Hari ini, hari sabtu pagi. Laras masih terlelap dalam tidurnya. Bahkan pada saat gadis itu mendengar alarm nya yang berbunyi, ia malah mengulurkan tangannya untuk mematikan alarm itu dan kemudian tidur lagi. Tak sadar, kalau Evan masuk ke dalam kamarnya yang sebelumnya dipersilahkan oleh Elsa.
Evan tersenyum lebar memandangi wajah gadis itu yang tenang dalam tidurnya. Rambut acak-acakan seperti singa tak membuat kecantikan Laras luntur.
Mata Evan beralih ke arah figura kecil yang ada di atas nakas yang tak jauh dari tempat tidur Laras. Ia mengulurkan tangan dan meraih figura itu. Melihat sosok Laras kecil dengan baju dress merah muda dan dilengkapi bando merah seperti putri Salju. Ia melihat juga kedua orang tua Laras yang tersenyum. Evan berpikir, jadi Laras punya ayah? Lalu dimana Ayahnya sekarang? Laras belum pernah bercerita soal Ayahnya.
Ia harus bertanya nanti.
♡
Laras sudah duduk di belakang Evan. Bersiap untuk ke rumah Sadam. Evan menoleh sebentar ke belakang, melihat Laras yang cemberut sejak bangun tadi. Ya mungkin karena terkejut akan kehadiran Evan di kamarnya.
"Udah dong cemberutnya. Kalau kamu cemberut, aku gak bakal jalan nih," ancam Evan berpura-pura. Laras menautkan alis,
"Yang pengen ke rumah Sadam kan elo, bukan gue,"
Kini Laras memakai bahasa lo-gue. Evan ternganga, cowok itu memilih untuk menarik tangan Laras agar memeluk pinggangnya,
"Aku minta maaf. Aku gak bangunin kamu karena takut ganggu tidur kamu, sayang,"
Oke, Laras baper dipanggil sayang. Laras menghembuskan nafas kasar, dan mengangguk,
"Yaudah jalan,"
"Senyum dulu dong,"
Laras mengangguk dan menunjukan senyum khasnya. Evan membalas senyuman itu, berharap senyuman Laras tak luntur selamanya.
Tak butuh waktu lama, motor Evan sudah sampai di halaman rumah Sadam. Ia melihat ada motor Ersya terparkir juga disana. Pasti dua anak itu sedang ada didalam. Evan pun mengajak Laras ke dalam,
"Assalamualaikum,"
Sadam dan Ersya yang sedang asik bermain game dengan stik masing-masing di tangan mereka. Kedua sahabat Evan menoleh bersamaan,
"Ehh waalaikumsallam. Sip yang punya pacar mah dibawa terus pacarnya," cibir Sadam yang kembali memandang fokus ke arah televisi yang memperlihatkan game balapan mobil yang sedang dimainkan.
"Kenapa? Sirik aja lo," balas Evan tak kalah tajam. Tatapan nya yang sipit dan tajam itu membuat Sadam memilih untuk memainkan game lebih lanjut.
Laras merasa canggung, karena hanya dia perempuan sendiri. Tapi dia juga percaya, kalau kedua teman kekasihnya tidak sejahat itu. Bahkan Sadam dan Ersya juga ikut membantu dirinya untuk melindungi Laras.
♡
L
aras turun dari motor Evan. Memberikan sebuah helm yang baru saja dilepasnya,
"Kamu yakin mau dateng ke acara ulang tahun si Mila? Dia udah nyakitin kamu, takutnya dia entar malah malu-maluin kamu didepan anak Pasifik lain,"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVALARA [✔]
Roman pour Adolescents"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak hitam khasnya, mata sipit yang selalu diidam-idamkan para siswi di SMA Pasifik. Tak hanya mata sipitnya yang menarik perhatia...