur untuk mengacak rambut gadis itu,

"Yaudah, gue pulang ya. Kalo ada apa-apa langsung telepon gue," ujar Evan sambil menyalakan mesin motornya, Manda mengangguk dan melambaikan tangan,

"Iya, hati-hati,"

Motor Evan sudah melaju jauh, Manda tersenyum miris. Ia harus kuat menghadapi penyakit yang ia hadapi, meskipun dokter bilang bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Manda memilih untuk berbalik dan masuk ke dalam rumah.

Di lain tempat, Laras duduk sendiri di teras rumahnya. Ponsel tergenggam di tangannya. Ia ingin sekali menghubungi Evan, ia sangat merindukan cowok itu. Evan mungkin sudah benar-benar melupakannya. Ia mencoba untuk menghubungi Evan, menempelkan ponselnya pada telinga kiri. Akhirnya panggilan dijawab oleh cowok itu,

"Halo, Ras?"

"Van? Bisa kerumah gue sekarang?"

"Maaf, gue banyak tugas. Besok harus dikumpulin,"

Laras menghela napas berat, "kerjain dirumah gue aja yuk, temenin gue nih. Sheila tidur, gue gatau mau ngapain,"

"Gak bisa, Ras. Maaf,"

"Yaudah deh, hmmm.. semangat ya ngerjain tugasnya. Maaf ganggu,"

Tut tut tut

Laras memandang layar ponselnya kecewa. Ia belum mendengar ucapan terimakasih darinya, Evan malah menutup panggilan begitu saja. Laras membanting ponselnya kesal ke atas meja bundar disebelahnya. Laras ingin rasanya menangis, namun ia harus kuat. Ia tidak boleh lemah hanya karena masalah cinta.

Sadam dan Ersya duduk di teras rumah Evan. Sadam masih kesal dengan sahabatnya itu, bisa-bisanya cowok itu dekat dengan Manda lagi,

"Van, gue mau ngomong," ujar Sadam sembari menggaruk telinganya yang tidak gatal. Evan mengangguk saja dan memandang ke arah lain,

EVALARA [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang