Motor Evan sampai didepan rumah Manda. Gadis itu turun dan memberikan helm lalu merapikan poninya yang sedikit berantakan,
"Van, makasih banyak. Kalo bisa sih kamu anter jemput aku tiap hari. Jadinya aku bisa irit ongkos," ucap Manda yang membuat Evan melirik gadis itu tajam,
"Lo pikir gue tukang ojek? Enak aja kalo ngomong. Udah ah, gue pulang," Evan menyalakan mesin motor namun ditahan terlebih dahulu oleh Manda,
"Eh, eh, gak mau mampir dulu dirumah baruku?"
"Gak!"
Tanpa babibu lagi, Evan langsung melajukan motornya saja meninggalkan Manda. Manda menghentakan kakinya kesal. Ia berbalik badan dan masuk ke dalam rumah.
♡
Sheila berdiri didepan rumah Laras saat ini. Tangannya bersiap untuk mengetuk pintu, namun seseorang dari dalam sudah membuka pintu,
"Ras?" Tanya Sheila bingung, ia melihat raut wajah Laras yang murung dan kantung mata hitam seperti panda. Sheila memegang kedua pipi sahabatnya,
"Lo kenapa? Cerita coba sama gue,"
Laras menggeleng, " gue gapapa kok. Lo tenang aja,"
Sheila berdecak sembari menahan kedua pundak Laras didepannya,
"Lo bilang gue suruh tenang aja dengan keadaan lo yang kayak gini? Gue gak bisa tenang, Ras,"
Laras melepas kedua tangan Sheila yang ada dipundaknya, "gue beneran gak apa-apa, ayo masuk,"
Akhirnya Sheila masuk dan duduk di sofa ruang tamu, ia melihat Laras berjalan menuju dapur dengan langkah yang sempoyongan. Sheila bangkit dan mendekati gadis itu,
"Lo duduk aja, biar gue yang buatin minum,"
Sheila merangkul Laras dan menyuruh Laras duduk saja. Sheila semakin khawatir jika Laras seperti ini. Ini semua karena Evan. Sheila harus memberi pelajaran kepada cowok itu.
Beberapa menit kemudian, Sheila datang membawa baki berisi dua cangkir teh hangat dan ditaruh di meja kayu yang ada di hadapannya. Ia menoleh sembilan puluh derajat ke arah Laras,
"Nyokap lo kemana?" tanya Sheila seraya mengecek suhu badan Laras menggunakan punggung tangannya.
"Pergi beberapa hari keluar kota," jawab Laras lesu. Sheila menghela napas, lalu sebuah ide terlintas di otaknya,
"Bentar, gue mau nelpon Evan,"
Mendengar nama Evan, Laras langsung menahan tangan Sheila. Sheila mengerutkan kening, "kenapa?"
"Jangan nelpon deh! Gue lagi gak mood kalo sampe dia kesini!"
"Hei? Gue lagi nyoba ide yang baru muncul di otak gue. Lo diem dulu,"
"Ck, ide gila apalagi sih?"
"Diem dulu makanya,"
"Iya-iya,"
Sheila mulai menempelkan ponselnya pada telinga kiri. Menunggu panggilan diangkat oleh Evan. Sampai akhirnya, Evan mengangkat panggilan tersebut,
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALARA [✔]
Teen Fiction"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak hitam khasnya, mata sipit yang selalu diidam-idamkan para siswi di SMA Pasifik. Tak hanya mata sipitnya yang menarik perhatia...