Hari ini, hari pertama Laras menjalani diskors akibat kejadian kemarin di sekolah. Laras merasa bosan. Elsa belum mengetahui hal ini karena Laras memang sengaja tak memberi tahu mamanya karena takut mamanya marah.
Laras sekarang duduk di balkon kamarnya, menikmati semilir angin pagi yang menerpa wajahnya lembut. Rambut nya yang terurai panjang pun tertiup angin pelan hingga sebagian rambut menutupi wajah putihnya.
Ia bilang ke Elsa, kalau ia sedang tidak enak badan. Untung saja Elsa percaya, dan akhirnya ia disuruh istirahat saja. Bahkan tadi pagi, Elsa mengajak Laras untuk berobat ke dokter. Laras langsung menolak dan memilih untuk beristirahat saja, dan meminum obat yang masih ada.
"Kenapa di luar gini? Ayo masuk, mama gak mau ya kamu kenapa-napa. Masuk angin nanti," ujar Elsa yang tiba-tiba berdiri di pintu balkon. Laras menoleh dan menyelipkan rambut nya di belakang telinga,
"Loh? Sejak kapan mama disini? Bukannya mama di bawah ya?"
"Ayo masuk," Elsa tidak menghiraukan pertanyaan Laras. Ia masih tetap menyuruh Laras agar masuk dan tiduran saja di atas kasur. Padahal itu sangat membuat Laras bosan.
Laras akhirnya mengalah dan memilih untuk bangkit saja. Ia ingin menelepon Evan, tapi ia tahu kalau Evan pasti sedang sekolah sekarang. Ia tak mungkin menganggu cowok itu.
"Aku harus apa?" Tanyanya pada diri sendiri. Ia mengetuk-ngetukan bibir nya seperti orang berpikir. Sampai akhirnya suatu ide terlintas di benaknya,
"Ya! Nonton drakor!"
♡
Sore pukul empat, Laras keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Ya, ia habis mandi. Ia pun duduk di kursi meja rias dan mulai memakai hair dryer di rambutnya. Tiba-tiba Elsa membuka pintu kamarnya,
"Ada Evan di bawah. Temuin gih,"
"Bilangin, suruh tunggu sebentar, ma!"
"Nih orangnya," kata Elsa yang mempersilahkan Evan untuk mendekat ke Laras. Laras terkejut dan jantungnya terasa berdegup kencang saat Evan berdiri di sebelahnya. Elsa tersenyum dan turun ke bawah. Suasana sekarang terasa canggung, akhirnya Laras kembali melanjutkan aktivitasnya agar menghilangkan rasa canggung dengan Evan.
"Mau aku bantu?"
Suara berat itu membuat aktivitas Laras terhenti. Tanpa menunggu persetujuan dari gadis itu, Evan segera mengambil alih benda pengering rambut itu. Lalu mulai mengeringkan rambut gadisnya yang sudah mulai mengering,
"Wangi, pake sampo apasih?" Tanya Evan yang mendekatkan wajahnya di samping Laras. Laras merasakan deru nafas Evan dari samping. Ia tak dapat menahan diri untuk tersenyum sekarang,
"Aku bawa sesuatu loh buat kamu. Tapi sebelum itu, aku sisirin dulu ya rambut kamu,"
Evan mengambil sisir yang ada di atas meja rias. Menyisirkan rambut panjang itu dengan hati-hati.
Tak lama, akhirnya Evan menarik tangan Laras agar berdiri menghadapnya,
"Ayo ke bawah. Aku bawa sesuatu," ajak Evan yang terus mengenggam tangan pacarnya.
"Nih, makan gih,"
Sebungkus plastik berisi martabak manis rasa coklat keju. Laras tersenyum, dan mengangguk.
"Ayo, makan bareng," ajak Laras sambil bersemangat membuka bungkusan itu.
"Yaudah,"
Tiba-tiba suara bel rumah berbunyi. Evan bangkit dan membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Ternyata tidak ada siapa-siapa. Lalu saat ia ingin menutup pintu kembali, ia melihat ada kotak berwarna merah tergeletak di lantai depan rumah Laras. Ia segera mengambil kotak itu, lalu membawanya masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALARA [✔]
Teen Fiction"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak hitam khasnya, mata sipit yang selalu diidam-idamkan para siswi di SMA Pasifik. Tak hanya mata sipitnya yang menarik perhatia...