"Ampun Yah, aku minta maaf. Aku tidak sengaja," ucap seorang gadis kecil berusia tujuh tahun yang sedang berlutut dengan tatapan memohon ampunan dihadapan Ayahnya.
Air mata mengalir deras membasahi pipinya, sejak Ferdi, Ayah gadis itu pulang. Ferdi menatap putri kecilnya nyalang, matanya berapi-api. Ia hendak melayangkan puing kaca yang telah pecah akibat ulah putrinya itu. Anak kecil itu tidak berharap akan seperti ini jadinya. Ia terus meminta maaf sembari berlutut dan menarik-narik kaki Ferdi dengan sekuat tenaga yang ia punya.
"Tolong, Yah. Tolong aku. Aku minta maaf. Aku tidak sengaja melakukannya," ucapnya dengan nafas sesunggukan.
"Lepaskan tanganmu itu!" sentaknya kasar. Menepis tangan gadis kecil yang sedari tadi memeluk kakinya.
"Tidak, aku tidak akan melepasnya sampai Ayah benar-benar mau memaafkan aku. Sungguh, Yah ... aku takut, aku takut Ayah marah,"
"Minggir! Ayah tidak mau mendengar tangisanmu lagi!"
Gadis itu terkejut karena Ferdi menendang dirinya hingga terpental ke pintu. Punggungnya terasa sakit dan ia hanya bisa menatap nanar Ferdi yang berjalan menaiki tangga. Gadis itu akhirnya memilih untuk keluar saja dan tak menghiraukan teriakan Bi Asri dari dalam rumah.
"Ulah keluar atuh, Neng, nanti tuan marah ka eneng!"
(Jangan keluar neng, nanti tuan marah sama eneng!)
♡
"Hahahaha, lihat deh anak kecil itu, duduk sendirian di ayunan. Kita isengin yuk!" ajak seorang anak perempuan sambil mengemut lolipopnya.
Ia mengajak dua temannya. Akhirnya mereka bertiga mendekati gadis berambut panjang sebahu di ayunan dengan tatapan tak suka,
"Heh kamu!" Panggilnya kepada gadis yang baru saja menangis,
"Kok kamu disini sih? Disini tuh khusus anak-anak keren kayak kita aja. Kamu gak pantas ada disini!" ujar salah satu anak itu.
Gadis yang sedang duduk diayunan pun tak menghiraukan ucapan yang dilontarkan ketiga anak dihadapannya. Ia masih terus memandang kosong kedepan dengan jari-jari tangan yang bertaut.
"Hahaha dia gak jawab. Jangan-jangan dia bisu, hahahahaha!!"
"Heh kalian! Jangan berani ganggu dia!" teriak seorang anak laki-laki dengan kaos kuning bertuliskan 'SADAM' yang dikenakannya.
Ketiga anak tadi akhirnya memilih untuk pergi dan gadis itu merasa lega karena tidak ada lagi yang berani menganggunya.
"Kamu ngapain sendirian di sini?" tanya Sadam yang mengambil tempat untuk duduk dihadapan gadis itu. Namun, gadis itu tak kunjung menjawab. Sadam hanya bisa sabar, menarik seulas senyuman yang tercetak di bibir merah mungilnya. Ia mengeluarkan kapal mainan dari kantong celananya,
"Nih, aku kasih kamu mainan ini aja ya. Bisa kamu mainin di air juga loh! Yaudah, aku pulang dulu. Takut dicariin mama. Dadah, sampai jumpa kembali!"
Sepeninggal Sadam, gadis itu kembali sendiri lagi. Ia memutuskan untuk pulang saja ke rumah. Namun, sangat disayangkan. Ferdi sudah menunggunya di depan pintu rumah dengan tatapan tajam sambil berkacak pinggang. Tatapan yang tidak pernah diharapkan oleh gadis itu,
"Ayah, apakah Ayah sudah memaafkan aku?" tanya gadis itu penuh harap. Matanya berbinar-binar,
Ferdi sudah hilang kesabaran dan akhirnya gadis kecil itu terjatuh. Berakhir tak sadarkan diri dihadapan Ayahnya.
♡
Hayo? Gimana? Masih prolog loh hehe...
😍Follow ig : Kimyana07_
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALARA [✔]
Teen Fiction"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak hitam khasnya, mata sipit yang selalu diidam-idamkan para siswi di SMA Pasifik. Tak hanya mata sipitnya yang menarik perhatia...