Bonusss pict Evan :v❤
HAPPY READINGGG!!
♡
"Ma, kayaknya mama gak usah nentuin pilihan sampe segitunya deh buat Mamanya Sheila. Kasihan, Ma. Bagaimana pun Sheila tetap sahabat Laras," kata Laras yang memohon agar Elsa tidak datang lagi kerumah Sheila untuk menagih jawaban Alana.
"Ras! Dia nampar kamu, ngerusak kacamata kamu itu udah bikin mama benci setengah mati sama Sheila. Gak nyangka, kalau dia itu pengkhianat. Dia boleh suka sama Evan, tapi gak gitu caranya," jawab Elsa dingin. Laras mendengus dan menatap kedua pipinya yang sudah mulai membaik setelah Elsa mengompresnya tadi pagi.
"Lagipula luka di pipi aku udah kering kok. Mama gak usah ke rumah Sheila ya, kasihan. Pasti Sheila juga butuh sekolah, kasihan kalau dia harus dikeluarkan dari sekolah,"
Elsa menggeleng tak percaya melihat sifat terlalu baik anaknya. Sudah dikhianati, masih saja menaruh rasa kasihan. Kadang Elsa tidak habis pikir, sudah berapa kali anaknya ini dibodohi oleh orang-orang yang hanya mau memanfaatkannya saja?
"Oke oke. Tapi kamu bisa kan, ikutin apa kata mama? Tolong, jangan pernah berhubungan sekalipun dengan gadis licik itu lagi. Mama gak mau!" Perintah Elsa tajam. Laras dibuat takut oleh mamanya. Jika Elsa marah seperti ini, ia tidak berani untuk menjawab apa-apa.
Ia juga tidak diperbolehkan sekolah karena Elsa khawatir dengan keadaannya. Ia bosan, tak tau harus ngapain. Laptopnya sedang di cas, dan ia juga enggan menyentuh ponselnya yang ia biarkan dari semalam. Pasti banyak pesan masuk, tapi Laras tidak peduli.
"Temenin mama aja deh, yuk. Mandi dulu sana," suruh Elsa tiba-tiba. Laras mengernyitkan kening,
"Kemana?"
"Ayo, mama temenin kamu seharian ini. Kamu mau minta apa, mama beliin,"
♡
"Gila! Gue gak nyangka sama Sheila. Dia diem-diem menghanyutkan gitu," kesal Ersya seraya menggebrak meja kantin yang di tempatinya bersama Evan dan Sadam. Sadam hanya mendengus. Sejak tadi pagi, SMA Pasifik sibuk membicarakan kejadian Sheila yang membully Laras di taman belakang sekolah kemarin. Sadam juga tahu kalau kedua gadis itu tidak masuk sekolah sekarang.
"Woy, Dam! Ngelamun mulu. Entar kesambet syukurin,"
Sadam menoleh ke arah Ersya, "apasih, gue lagi gak ngelamun,"
"Gak usah bohong, Bambang!" Balas Ersya menyebalkan. Sadam mengibaskan tangannya tidak peduli dan meminum es lemon tea nya sampai habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALARA [✔]
Teen Fiction"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak hitam khasnya, mata sipit yang selalu diidam-idamkan para siswi di SMA Pasifik. Tak hanya mata sipitnya yang menarik perhatia...