"Kamu udah sembuh?" tanya Elsa saat melihat putri semata wayangnya sudah berpakaian seragam lengkap. Laras mengangguk dan menuangkan susu dari botol ke gelas.
"Kamu bawa minyak kayu putih aja," saran Elsa sambil menyodorkan sebotol minyak kayu putih ukuran kecil,
"Iya, Ma ..."
"Yaudah, habiskan susunya. Maaf ya, untuk hari ini mama gak buatin kamu sarapan dulu.."
"Iya, Ma. Gapapa kok,"
Setelah susu yang diminumnya habis, ia segera menggendong tas ransel birunya dan mencium punggung tangan Elsa,
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsallam,"
♡
Laras mendengus sebal saat jam sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima menit. Itu tandanya lima menit lagi bel masuk sekolah berbunyi dan gerbang sekolah akan ditutup. Dan sialnya, angkutan umum belum lewat juga dari tadi. Ia sudah menunggu tiga puluh menit lamanya.
Laras berharap, keajaiban datang menghampirinya.
Ia memilih untuk berjalan kaki saja ke sekolahnya. Padahal jarak dari komplek rumahnya ke sekolah cukup jauh. Tapi gadis itu tetap nekat sembari berlari untuk mempersingkat waktu.
Akhirnya sampai juga. Matanya berbinar dan segera berlari memasuki sekolah. Beruntung, pak Edi belum menutup pintu gerbang. Laras bernapas lega, ia mengatur napasnya yang memburu sembari mengelus dadanya.
"Huh selamat!!"
Ia kembali berlari lagi menuju kelasnya. Jam pertama adalah Matematika. Ia takut bu Mita sudah datang ke kelas.
♡
Evan tersenyum saat melihat nilai ulangan Fisika yang baru dibagikan ketua kelasnya barusan. Nilai sempurna tertera di ujung kertas itu, padahal sehari sebelum ulangan harian itu dimulai, ia tidak menyentuh buku sekalipun. Orang pinter mah bebas!
Ersya memajukan bibirnya kesal, nilainya dibawah rata-rata. Ia melirik ke Evan,
"Gue heran sama lo, Van.."
"Heran kenapa?" Tanya Evan sambil terus menatap kertas di tangannya. Ersya mendengus,
"Nilai lo selalu cakep,"
"Hehe, lo mau tau resepnya apa?"
Ersya mengangguk, "belajar yang pinter!"
Ersya kesal, belajar? Menyentuh buku atau membaca buku saja itu bukan hobinya.
Bel istirahat berbunyi, Evan memasukan kertas ulangannya ke dalam tas dan menutup tas kembali. Ia mengajak Ersya ke kelas Sadam. Ah ralat, ia ingin bertemu dengan Laras, barangkali gadis cantik berkacamata itu sudah masuk sekolah.
Evan sudah biasa dengan tatapan genit dari siswi-siswi yang berteriak histeris padanya. Tak terasa akhirnya mereka berdua sudah sampai ke kelas Sebelas IPA 5. Evan membulatkan matanya terkejut, ia melihat banyak murid yang berkerumun.
"Minggir!"
Begitu mendengar suara Evan, kerumunan itu akhirnya memberi Evan dan Ersya jalan. Evan terkejut saat melihat pemandangan didepannya. Ini Laras kah? Dan siapa yang sudah berani membuat Laras seperti ini? Seragam yang Laras kenakan sudah tidak beraturan lagi. Rambut sudah tak karuan lagi dan banyak sekali cakaran di pipi dan tangan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALARA [✔]
Teen Fiction"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak hitam khasnya, mata sipit yang selalu diidam-idamkan para siswi di SMA Pasifik. Tak hanya mata sipitnya yang menarik perhatia...